Kotoran yang Merusak Hati

Hati akan merasa tenang karena ibadah dan dzikir.

ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Ilustrasi sholat dan dzikir sebagai cara membersihkan hati.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menyampaikan, bagaimana mungkin hati akan bercahaya jika masih melekat dengan gambaran dunia. Untuk itu, Syekh Athaillah mengingatkan agar hati seorang hamba tidak terkiat dengan syahwat-syahwatnya agar bisa menuju kepada Allah SWT.

Baca Juga


"Bagaimana hati akan bercahaya, jika gambaran­-gambaran dunia sudah melekat dalam cerminnya. Bagaimana ia akan menuju Allah SWT, jika masih terikat syahwat-syahwatnya. Bagaimana ia ingin memasuki hadirat-Nya, jika belum membersihkan dirinya dari junub kelalaian-kelalaiannya. Bagaimana ia bisa berharap mampu memahami inti rahasia­-rahasia, jika ia belum bertaubat dari kesalahan­ kesalahannya?" (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)

Bagaimana mungkin hati kamu akan mendapatkan cahaya Allah SWT, jika kamu masih menyekutukan-Nya dengan makhluk. Kamu lebih mementingkan dunia daripada­-Nya. Kamu mengerjakan sholat hanya untuk mengharapkan pujian dari makhluk. Jika kamu bersedekah maka kamu mengharapkan balasan materi semata. Jikalau kamu menunaikan haji, kamu hanya ingin dihormati.

Ikhlaskan niat kamu terlebih dahulu, maka semua hasrat dunia akan mengikuti kamu, walaupun kamu tidak menginginkannya. Jika kamu ingin mendapatkan cahaya-Nya maka lepaskanlah gambaran-gambaran dunia yang ada di dalam hati kamu. Ikhlaskanlah diri dalam beribadah kepada-Nya.

Di dalam hati seorang hamba, tidak mungkin berkumpul dua penguasa. Hanya satu yang boleh ada, yaitu Allah SWT. Bagaimana kamu bisa mencicipi manisnya mencintai Allah SWT, jika kamu masih larut dalam syahwat-syahwat keduniaan. Jika tidak memiliki uang maka kamu akan meninggalkan ibadah kepada-Nya. Kamu sibuk dengan dunia. Jika kamu memiliki harta maka kamu melupakan­-Nya begitu saja. Syahwat dunia telah membelenggu kamu, sehingga kamu terhijab mendapatkan makrifat-Nya.

Jika kamu ingin menuju-Nya maka lepaskanlah ikatan itu. Jangan biarkan satupun menempel di badan kamu. Ikatan syahwat itu ibarat benalu, jika dibiarkan maka akan menguasai kamu sehingga kamu sulit melepaskannya.

Bagaimana kamu bisa melihat-Nya di akhirat kelak, jika semasa di dunia kamu lalai dalam beribadah kepada­-Nya. Hanyalah orang-orang yang sholeh dan bersungguh­-sungguh saja yang berhak mendapatkannya.

Oleh karena itu, jika datang waktu sholat maka kerjakanlah pada waktunya. Jika datang waktu berzakat maka keluarkanlah segera. Jika kemampuan haji sudah terpenuhi maka tunaikanlah segera, jangan dilalaikan.

Bagaimana kamu akan mampu memahami rahasia­-rahasia Ilahi, jika kamu tidak pernah bertaubat nasuha kepada-Nya. Kalaupun kamu bertaubat maka biasanya kamu hanya bisa meninggalkan perbuatan dosa itu secara sementara. Tidak lama berselang, kamu akan kembali me­ngerjakan perbuatan dosa.

Bagaimana hati akan bersinar jika hati kamu terus dilumuri oleh dosa dan maksiat. Bersihkan segera dengan taubat nasuha, agar hati menjadi bening dan mendapatkan pantulan cahaya Ilahi. Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler