Bulog Jadi Badan Otonom, Zulhas Ingin Kembalikan Fungsi Stabilisasi Harga
Menurutnya, ini upaya tepat untuk meningkatkan fungsi stabilisasi pangan.
REPUBLIKA.CO.ID, KALIANDA -- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan adanya transformasi Perum Bulog menjadi badan otonom yang berada langsung di bawah Presiden dilakukan untuk meningkatkan fungsi stabilisasi pangan nasional.
"Seperti yang dikatakan oleh para petani saat panen padi atau jagung harganya turun drastis. Oleh karena itu butuh langkah stabilisasi pangan dan ini yang bisa melakukan Bulog," ujar Zulkifli Hasan di Lampung Selatan, Ahad (10/11/2024).
Ia mengatakan maka adanya langkah transformasi Bulog menjadi badan otonom di bawah Presiden menjadi upaya tepat untuk meningkatkan fungsi stabilisasi pangan.
"Memang banyak yang harus dibenahi terkait panen jagung dan padi yang harganya murah ini. Dan kami tengah bekerja keras menanggulangi ini dengan mengembalikan fungsi stabilisasi Bulog, jadi mereka bisa membeli panen petani lebih banyak," katanya.
Dia mengharapkan dengan perubahan fungsi tersebut maka Bulog bisa menampung hasil panen petani sehingga jagung serta gabah petani harganya tidak naik terlalu tinggi.
Tanggapan atas adanya kenaikan harga jagung serta tidak terserapnya panen dikatakan oleh Ketua Gabungan Kelompok Tani Babatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, Sukma.
"Yang disayangkan oleh petani kali ini saat panen adalah harga jagung sangat murah sampai di bawah Rp 5 ribu per kilogram untuk jagung kering," ujar Sukma.
Ia mengatakan untuk harga jagung asalan yang belum dikeringkan saat ini berkisar Rp 2.700-Rp 3.500 per kilogram.
"Harga sebelumnya itu Rp 5.200 per kilogram dengan kadar air 16 untuk jagung kering, dan untuk mengeringkan ini pakai jasa. Untuk biaya produksi dari menanam sampai selesai panen itu Rp 9 juta," katanya.
Dan penghasilan yang di dapat petani jagung dengan produksi normal 6-7,5 ton jagung basah sebesar Rp 25 juta.
"Yang kami harapkan bisa ada bantuan pemerintah untuk membuat harga jagung stabil lagi. Sebab petani cukup merugi sekarang ini dengan biaya produksi tinggi, sedangkan harga jual murah kadang tidak terserap," tambahnya.