Rekam Jejak Kejahatan Kaum Yahudi: Berkhianat dari Nabi ke Nabi
Kaum Yahudi bahkan mengkhianati Nabi Musa yang memimpin mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, Alquran memberi tahu umat manusia bahwa kaum Yahudi menjadi kaum yang gemar berbuat makar dan khianat sejak masa Nabi Musa Alaihissalam, Nabi Isa Alaihissalam dan Nabi Muhammad SAW. Kaum Yahudi bahkan berbuat khianat kepada bangsa Palestina yang menampung mereka, di kala dalam sejarahnya banyak negara menolak dan mengusir kehadiran mereka.
Kaum Yahudi mengkhianati Nabi Musa, padahal Nabi Musa adalah Nabi mereka, yang telah menyelamatkan mereka dari kejaran Firaun. Saat kaum Yahudi diajak berperang di jalan Allah oleh Nabi Musa, kaum Yahudi malah menyuruh Nabi Musa berperang sendiri bersama Allah SWT.
Sementara mereka tidak mau berperang karena takut mati, tamak dan tidak beriman kepada Nabi dan Allah SWT.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ
Mereka berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.” (QS Al-Ma'idah Ayat 24)
Kaum Yahudi juga mengkhianati Nabi Isa Alahissalam. Sampai-sampai kaum Yahudi menyalib dan membunuh orang yang meraka kira Nabi Isa. Menurut Tafsir Kementerian Agama, memang kaum Yahudi itu biasa membangkang terhadap Nabinya, malah kadang-kadang membunuh Nabinya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ
(Kami menghukum pula mereka) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang menurut mereka menyerupai (Isa). Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti persangkaan belaka. (Jadi,) mereka tidak yakin telah membunuhnya. (QS An-Nisa Ayat 157)
Dalam ayat ini orang-orang Yahudi menyangka telah membunuh Nabi Isa, padahal mereka telah terkecoh dan tertipu oleh tipu daya dan bualan para pembesar mereka.
Terjadi perselisihan sengit antara orang-orang Yahudi dan Nasrani mengenai perkara Nabi Isa dan kehidupannya. Mereka saling berselisih tentang hakikat dan risalahnya sebagaimana perselisihan mereka mengenai kematiannya.
Hal ini mengakibatkan mereka terpecah menjadi banyak golongan yang semuanya tersesat dan kebingungan dalam memahami hakikat isa sehingga mereka saling mengkafirkan dan saling menuduh. Mereka membangun akidah mereka di atas prasangka-prasangka dan dugaan-dugaan dan menyulamnya dengan dongeng-dongeng dan khurafat.
Namun kenyataannya tidak seperti yang mereka sangka, mereka sama sekali tidak membunuhnya, bahkan mereka sendiri tidak yakin telah membunuhnya. Namun dengan kuasa Allah Yang Maha Besar, Dia mengangkatnya ke langit dalam keadaan hidup dengan ruh dan jasadnya. Allah Maha Perkasa dalam kuasa-Nya dan Maha Bijaksana dalam pengaturan-Nya. (Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah/ Markaz Ta'dzhim Alquran)
Pengkhianatan Yahudi pada zaman Nabi Muhammad
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kaum Yahudi juga berkhianat dan makar. Dikisahkan, dua suku Yahudi yakni Bani Nadhir dan Bani Quraizhah melancarkan bantuan untuk pasukan kafir Quraisy, padahal kedua suku Yahudi itu telah bersumpah di hadapan Nabi Muhammad SAW untuk sama-sama melindungi kota Madinah sebagaimana komitmen Piagam Madinah. Jauhnya jarak tempat tinggal mereka dari pusat Kota Madinah dimanfaatkan untuk diam-diam menyokong serangan musuh Islam.
Bani Nadhir, yang menetap sekira 2 mil dari Madinah, berkonspirasi diam-diam untuk membuat persenjataan berupa ketapel besar. Dengan alat itu, harapannya kafir Quraisy dapat melontarkan batu besar ke arah Nabawi. Namun, eksekusi serangan jarak jauh itu berujung kegagalan.
Bani Quraizhah bahkan secara terang-terangan mengkhianati Piagam Madinah dalam momen Perang Ahzab. Sama seperti saudara Yahudinya, suku ini bertempat tinggal di pinggiran kota. Seperti diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam buku Hayat Muhammad, masyarakat Quraizhah dengan penuh semangat turun dari benteng-benteng mereka. Orang-orang Yahudi ini lalu memasuki rumah-rumah Muslimin Madinah terdekat dengan maksud mau menakut-nakuti penduduk.
Kaum Muslimin yang tinggal dekat benteng-benteng Bani Quraizhah bukannya tanpa perlawanan. Seorang sahabat yang juga bibi Nabi Muhammad SAW, Shafiyyah binti Abdul Muthalib, berhasil membunuh seorang mata-mata Yahudi Quraizhah yang berkeliling di benteng milik Hasan bin Tsabit, penyair Rasulullah SAW. Adapun isi benteng tersebut umumnya adalah kaum perempuan dan anak-anak. Ia merasa harus melindungi keselamatan mereka, dalam situasi di mana para lelaki Muslim dewasa sedang pergi berperang.