Jalan Solusi Dua Negara Israel-Palestina Telah Berakhir, Ini Penjelasan Eks Menlu Yordania

Israel disebut secara sistematis telah mengusir warga Palestina dari tanahnya.

dok Republika
Rumah warga Palestina yang hancur lebur oleh Israel. Solusi dua negara dianggap berakhir.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, Konflik antara Israel-Palestina tak kunjung berakhir. Alih-alih berakhir, Israel terus melanjutkan aksi aneksasinya terhadap wilayah Palestina, termasuk di Jalur Gaza. 

Baca Juga


Mantan menteri luar negeri Yordania mengatakan kepada Middle East Eye bahwa negara-negara Arab perlu meninggalkan solusi dua negara untuk Israel dan Palestina.

"Secara praktis, itu tidak akan terjadi," kata Marwan Muasher, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri Yordania dan membuka kedutaan besar pertama kerajaan itu di Israel pada tahun 1995, tentang solusi dua negara dalam sebuah wawancara video dengan Middle East Eye.

Mantan diplomat itu, yang sekarang menjadi wakil presiden bidang studi di Carnegie Endowment for International Peace di Washington, mengatakan solusi itu harus diganti dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia. Titik tolaknya adalah persamaan hak antara warga Israel dan Palestina.

"Kemudian orang dapat mulai berbicara tentang bentuk solusi apa yang dapat kita capai. Namun, menurut saya, solusi apa pun yang tidak melibatkan persamaan hak tidak akan berkelanjutan."

Dalam sebuah wawancara yang luas, Muasher mengatakan Yordania sangat khawatir bahwa Israel bermaksud memindahkan sejumlah besar warga Palestina secara paksa ke kerajaan itu.

“Yordania selalu khawatir bahwa tujuan Israel pada akhirnya adalah melakukan pemindahan massal warga Palestina ke luar wilayah Palestina,” katanya.

 

“Pemerintah Israel mengatakan setiap hari bahwa yang mereka inginkan adalah negara Israel dari sungai hingga laut, jadi itulah yang benar-benar menjadi kekhawatiran Yordania,” tambah Muasher.

Menurutnya, apa yang terlihat di Gaza adalah contoh, bukan hanya pembunuhan warga Palestina tetapi juga membuat Gaza tidak layak huni. Mereka mencoba memengaruhi pemindahan massal warga Palestina ke Mesir.

Yordania melihat situasi seperti ini terulang di Tepi Barat, kata mantan menteri luar negeri tersebut.

“Yordania juga khawatir bahwa apa yang terjadi saat ini - bukan di masa mendatang - di Tepi Barat, mungkin merupakan awal dari pemindahan massal warga Palestina ke Yordania.”

Ia mengatakan bahwa para pemukim Israel, dengan dukungan tentara Israel, terlibat dalam kegiatan pembersihan etnis di Area C Tepi Barat. Angka  ini adalah 60 persen wilayah Tepi Barat.  Israel bertujuan mengusir mereka dari tempat tinggalnya. "Hal ini menjadi perhatian nyata bagi Yordania.”

Seorang mantan duta besar untuk Amerika Serikat, Muasher sangat kritis terhadap peran yang dimainkan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang telah mengunjungi Timur Tengah sebanyak 11 kali. Washington menjanjikan gencatan senjata, tetapi tidak memberikan apa pun.

“Posisi Israel sangat jauh dari posisi Palestina sehingga gencatan senjata tidak dapat terjadi,” kata Muasher.

“Pada dasarnya, Israel ingin Hamas membebaskan semua sandera dan kemudian mengejar Hamas serta membunuh mereka. Sementara Hamas mengatakan kami akan membebaskan semua sandera tetapi sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen." 

Muasher menyatakan, tujuan Netanyahu adalah memperpanjang perang selama mungkin. Ia tidak peduli dengan para sandera. Ia berada di posisi yang tinggi dalam jajak pendapat.

Muasher mengatakan bahwa perang Israel di Gaza telah meradikalisasi warga Yordania dan orang-orang di seluruh dunia Arab.

“Saat ini tidak ada yang ingin membicarakan perdamaian. Saat ini, mayoritas orang sekarang berpikir satu-satunya cara untuk mengakhiri pendudukan adalah melalui perlawanan bersenjata. Dan itu tidak pernah terjadi, bahkan di antara warga Palestina,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler