Trump Kembali Coba Dibunuh, Netanyahu Ikut Cemas

Israel dan AS sama-sama pernah mengalami pembunuhan kepala negara.

Reuters
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama Presiden AS Donald Trump dalam penandatanganan Perjanjian Abraham pada 2020 di Gedung Putih, AS.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengalami percobaan pembunuhan saat bermain golf di Florida pada Ahad (15/9/2024) waktu setempat. Sobat Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkhawatirkan percobaan pembunuhan tersebut.

Baca Juga


Perdana Menteri Israel mengatakan dia dan istrinya “terkejut dengan upaya pembunuhan kedua terhadap Presiden Trump dan lega mendengar bahwa upaya tersebut juga gagal”.

“Tetapi kita tidak boleh mengandalkan keberuntungan,” Netanyahu menambahkan dalam cuitannya di X. Ia menekankan agar “semua tindakan akan diambil untuk memastikan bahwa serangan mematikan terhadap calon presiden AS dapat digagalkan terlebih dahulu”.

Meskipun para pemimpin AS biasanya menjaga hubungan dekat dengan rekan-rekan mereka di Israel, Trump memiliki hubungan yang sangat hangat dengan Netanyahu saat menjadi presiden.

Trump adalah presiden AS pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan membuka kedutaan besar AS di sana, langkah yang bertentangan dengan kesepakatan internasional. Trump juga merestui pencaplokan Israel atas Dataran Tinggi Golan, langkah yang tak dilakukan presiden-presiden sebelumnya.

Dalam kampanye Pilpres 2024 ini, baik calon dari Demokrat Kamala Harris maupun Trump yang didukung Partai Republik telah berjanji untuk melanjutkan dukungan tanpa syarat AS terhadap Israel jika terpilih. Serangan Israel, yang kebanyakan dilakukan dengan bom dari Amerika Serikat telah menewaskan sedikitnya 41.206 warga Palestina di Gaza, dan hampir seribu orang di Tepi Barat. 

Baik Israel maupun AS sama-sama negara yang rentan terhadap pembunuhan politik. Netanyahu yang menjabat saat ini naik daun dan akhirnya terpilih sebagai perdana menteri setelah pembunuhan perdana menteri Israel Yitzhak Rabin pada 1990-an. Rabin dibunuh ekstremis Yahudi yang tak setuju atas upayanya mencapai perdamaian dengan Palestina.


Kekerasan politik di AS juga menggarisbawahi masalah kekerasan bersenjata yang lebih luas yang telah melanda negara tersebut selama beberapa dekade. Dalam upaya pembunuhan Trump pada Juli, penembak menggunakan senapan yang dibeli secara legal oleh ayahnya pada tahun 2013, menurut beberapa laporan media AS.

Partai Republik yang dipimpin Trump memandang kepemilikan senjata sebagai kebebasan penting dan telah menolak serta memblokir upaya untuk memberlakukan pembatasan senjata yang lebih ketat.

Dalam insiden kali ini, aparat penegak hukum mengatakan mereka menemukan senapan jenis AK-47 ketika mereka menangkap tersangka pria bersenjata. Senjata semi-otomatis jenis ini dapat dengan mudah diperoleh di AS, di mana Amandemen Kedua Konstitusi memberikan hak untuk “menyimpan dan memanggul senjata”.

Meskipun penembakan massal dan kekerasan politik di AS sering mendapat perhatian nasional dan internasional, sebagian besar insiden kekerasan bersenjata di negara tersebut tidak menjadi berita utama. Kekerasan senjata menewaskan 42.987 orang di AS tahun lalu, menurut kelompok penelitian Gun Violence Archive.

 

Dalam penembakan di klub golf Trump International di West Palm Beach, Florida, seorang tersangka ditahan dan sebuah senapan serbu jenis AK-47 serta teropong ditemukan di lapangan golf. FBI menyebut hal itu sebagai percobaan pembunuhan terhadap mantan presiden Trump.

Menurut laporan the Guardian, seorang agen Dinas Rahasia AS melihat moncong senjata api menyembul melalui pagar di kawasan hutan di klub Trump International di West Palm Beach, tempat Trump bermain.

Komentator sayap kanan dari saluran Fox News, Sean Hannity, sekutu Trump, mengatakan dia berbicara dengan mantan presiden dan rekan golfnya, Steve Witkoff, yang hadir pada insiden hari ini.

Hannity mengatakan mereka memberitahunya bahwa mereka telah berada di hole kelima dan hendak melakukan putt ketika mereka mendengar suara “pop pop, pop pop”. Agen Dinas Rahasia kemudian “menerkam” Trump dan “melindunginya” untuk melindunginya, kata Witkoff kepada Hannity.

Terdapat seruan dari kedua partai politik besar di AS untuk mengurangi retorika guna menghindari timbulnya kekerasan politik. Namun ketika persaingan antara Trump dan Harris memanas, seruan semacam itu sebagian besar diabaikan.


Partai Demokrat menggambarkan Trump sebagai ancaman terhadap demokrasi, sementara Partai Republik meningkatkan pernyataan anti-imigran mereka. Trump sendiri telah menyebarkan laporan palsu tentang imigran Haiti yang menculik dan memakan hewan peliharaan orang-orang di Ohio, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan masyarakat.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengarahkan setiap “tindakan perlindungan yang diperlukan” untuk Trump. “Seorang tersangka telah ditahan, dan saya memuji kerja Dinas Rahasia dan mitra penegak hukum mereka atas kewaspadaan dan upaya mereka untuk menjaga keamanan mantan presiden dan orang-orang di sekitarnya. Saya lega mantan presiden tidak terluka,” kata Biden.

“Ada penyelidikan aktif terhadap insiden ini ketika penegak hukum mengumpulkan lebih banyak rincian tentang apa yang terjadi… Saya telah mengarahkan tim saya untuk terus memastikan bahwa Dinas Rahasia memiliki semua sumber daya, kemampuan dan tindakan perlindungan yang diperlukan untuk menjamin keselamatan mantan presiden.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler