FIFA tak Jatuhkan Skorsing untuk Anak Emasnya Israel Setelah Ulur Keputusan Berbulan-bulan
FIFA hanya berjanji menyelidiki dugaan pelanggaran teritori oleh klub Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Israel kembali membuktikan statusnya sebagai anak emas FIFA. Induk olahraga sepak bola dunia itu memutuskan tidak jadi menjatuhkan skorsing terhadap federasi sepak bola Israel pada Kamis (3/10/2024). Sebagai gantinya, FIFA meminta penyelidikan disiplin atas kemungkinan diskriminasi yang dituduhkan oleh para pejabat sepak bola Palestina.
Sebuah panel senior FIFA yang mengawasi tata kelola akan menyelidiki secara terpisah “partisipasi dalam kompetisi Israel dari tim-tim sepak bola Israel yang diduga berbasis di wilayah Palestina,” kata badan sepak bola dunia itu setelah pertemuan Dewan FIFA di Zurich, Swiss.
"Komite Disiplin FIFA akan diberi mandat untuk memulai penyelidikan atas dugaan pelanggaran diskriminasi yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina," kata FIFA dalam sebuah pernyataan.
Partisipasi dalam kompetisi sepak bola Israel dari tim-tim Israel yang diduga bermarkas di wilayah Palestina juga akan menjadi subjek penyelidikan.
"Komite Tata Kelola, Audit, dan Kepatuhan FIFA akan dipercayakan dengan misi untuk menyelidiki... partisipasi dalam kompetisi Israel dari tim-tim sepak bola Israel yang diduga bermarkas di wilayah Palestina," kata FIFA.
Federasi Sepak Bola Palestina (PFA) telah secara konsisten meminta FIFA selama lebih dari satu dekade untuk mengambil tindakan terhadap badan sepak bola Israel karena memasukkan tim-tim dari pemukiman Tepi Barat ke dalam liga-liganya.
"Kami menyambut baik keputusan Dewan FIFA untuk merujuk kasus ini ke badan-badan peradilan yang kompeten," kata PFA dalam sebuah pernyataan.
"(Kami memandang) ini sebagai langkah positif ke arah yang benar, berdasarkan pada langkah-langkah prosedural dan tepat, untuk menangani pelanggaran berat terhadap tujuan hukum FIFA, hak asasi manusia, dan hak-hak asosiasi anggotanya.
"Kami yakin akan legitimasi tuntutan kami dan percaya pada proses peradilan untuk memberikan resolusi yang adil dalam jangka waktu yang ditentukan."
Sekelompok pakar hak asasi manusia yang ditunjuk PBB mengatakan bahwa sedikitnya delapan klub sepak bola telah diidentifikasi bermain di pemukiman kolonial Israel di Tepi Barat yang diduduki.
"Integrasi dan tindakan seperti itu dalam IFA (Asosiasi Sepak Bola Israel) sama saja dengan mengakui situasi yang timbul dari kehadiran Israel yang melanggar hukum di wilayah Palestina yang diduduki sebagai hal yang sah. Ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
PFA mengatakan sedikitnya 92 pesepak bola non profesional Palestina telah tewas dalam perang, infrastruktur sepak bola telah hancur, liga-liganya ditangguhkan, dan tim nasionalnya diharuskan bermain di kualifikasi Piala Dunia di luar negeri.
PFA setidaknya menjaga harapan setelah berkali-kali dikecewakan FIFA lewat keputusan kompromis yang menguntungkan Israel. Keputusan tak menjatuhkan sanksi ini muncul lebih dari empat bulan setelah para pejabat Palestina mendesak FIFA untuk menangguhkan keanggotaan Israel dalam sebuah pertemuan pada Mei lalu.
Permintaan kepada kongres FIFA pada bulan Mei juga mengutip “pelanggaran hukum internasional” di Gaza selama agresi Israel dan mengarahkan badan sepak bola tersebut kepada komitmen hukumnya terhadap hak asasi manusia dan menentang diskriminasi.
FIFA menunda pengambilan keputusan pada Mei hingga setelah tinjauan hukum yang dijadwalkan pada bulan Juli. FIFA emudian menunda masalah ini dua kali lagi hingga pertemuan Dewan FIFA yang beranggotakan 37 orang pada Kamis.
“Dewan FIFA telah menerapkan uji tuntas terhadap masalah yang sangat sensitif ini dan, berdasarkan penilaian menyeluruh, kami telah mengikuti saran dari para ahli independen,” kata presiden FIFA Gianni Infantino dalam sebuah pernyataan.
Menjelang pertemuan tersebut, pemimpin PFA Jibril Rajoub dan wakil presidennya Susan Shalabi, datang ke Zurich untuk melobi para pejabat FIFA.
“Saya percaya dan saya berharap FIFA akan mengambil keputusan yang tepat,” kata Rajoub kepada The Associated Press. “Saya meminta Dewan untuk mengikuti statuta mereka.”
Proses terbaru ini mengikuti pola - di bawah Infantino dan pendahulunya Sepp Blatter - permintaan Palestina agar FIFA menegakkan aturan hukumnya dan masalah ini kemudian diarahkan ke panel ad hoc dan komite lainnya.
FIFA tidak memberikan jadwal pada Kamis untuk penyelidikan yang diminta.
Para pendukung kampanye sepak bola Palestina telah mengkritik FIFA karena tidak mengikuti keputusannya pada tahun 2022 untuk menangguhkan tim nasional Rusia dari kompetisinya dalam beberapa hari setelah invasi militer ke Ukraina. Badan sepak bola Eropa UEFA juga mencoret tim-tim Rusia.
Beberapa federasi Eropa telah menolak untuk memainkan pertandingan yang dijadwalkan melawan Rusia, termasuk Polandia dan kaptennya, Robert Lewandowski. Mereka mengatakan tidak akan pergi ke Moskow untuk pertandingan playoff kualifikasi Piala Dunia pada Maret 2022.
FIFA kemudian berhasil berargumen di Pengadilan Arbitrase Olahraga bahwa mempertahankan tim-tim Rusia dalam kompetisi akan menyebabkan kekacauan dan menjadi risiko keamanan. Tim-tim Rusia belum pernah bermain di Piala Dunia, Kejuaraan Eropa atau Liga Champions selama lebih dari 2 1/2 tahun.
Dalam kasus Israel, yang telah menjadi anggota UEFA selama 30 tahun, tidak ada federasi Eropa yang menolak untuk memainkan tim nasionalnya atau klubnya. Tim-tim Israel telah memainkan pertandingan kandang di negara-negara netral seperti Hungaria dan Siprus karena alasan keamanan sejak serangan mereka ke Gaza yang sudah berlangsung satu tahun.
Tim nasional pria Palestina saat ini sedang bermain di kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 2026, menjamu Yordania tiga pekan lalu di Kuala Lumpur, Malaysia. Tim selanjutnya bermain di Irak pada 10 Oktober dan menjamu Kuwait lima hari kemudian di Doha, Qatar.