KFC Indonesia Rugi Rp 558,75 Miliar, Dampak Boikot Perang Gaza?

Pendapatan KFC Indonesia turun 22,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), operator restoran cepat saji KFC di Indonesia, melaporkan kerugian besar dalam laporan keuangan sembilan bulan pertama tahun 2024.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), operator restoran cepat saji KFC di Indonesia, melaporkan kerugian besar dalam laporan keuangan sembilan bulan pertama tahun 2024. Tercatat, perusahaan mengalami kerugian bersih sebesar Rp 558,75 miliar, meningkat tajam dibandingkan dengan kerugian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 152,42 miliar.

Baca Juga


Penyebab utama kerugian ini adalah penurunan pendapatan yang signifikan. Pendapatan KFC Indonesia turun 22,3 persen, dari Rp 4,62 triliun pada 2023 menjadi hanya Rp 3,59 triliun pada 2024.

Meskipun perusahaan berhasil mempertahankan laba bruto sebesar Rp 2,08 triliun, beban operasional yang meningkat menyebabkan rugi usaha sebesar Rp 585,34 miliar, jauh lebih besar dibandingkan kerugian usaha sebesar Rp 146,63 miliar pada tahun lalu. Selain itu, beban keuangan yang naik menjadi Rp 61,18 miliar serta rugi sebelum pajak yang tercatat mencapai Rp 644,27 miliar turut memperburuk kinerja perusahaan.

Kemungkinan besar, salah satu faktor yang memengaruhi kinerja ini adalah dampak boikot yang terjadi akibat konflik Israel-Gaza, yang turut memengaruhi pasar internasional KFC, termasuk Indonesia. Tak bisa dipungkiri, aksi boikot telah memengaruhi citra merek KFC di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Di pasar Indonesia, meskipun boikot tidak sebesar di negara-negara Timur Tengah, perusahaan tetap merasakan penurunan jumlah pelanggan yang berdampak pada penurunan penjualan yang pada akhirnya berdampak pada penutupan puluhan gerai.

Sejak akhir 2023, KFC Indonesia telah menutup 47 gerai, yang turut menambah tekanan pada pendapatan perusahaan. Pada 30 September 2024, perusahaan hanya mengoperasikan 715 gerai, berkurang dari 762 gerai pada 31 Desember 2023. Penutupan gerai-gerai ini merupakan langkah yang diambil sebagai respons terhadap penurunan permintaan dan kinerja keuangan yang buruk.

Tak hanya itu, jumlah karyawan KFC Indonesia juga berkurang 2.274 orang dalam sembilan bulan terakhir. Hingga September 2024, Grup KFC Indonesia memiliki 13.715 karyawan, turun dari 15.989 karyawan pada akhir 2023.

Untuk mengatasi kerugian ini, manajemen FAST menyampaikan bahwa perusahaan sedang mengkaji beberapa langkah korporasi untuk memulihkan keadaan. "Kami sedang dalam pengkajian terhadap rencana tindakan korporasi yang kemungkinan akan dilaksanakan dalam waktu dekat," kata Corporate Secretary FAST J Dalimin Juwono dalam keterangan tertulis penjelasan atas volatilitas transaksi di Keterbukaan Informasi BEI dikutip Rabu (6/11/2024).

Namun, Juwono tidak memberikan rincian detil mengenai rencana tersebut. Perusahaan memastikan, setiap keputusan yang diambil akan diumumkan kepada publik secara transparan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 

FAST juga menegaskan komitmennya terhadap keterbukaan informasi dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. "Setiap langkah korporasi yang final akan diumumkan secara terbuka kepada publik dan pemegang saham, sesuai dengan ketentuan yang ada," tambah Juwono.

Tidak hanya di Indonesia, KFC di pasar global juga menghadapi tantangan serupa. Di Amerika Serikat, penjualan KFC turun 5 persen, yang menandai penurunan kuartal ketiga berturut-turut pada tahun ini. Penurunan penjualan ini terjadi meskipun Yum! Brands, induk perusahaan KFC, meluncurkan paket menu baru dengan harga lebih murah untuk menarik konsumen.

Boikot dan penurunan permintaan ini menunjukkan dampak dari ketegangan internasional yang tidak hanya mempengaruhi ekonomi lokal, tetapi juga dapat merugikan kinerja perusahaan multinasional seperti KFC. Di tengah persaingan yang ketat dari restoran cepat saji lainnya seperti McDonald's dan Burger King, KFC harus berupaya mengatasi tantangan besar dan mengembalikan kinerja positif.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler