Menlu Iran Kunjungi Arab Saudi, Mereka akan Bersatu Hadapi Israel?
Iran membangun hubungan dengan negara Arab untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi akan mengunjungi Arab Saudi dan negara-negara lain di kawasan mulai hari ini, Selasa (8/10/2024). Kunjungan itu untuk membahas isu-isu regional dan berupaya menghentikan 'kejahatan' Israel di Gaza dan Lebanon. Demikian dilaporkan media Pemerintah Iran dikutip dari Reuters.
“Dialog kami terus berlanjut terkait perkembangan di wilayah ini untuk mencegah kejahatan tak tahu malu rezim Zionis (Israel) di Lebanon sebagai kelanjutan dari kejahatan di Gaza,” kata Araqchi dalam sebuah video yang disiarkan oleh media pemerintah.
“Mulai hari ini saya akan memulai perjalanan ke wilayah ini, ke Riyadh dan ibu kota lainnya di wilayah ini dan kami akan berusaha untuk memiliki gerakan kolektif dari negara-negara di kawasan ini ... untuk menghentikan serangan brutal di Libanon,” tambah Araqchi.
Beberapa sumber kepada Reuters pekan lalu mengatakan negara-negara Arab Teluk - kebanyakan dari mereka adalah eksportir energi utama seperti Iran - telah berusaha untuk meyakinkan Teheran tentang netralitas mereka dalam konflik dengan Israel.
Para menteri dari negara-negara Arab Teluk dan Iran yang menghadiri pertemuan negara-negara Asia yang diselenggarakan oleh Qatar memusatkan pembicaraan mereka di sekitar de-eskalasi.
Pertemuan antara Iran dan negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk telah diadakan secara tidak resmi. "Hubungan kami selalu mengalami pasang surut, tetapi ada keinginan agar hubungan ini mengarah pada kerja sama regional," kata Araqchi.
Pengekspor minyak terbesar, Arab Saudi, telah melakukan pemulihan hubungan politik dengan Teheran dalam beberapa tahun terakhir, yang telah membantu meredakan ketegangan regional, namun hubungan tetap sulit.
10 skenario Iran
Sementara itu, militer Iran dilaporkan telah menyiapkan sedikitnya sepuluh skenario untuk merespons kemungkinan serangan balasan Israel. Demikian menurut kantor berita Tasnim yang dikelola oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Halaman selanjutnya ➡️
Iran membombardir Israel dengan rentetan rudal pada Selasa lalu. Teheran menyerang sejumlah pangkalan militer sebagai respons terhadap pembunuhan pemimpin Hamas dan Hizbullah. Israel pun berjanji untuk melancarkan serangan 'serius dan signifikan' sebagai balasan.
"Respons Iran tidak akan selalu berupa balasan pada tingkat yang sama dengan tindakan Israel, tetapi mungkin lebih keras dan menargetkan target yang berbeda yang akan mengintensifkan efektivitas respons," kata sumber militer kantor berita tersebut.
Karena Israel dinilai jauh lebih kecil daripada Iran dan memiliki infrastruktur yang lebih sedikit dan lebih sensitif. Pembalasan Iran dapat menyebabkan masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya, demikian menurut sumber Tasnim.
"Negara mana pun yang membantu Israel dalam kemungkinan serangan dianggap melewati batas merah Iran dan akan menderita kerugian," kata sumber tersebut.
Komentar tersebut tampaknya ditujukan kepada AS, yang telah berkoordinasi dengan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tentang kemungkinan serangan terhadap Iran.