Penetrasi Roket Hizbullah Semakin Dalam Menembus Israel: Haifa Membara, Pelabuhan Ditutup

Sistem pertahanan Iron Dome gagal mencegah roket-roket Hizbullah menghantam Israel.

Ist
Roket Hizbullah
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, HAIFA --  Penetrasi roket-roket militan Hizbullah yang dikirim ke Israel kini tak hanya lagi sampai di wilayah utara yang berbatasan dengan Lebanon. Pada Ahad (22/9/2024), Mehr News Agency, melaporkan, Pelabuhan Haifa ditutup menyusul serangan roket-roket Hizbullah.

Baca Juga


The Telegraph lewat kanal Youtube kemarin juga mengunggah tayangan video hantaman roket di wilayah pinggiran Kota Haifa. Dalam video berdurasi 1 menit itu, terlihat roket Hizbullah yang gagal dicegah oleh Iron Dome menghantam rumah-rumah dan beberapa mobil di kota pelabuhan itu. Beberapa mobil terlihat membara terbakar usai dihantam roket.

Militer IDF mengatakan, roket-roket Hizbullah jatuh di permukiman warga sipil alih-alih manargetkan kompleks atau markas militer. Rentetan roket yang diluncurkan dari Lebanon ke Israel utara pada Sabtu (21/9/2024) juga dilaporkan memicu kebakaran di beberapa kota.

Harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa sekitar 100 roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara. Surat kabar tersebut menyebutkan tim pemadam kebakaran Israel dikirim untuk memadamkan beberapa kebakaran yang terjadi di area terbuka akibat tembakan roket, termasuk di Kota Safed dan permukiman Bet.

Channel 12 Israel melaporkan, sebuah roket langsung menghantam sebuah rumah di permukiman Kadita di Galilea Atas. Gambar video menunjukkan seluruh rumah itu dilalap api.

Pihak berwenang Israel menginstruksikan penduduk Safed dan permukiman Qatzrin serta beberapa permukiman lain di Galilea dan Dataran Tinggi Golan untuk tetap berada di dekat tempat perlindungan guna mengantisipasi eskalasi lebih lanjut.

Israel kini berada dalam kewaspadaan tinggi untuk mengantisipasi pembalasan dari Hizbullah atas serangan pada Jumat (20/9/2024) yang menewaskan sedikitnya 38 orang, termasuk anak-anak dan wanita, dan melukai puluhan orang di pinggiran selatan Beirut. Hizbullah mengonfirmasi bahwa paling tidak 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tertinggi Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan Israel.

Serangan tersebut terjadi dua hari setelah sedikitnya 37 orang tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi nirkabel di seluruh Lebanon. Meski pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan tersebut, Tel Aviv tidak membantah ataupun mengakui terlibat.

Hizbullah dan Israel berperang lintas batas sejak Israel mulai menggempur Gaza pada 7 Oktober 2023 setelah Hamas melakukan serbuan ke Israel. Gempuran Israel di Gaza sejauh ini menewaskan hampir 41.400 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak.

 

 

Persenjataan Hizbullah - (CSIS)

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem pada Ahad (22/9/2024) konfrontasi antara pihaknya dan Israel kini memasuki babak baru. "Kami telah memasuki babak baru yang disebut Pertempuran Menuntut Balas," kata Qassem seperti dikutip penyiar Al Mayadeen.

Pada Ahad pagi, Hizbullah mengatakan anggotanya berhasil menyerang kompleks industri militer Israel Rafael, di bagian utara Kota Haifa, sebagai balasan dari sederet ledakan perangkat elektronik pekan ini. Lebanon menyalahkan Israel atas peristiwa meledaknya beragam alat komunikasi elektronik tersebut.

Pada Ahad (22/9/2024) dini hari Hizbullah mengumumkan, bahwa jumlah korban jiwa dalam konflik dengan Israel telah mencapai 501 orang sejak pertempuran kedua pihak pecah pada 8 Oktober 2023. Kelompok militan Lebanon itu menyebutkan bahwa anggotanya yang tewas dalam 24 jam terakhir bertambah menjadi 17 orang, setelah Muhammad Hussein Ubeid dan Abbas Mahmoud Salih dikonfirmasi meninggal dunia.

Sebelumnya, Hizbullah melaporkan bahwa serangan udara Israel di Beirut menewaskan 15 anggotanya, termasuk mantan komandan Pasukan Radwan, Ahmed Mahmoud Wahbi. Tentara Israel memberikan informasi mengenai serangan udara di Lebanon melalui pernyataan, yang menyebut 290 lokasi menjadi sasaran dan bahwa ribuan roket siap diluncurkan, termasuk peluncur roket dan artileri. Israel juga mengeklaim telah menyerang infrastruktur militer Hizbullah.


 

Kelompok Hizbullah di Lebanon mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Ahad malam bahwa mereka menargetkan pangkalan militer dan bandara Ramat David dengan puluhan rudal Fadi-1 dan Fadi-2. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbullah, Fadi 1 merupakan rudal dengan kaliber 220 mm dan jangkauan 80 km. Sementara itu, Fadi 2 sebagai rudal dengan kaliber 302 mm dan jangkauan 105 km.

Menurut kelompok itu, kedua rudal itu tidak berpemandu presisi tetapi berfungsi untuk merespons langsung terhadap serangan udara Israel yang ekstensif. Mengutip sumber lapangan, jaringan berita Lebanon Al-Mayadeen melaporkan bahwa roket-roket ini berasal dari salah satu fasilitas rudal bawah tanah Hizbullah yang dikenal sebagai Imad. Banyak di antaranya masih utuh dari serangan udara musuh.

Jaringan pangkalan ini dilaporkan mampu menampung beberapa peluncur roket dan pasukan Hizbullah, seperti yang terungkap dalam video yang memperlihatkan pangkalan Imad 4. Sumber-sumber tersebut dilaporkan telah mengonfirmasi bahwa roket yang ditembakkan ke Pangkalan Udara Ramat David diluncurkan dari kompleks-kompleks ini.

 

 

Pekan lalu, utusan khusus Amerika Serikat Amos Hochstein tiba di Israel pada Senin (16/9/2024) sebagai upaya untuk mencegah perang skala penuh antara Israel dengan kelompok Hizbullah Lebanon. Hochstein dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi Israel, termasuk Presiden Isaac Herzog, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menurut surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth.

Pembahasan utusan AS itu akan fokus pada upaya untuk mencapai solusi politik guna menghindari pecahnya perang besar-besaran dengan Hizbullah, sebut harian itu. Meski demikian, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan dua kelompok penyerang dari kapal induk Amerika, USS Abraham Lincoln dan USS Theodore Roosevelt, untuk tetap berada di Timur Tengah.

Pengumuman itu muncul dalam pernyataan Departemen Pertahanan AS,  mengenai pembicaraan telepon antara Austin dan Menhan Israel Yoav Gallant. Selama pembicaraan itu, Austin membahas tindakan Israel untuk mempertahankan diri dari serangan Hizbullah dan menegaskan kembali hak Israel untuk membela diri.

Austin juga menyatakan tekad kuat Amerika Serikat untuk mendukung pertahanan Israel terhadap ancaman dari Iran atau musuh-musuhnya di kawasan.

"Sebagai bagian dari dukungan itu, Menteri (Austin) telah memerintahkan dua kelompok penyerang dari kapal induk untuk tetap berada di wilayah tersebut," kata juru bicara Dephan AS Mayjen Pat Ryder melalui pernyataan.

"... juga menyatakan dukungan bagi penyelesaian negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera," kata Ryder, menambahkan.

 

sumber : Antara, Anadolu, Sputnik
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler