Survei Alvara Ungkap Judi Online Mayoritas Jerat Kelas Atas, Kelas Bawah Terlilit Pinjol

Walaupun mereka kalah dalam dan rugi, tidak masalah buat mereka.

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Warga melihat iklan judi online melalui gawainya di Jakarta, Rabu (19/6/2024). Survei Alvara menemukan, mayoritas yang bermain judi online adalah kelompok menengah atas.
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alvara Research Center merilis hasil survei terbaru yang menemukan bahwa strata sosial ekonomi atas menjadi yang tertinggi terpapar judi online. Sedangkan untuk masyarakat kelas bawah, lebih banyak terjerat pinjaman online (pinjol).

Baca Juga


"Yang paling rawan terkena judi online adalah anak muda, aktif di internet, laki-laki, dan kelas menengah dan atas," kata Founder Alvara Research Center, Hasanudin Ali, ketika dihubungi Republika, Ahad (10/11/2024).

Survei nasional yang dilakukan Alvara Research Center terhadap 1.800 responden pada bulan September 2024 menemukan 4,5 persen responden mengaku pernah bermain slot atau judi online. Secara persentase angka tersebut memang kecil. Tapi bila dikalikan dengan jumlah populasi Indonesia, maka jumlahnya cukup besar yakni lebih dari 10 juta orang.

"Survei ini sebetulnya memotret isu-isu aktual yang ada di Indonesia termasuk di dalamnya soal judi online," kata Hasanudin.

Hasil survei Alvara Research Center tentang kelompok yang terjerat judi online. - (Hasil survei Alvara Research Center)

Hasanudin menjelaskan alasan kelas atas paling tinggi terpapar judi online yang kemudian disusul kelas menengah. Menurutnya, hal tersebut karena kelas atas mempunyai modal yang lebih banyak dan tidak masalah jika kehilangannya.

"Mereka tentu saja memiliki sumber daya ekonomi yang lebih dan mereka tidak memiliki kendala apapun untuk melakukan itu. Artinya, walaupun mereka kalah dalam dan rugi, tidak masalah buat mereka," katanya.

"Mungkin saja mereka melakukan hanya sekadar bersenang-senang saja tanpa terlalu melihat untung rugi. Sementara yang kelas bawah itu problemnya bukan di judi online, tapi di pinjol," katanya menambahkan.

 

Hasanuddin mengatakan, berdasarkan generasi, Gen Z menempati urutan pertama dengan 5.6 poin. Sedangkan ditempat kedua ada Gen X dengan 4.1. Angka tersebut selisih tipis dengan Generasi Milenial dengan 4.0 poin.

Sedangkan untuk kategori yang rawan terpapar judi online akibat durasi bermain internet selama 1 hari yakni tertinggi dengan angka 7.7 dengan rentang waktu lebih dari 13 jam. Sedangkan yang terendah kemungkinan terpapar judi online di angka 1.0 dengan penggunaan internet di bawah 1 jam.

Selanjutnya jika berdasarkan jenis kelamin kemungkinan besar terpapar judi online tertinggi adalah pria dengan 8.0. Sementara wanita hanya 1.0. "Ini perilaku pria secara umum memang lebih mudah menjadi pelaku judi dibanding perempuan, tidak peduli judi online maupun offline," katanya.

Disinggung apakah tingkat pendidikan yang tinggi bisa menjadi benteng untuk mengurangi judi online atau ada pengaruhnya terkait perilaku tersebut. Ia mengatakan kalau hal tersebut tidaklah berpengaruh karena angka paparan dari semua tingkat pendidikan hampir sama.

"Sebenarnya tidak terlalu berpengaruh kalau kita lihat, misalkan di semua level pendidikan juga angkanya hampir sama nggak terlalu berbeda antara tinggi dan menengah maupun bawah tidak ada perbedaan yang signifikan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler