AS Tambah Pasukan, Takut Iran Segera Serang Israel
AS dan Israel mulai membentuk pasukan gabungan menghadapi Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pemerintahan Amerika Serikat dilaporkan khawatir bahwa serangan dari Iran sedang direncanakan setelah pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel. Saat ini militer AS disebut sedang bekerja sama dengan Israel untuk menghadapi serangan tersebut.
CNN mengutip seorang pejabat AS melaporkan, pertahanan gabungan sedang dipersiapkan untuk menangkal serangan dengan perubahan postur militer AS. Pejabat AS tersebut menolak mengatakan jenis serangan apa yang diperkirakan akan dilakukan Iran atau merinci tindakan yang dilakukan militer AS.
Pemerintahan Biden sebelumnya memimpin pertahanan multinasional Israel pada pertengahan April ketika Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel sebagai tanggapan atas pemboman Israel terhadap perwira senior Garda Revolusi Iran di Suriah.
Kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas di Timur Tengah telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir ketika Israel mengintensifkan serangannya terhadap Hizbullah di Lebanon dan kelompok yang didukung Iran tersebut berjanji untuk melanjutkan perjuangannya, bahkan ketika semakin banyak komandan utamanya yang terbunuh.
Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad malam bahwa “jika Iran, mitranya, atau proksinya menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan, Amerika Serikat akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami.”
Sejauh ini, AS telah mengirimkan “beberapa ribu” pasukan tambahan ke Timur Tengah untuk meningkatkan keamanan dan bersiap membela Israel jika diperlukan, kata Pentagon. Reuters melaporkan peningkatan pasukan ini akan datang dari beberapa skuadron jet tempur, kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh.
Personil tambahan tersebut termasuk skuadron jet tempur F-15E Strike Eagle, F-16, A-10 dan F-22 serta personel yang diperlukan untuk mendukung mereka. Jet-jet itu seharusnya bergilir dan menggantikan skuadron yang sudah ada di sana. Sebaliknya, skuadron yang ada dan skuadron baru akan tetap berada di sana untuk menggandakan kekuatan udara yang ada.
Kemarin, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga mengumumkan bahwa ia untuk sementara memperpanjang masa tinggal kelompok penyerang kapal induk USS Abraham Lincoln dan skuadron terkaitnya di wilayah tersebut. "Jet-jet tersebut tidak berada di sana untuk membantu evakuasi," kata Singh. “Mereka ada di sana untuk melindungi pasukan AS.”
Amerika Serikat sebelumnya dilaporkan tak menyangka Israel akan melakukan pembunuhan terhadap Hassan Nasrallah. Beberapa saat sebelum pembunuhan melalui bombardir di Beirut itu, AS meyakini Israel sudah menyepakati gencatan senjata 21 hari yang ditawarkan AS dan sejumlah negara Eropa. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mementahkan hal itu melalui pidatonya di Majelis Umum PBB yang menolak gencatan senjata dengan Hizbullah.
Konflik antara Israel dan Hizbullah, telah meningkat dalam satu tahun terakhir seiring dengan serangan Israel ke Gaza. Sejak 8 Oktober, pasukan pimpinan Hizbullah hampir setiap hari menyerang komunitas dan pos militer Israel di sepanjang perbatasan, dan kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendesak Israel keluar dari Gaza.
Selama beberapa pekan terakhir, Israel melancarkan serangkaian serangan ke Lebanon. Dimulai dengan peledakan ribuan pager dan peralatan nirkabel, kemudian bombardir Beirut yang menewaskan lebih dari 100 orang sejak pekan lalu. Pembunuhan pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah jadi salvo pamungkas Israel yang dikhawatirkan memicu perang habis-habisan di Timur Tengah.
Janji serangan Iran... baca halaman selanjutnya
Fars News melaporkan, Panglima Angkatan Darat Iran Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi memberikan jaminan bahwa rezim Zionis pasti akan menerima balasan atas pembunuhan Hassan Nasrallah.
Mayjen Mousavi mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa darah Nasrallah pasti akan menghancurkan rezim Zionis dan penguasanya. Dia mengingatkan Israel untuk bersiap, dan mengatakan bahwa rezim Tel Aviv tinggal menunggu tanggapan Iran dan Poros Perlawanan regional terhadap kejahatan tersebut.
Komandan militer menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai tindakan yang diambil oleh “Zionis sejalan dengan pemikiran materialistis mereka yang salah”. “Namun mereka semakin memperdalam kubur mereka sendiri,” tambah Mousavi, seraya menegaskan, “Saat ini, Zionis semakin bergerak menuju kehancuran.”
“Pengalaman kami menunjukkan bahwa ketika darah seorang syuhada ditumpahkan, hal ini akan menghasilkan kekuatan yang ribuan kali lebih kuat dibandingkan dengan syuhada itu sendiri,” lanjutnya, seraya menekankan bahwa Hizbullah akan semakin meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya mulai sekarang.
Iran sebelumnya juga menyatakan tidak akan membiarkan “tindakan kriminal” Israel tidak terjawab, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam konferensi pers mingguan pada Senin. “Kami berdiri teguh dan kami akan bertindak dengan cara yang disesalkan [bagi musuh].”
Meskipun demikian, dia mengindikasikan Iran tidak akan mengirim pasukannya sendiri untuk mendukung Hizbullah di Lebanon. “Tidak perlu mengirimkan pasukan tambahan atau sukarelawan ke Republik Islam Iran,” katanya, seraya menambahkan bahwa Lebanon dan pejuang di wilayah Palestina memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mempertahankan diri dari agresi Israel.
“Kami belum menerima permintaan apapun terkait hal ini dari pihak manapun, sebaliknya kami sudah diberitahu dan yakin bahwa mereka tidak membutuhkan bantuan pasukan kami,” kata Kanaani. Kanaani menyatakan bahwa Iran terus menindaklanjuti masalah ini dengan pihak berwenang Lebanon, merujuk pada serangan yang menewaskan Nasrallah dan Nilforoushan.