AS Berharap Israel Lakukan Serangan ke Iran Sebelum Pilpres

Rencana serangan balasan terhadap Iran telah menjadi subjek perdebatan internal.

Tangkapan Layar
Ratusan rudal balistik Iran menyerang Tel Aviv, Israel, pada Selasa (1/10/2024) malam waktu setempat.
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pejabat Amerika Serikat (AS) mengantisipasi bahwa Israel kemungkinan akan melakukan serangan balasan terhadap Iran sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November. Hal tersebut berdasarkan laporan CNN pada Rabu (16/10/2024).

Baca Juga


Sumber yang berbicara dengan syarat anonim itu mengatakan kepada CNN bahwa rencana serangan balasan terhadap Iran telah menjadi subjek perdebatan internal yang intens dan waktunya tidak terkait langsung dengan pemilihan presiden.

Meskipun ada perdebatan internal di Israel mengenai waktu penyerangan, beberapa sumber mencatat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyadari bahwa serangan balik terhadap Iran dapat berdampak signifikan pada Pilpres AS. Hal tersebut mempersulit upaya diplomatik antara Israel dan AS selama beberapa bulan terakhir.

Para pejabat pemerintahan Biden masih bungkam mengenai waktu dan target serangan Israel yang diantisipasi itu terhadap Iran. Iran diketahui meluncurkan serangan misil pada 1 Oktober, sebagai balasan atas tindakan Israel yang membunuh pemimpin Hamas di Teheran pada akhir Juli dan pembunuhan anggota Hizbullah dan militer Iran di Beirut pada akhir September.

Menurut CNN, dalam percakapan telepon pekan lalu, Netanyahu meyakinkan Biden bahwa Israel tidak akan menargetkan fasilitas nuklir serta minyak Iran saat melakukan serangan balasan. Keputusan itu melegakan Gedung Putih. Sebelumnya, Biden meminta Israel tidak menyerang fasilitas tersebut.

Perseteruan antara Israel dan Iran semakin memburuk setelah Israel melakukan serangan di Jalur Gaza, yang membuat lebih dari 42 ribu orang meninggal. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang membuat hampir 1.200 orang wafat.

Konflik tersebut juga menyebar ke Lebanon dengan Israel melancarkan serangan mematikan di seluruh negara itu, yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang dan melukai lebih dari 4.500 orang sejak 23 September.

Prancis makin keras..

Pemerintah Prancis melarang kontraktor industri pertahanan Israel ikut serta dalam pameran militer Euronaval, demikian dilaporkan media AS Politico, Rabu (16/10/2024). Pameran tersebut akan digelar awal November mendatang.

Menurut sumber yang tak disebutkan namanya itu, meski dilarang memamerkan produk militer dalam pameran tersebut, delegasi Israel tetap akan diizinkan hadir sebagai pengunjung.

Pembatasan tersebut menjadi yang kesekian kali usai pada Juni lalu, pengadilan Bobigny, sebuah daerah di timur laut Paris, melarang partisipasi perusahaan Israel dalam pameran militer Eurosatory menyusul permintaan dari Asosiasi Solidaritas Prancis-Palestina.

Kementerian Pertahanan Prancis pun sebelumnya telah meminta penyelenggara pameran Eurosatory, Coges, supaya mencegah perusahaan militer Israel ikut serta dalam pameran, atas dugaan keterlibatan mereka dalam kejahatan perang di Jalur Gaza.

Atas permintaan tersebut, Coges membongkar paviliun Israel dalam pameran Eurosatory, yang rencananya menampung 74 perusahaan.

Keputusan membatasi keikutsertaan Israel dalam pameran tersebut pun dikecam pimpinan otoritas pertahanan rezim Zionis, Yoav Gallant, yang menuduh Prancis "bertindak secara tak bersahabat".

"Tindakan Presiden Prancis (Emmanuel) Macron adalah aib bagi Bangsa Prancis dan nilai-nilai dunia bebas yang ia klaim terus bela," kata Gallant.

"Keputusan untuk mendiskriminasi industri pertahanan Israel di Prancis untuk kedua kalinya hanya membantu musuh-musuh Israel dalam perang. Hal tersebut berdasar pada keputusan untuk melakukan embargo senjata pada 'Negara Yahudi'," ucap dia.

Hubungan antara Prancis dan Israel tengah memanas menyusul ucapan Macron pada Jumat yang menyatakan bahwa "satu-satunya cara" untuk menghentikan permusuhan di Timur Tengah adalah dengan menghentikan pemasokan senjata yang digunakan Israel untuk melanjutkan agresinya ke Jalur Gaza dan Lebanon.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler