Restrukturisasi Kredit Menurun, DPR Beri Apresiasi ke BNI

BNI mencatat penurunan signifikan dalam restrukturisasi kredit terkait Covid-19.

dok Republika
Anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Mucharam.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus menunjukkan kinerja positif dalam menurunkan portofolio restrukturisasi kredit yang terdampak pandemi Covid-19. Pencapaian ini mendapatkan apresiasi dari Anggota Komisi XI DPR RI, Ecky Awal Mucharam, yang menilai bahwa BNI berhasil menjaga ketahanan perbankan nasional di tengah tantangan pandemi.

Baca Juga


Ecky menjelaskan, penurunan baki restrukturisasi kredit BNI menjadi indikator bahwa sektor perbankan Indonesia tetap tangguh, meskipun menghadapi tekanan dari pandemi maupun ancaman resesi global.

"Saya optimistis terhadap kondisi perbankan kita. Bahkan, kita berhasil keluar dari kekhawatiran krisis pasca-Covid-19. Ini berkat kebijakan moneter dan fiskal yang tepat. Bank-bank Himbara, termasuk BNI, menjadi pilar penting dalam menjaga daya tahan industri keuangan," kata Ecky.

Ecky juga menekankan pentingnya perbankan untuk terus memantau potensi risiko resesi yang dapat mempengaruhi sektor riil, pertumbuhan ekonomi, dan kinerja debitur. Selain itu, bank-bank di Indonesia perlu melakukan uji ketahanan modal dan likuiditas secara berkala untuk mengantisipasi peningkatan risiko kredit.

“Untuk BNI, saya yakin bahwa bank-bank Himbara masih dalam kondisi aman. Kita harus belajar dari momentum kebangkitan perbankan pasca-Covid-19, agar pertumbuhan ekonomi di 2025 tetap berkualitas,” tambahnya.

BNI sendiri mencatat penurunan signifikan dalam restrukturisasi kredit terkait Covid-19 selama empat tahun terakhir. Hingga Juni 2024, total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 38,9 triliun atau 5,4 persen dari total kredit BNI, menurun drastis dibandingkan semester I 2023 yang mencapai Rp 74 triliun atau 12 persen dari total kredit.

Penurunan restrukturisasi kredit ini tercatat di berbagai segmen, mulai dari korporasi, sektor menengah, UMKM, hingga konsumer. BNI secara berkala mengkaji kondisi dan prospek debitur untuk membantu pemulihan usaha mereka dan mendorong kembali ke status kolektibilitas normal.

Rasio kredit bermasalah (NPL) BNI per Juni 2024 tercatat sebesar 2 persen, membaik dari posisi 2,5 persen pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Loan at Risk (LaR), yang mencakup NPL, kredit dengan kolektibilitas 2, serta kredit lancar yang masih direstrukturisasi, juga menunjukkan perbaikan, turun menjadi 12,3 persen dibandingkan 16,1 persen pada Juni 2023.

Meskipun indikator kualitas aset BNI terus membaik, BNI tetap menjaga pencadangan risiko pada tingkat yang cukup. Rasio biaya kredit (credit cost) pada semester I 2024 tercatat sebesar 1 persen, turun 40 basis poin (bps) dari 1,4 persen pada Semester I-2023.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang dibentuk BNI saat ini cukup memadai untuk menghadapi potensi risiko di masa mendatang. Rasio pencadangan untuk NPL berada di level 298 persen, sementara untuk LaR mencapai 48 persen, yang menunjukkan kesiapan BNI dalam mengantisipasi debitur yang masih dalam perhatian khusus.

Dengan kinerja positif ini, BNI terus menunjukkan peran pentingnya dalam menjaga stabilitas sektor perbankan Indonesia di tengah dinamika global.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler