SMA Negeri 2 Kendawangan Terapkan Kurikulum Merdeka Didukung Dosen Universitas BSI

SMAN 2 Kendawangan adalah contoh nyata keterbatasan bukanlah penghalang untuk maju.

Dok Republika
SMA Negeri 2 Kendawangan.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Di pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Air Hitam, Kabupaten Kendawangan, terdapat sebuah sekolah yang berdiri kokoh di tengah segala keterbatasan. Sekolah tersebut adalah SMA Negeri 2 Kendawangan, yang telah menunjukkan ketangguhan dan semangat luar biasa dalam menerapkan Kurikulum Merdeka meski dihadapkan pada tantangan yang tak mudah.

Baca Juga


Untuk mencapai sekolah ini, harus menempuh perjalanan yang melelahkan sejauh delapan jam dari Kabupaten Ketapang atau enam jam dari Kecamatan Kendawangan. Perjalanan ini tidak hanya jauh tetapi juga penuh tantangan. 

Jalanan yang berlubang, penuh lumpur jika hujan, dan berdebu jika panas dan berbatu, harus dilalui dengan sabar. Melewati kebun sawit, padang rumput, jalanan berpasir, hingga hutan dengan jalanan yang licin. 

Merupakan perjuangan yang yang harus ditempuh untuk kita yang berada di luar kabupaten Kendawangan untuk dapat mencapai SMAN 2 Kendawangan.

Suandi, sebagai kepala sekolah, memimpin dengan semangat pantang menyerah. Ia menyadari bahwa untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, diperlukan upaya yang lebih besar dan kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua. 

"Kami tidak bisa hanya menunggu bantuan datang. Kami harus bertindak dan berinovasi dengan segala keterbatasan yang ada," katanya dengan penuh semangat.

Bersama dengan para guru, Suandi berusaha untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajar di sekolah menyiasati keterbatasan yang ada. Internet yang seringkali tidak tersedia, diatasi dengan cara lain, seperti memanfaatkan materi cetak dan modul pembelajaran yang didistribusikan oleh sekolah. 

Setiap guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif, menggali potensi siswa dengan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Dedikasi sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka mendapat pengakuan ketika Yoki Firmansyah, seorang Dosen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) kampus Pontianak sekaligus fasilitator Sekolah Penggerak dari SMA Negeri 2 Kendawangan, melakukan kunjungan lapangan. Ia terkesan dengan semangat juang dan kekompakan warga sekolah ini. 

"SMA Negeri 2 Kendawangan adalah contoh nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk maju. Justru, keterbatasan tersebut menjadi pemicu semangat bagi mereka untuk terus berinovasi," ujar Yoki dengan penuh apresiasi.

Selama kunjungan tersebut, Yoki melihat bagaimana para guru mengimplementasikan unsur-unsur Kurikulum Merdeka, seperti memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan berkolaborasi. Meski dengan fasilitas terbatas, guru-guru SMA Negeri 2 Kendawangan tetap mengajarkan dengan metode yang menarik dan berpusat pada siswa. Salah satu contohnya adalah metode pembelajaran kreatif yang diterapkan oleh Kiki, guru Sosiologi yang memanfaatkan pendekatan bermain peran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Sosiologi.

"Dengan bermain peran, siswa dapat lebih mudah memahami materi dan merasa lebih tertarik untuk belajar. Ini adalah salah satu cara kami untuk memastikan bahwa meski dalam keterbatasan, siswa tetap mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan,” kata Kiki. 

Perjuangan SMA Negeri 2 Kendawangan adalah contoh nyata bahwa di balik keterbatasan selalu ada kesempatan. Dengan semangat dan kerja keras, mereka berhasil membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka bisa diterapkan di mana saja, bahkan di daerah yang terpencil sekalipun.

Mereka tidak hanya menjadi pelopor perubahan, tetapi juga pembawa harapan bagi anak-anak Desa Air Hitam untuk meraih masa depan yang lebih cerah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler