Malaysia Minta Komunitas Internasional Tindak Tegas Zionis Israel

Israel harus menghentikan serangan militernya.

AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mencari barang mereka ditengah bangunan yang hancur akibat serangan pasukan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 8 April 2024. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza merusak atau menghancurkan hampir 66 persen dari total bangunan di wilayah itu dalam tempo setahun.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia menyerukan komunitas internasional untuk dapat bersatu mengambil tindakan tegas dan mengadili rezim Zionis Israel atas kejahatannya terhadap rakyat Palestina.

Baca Juga


Kementerian Luar Negeri Malaysia (Wisma Putra) dalam keterangannya diterima di Kuala Lumpur, Selasa, menyebut tragedi yang dimulai sejak Oktober tahun lalu merupakan peringatan suram akan kekerasan yang tidak henti-hentinya terhadap rakyat Palestina.

Wisma Putra mengingatkan bahwa rezim Zionis Israel telah membunuh rata-rata sebanyak 115 warga Palestina setiap hari dan melukai 274 lainnya yang kebanyakan dari para korban itu merupakan orang lanjut usia, wanita dan anak-anak tak bersalah.

Masyarakat hancur, dan wilayah di Gaza kini tidak dapat dihuni. Wisma Putra mengatakan dunia tidak bisa terus menutup mata terhadap hilangnya nyawa dan masa depan rakyat Palestina.

Kampanye kekerasan dan penindasan yang dilakukan rezim Zionis Israel terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda akan berhenti, meskipun telah dilakukan berbagai perundingan, resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Pendapat Penasihat Mahkamah Internasional (ICJ).

Wisma Putra mengatakan rezim Israel tetap keras kepala, melakukan genosida, memperluas pemukiman ilegal, menghancurkan infrastruktur penting, dan kini melanggar kedaulatan Lebanon.

Pelanggaran terhadap hukum internasional, hukum humaniter internasional, dan hak asasi manusia, termasuk genosida dan kejahatan perang, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hanya Israel yang bertindak tanpa konsekuensi apa pun.

Hal itu dinilai tidak bisa diterima. Israel tidak bisa lagi bersembunyi di balik sejarahnya melakukan pembunuhan brutal terhadap rakyat Palestina, semua negara harus segera menghentikan kekejaman tersebut, demikian keterangan itu.

Malaysia menegaskan kembali dukungan kuatnya terhadap perjuangan rakyat Palestina demi terbentuknya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan sebelum tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Malaysia akan terus bekerja sama dengan negara-negara yang berpikiran sama untuk memastikan keanggotaan penuh Palestina di PBB.

Evakuasi rumah sakit di Gaza

 

Lihat halaman berikutnya >>>

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tentara Israel memerintahkan evakuasi pasien dan staf di tiga rumah sakit di Jalur Gaza utara.

Melalui sebuah pernyataan pada Selasa (8/10), kementerian merinci bahwa Israel menuntut evakuasi Rumah Sakit Kamal Adwan, Rumah Sakit Indonesia, dan Rumah Sakit Al-Awda dari pasien dan petugas kesehatan.

Pasukan Israel dilaporkan menangkap seorang paramedis yang mendampingi seorang pasien kritis selama pemindahan dari Rumah Sakit Kamal Adwan meskipun sudah ada koordinasi sebelumnya. Tentara juga mengepung Rumah Sakit Kamal Adwan dan menembaki kantor pusat administratifnya.

Kementerian menambahkan bahwa tentara turut mengancam rumah sakit tersebut dengan penghancuran, pembunuhan, dan penangkapan jika tidak melakukan evakuasi, serupa dengan apa yang terjadi di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza yang telah dikepung selama berminggu-minggu sejak November lalu.

Rumah Sakit Kamal Adwan terancam bisa berhenti berfungsi dalam hitungan jam karena kekurangan bahan bakar.

Para pejabat kesehatan Gaza pun memohon perlindungan serius bagi lembaga-lembaga kesehatan dan staf mereka, terutama di Jalur Gaza utara.

Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hossam Abu Safia, melalui rekaman audio yang dikirim kepada wartawan mengatakan bahwa tentara Israel telah memberi waktu 24 jam untuk sepenuhnya mengevakuasi pasien dan staf kesehatan dari rumah sakit.

“Tentara berkomunikasi secara langsung dan mengancam kami, mengatakan kami harus mengevakuasi rumah sakit atau kami akan membahayakan diri kami sendiri,” katanya.

Abu Safia menggambarkan tindakan Israel itu sebagai tindakan yang berbahaya karena mengancam runtuhnya sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza utara. Abu Safia juga menyatakan kekhawatirannya mengenai potensi rencana baru untuk menggusur penduduk Gaza utara dengan melumpuhkan sistem layanan kesehatan.

Tentara Israel pada Ahad (6/10) mengumumkan dimulainya operasi militer di Jabalia yang diklaim untuk mencegah Hamas mendapatkan kembali kekuatan di wilayah tersebut. Operasi di Jabalia tersebut dilancarkan Israel menyusul serangan sengit selama berjam-jam di wilayah timur dan barat Gaza utara dalam pertempuran paling sengit Israel-Hamas sejak Mei.

Saksi mata melaporkan bahwa kendaraan militer darat Israel mencapai wilayah sekitar Gaza barat laut.

Kemudian pada Selasa (8/10), tentara Israel memperingatkan warga Palestina untuk mengungsi dari rumah dan kamp mereka di kota Jabalia dan menuju ke selatan melalui “koridor yang aman,” sementara Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan warga untuk tidak mematuhinya karena hal tersebut adalah penipuan dan kebohongan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler