Ketika Paman Nabi Berislam

Paman Nabi ini sempat menjadi tawanan pasukan Muslimin usai Perang Badar.

Republika/Muhyiddin
Pengunjung berjalan di Jabal Malaikat di Badar, Arab Saudi.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Perang Badar pecah, kemenangan ternyata berada di pihak kaum Muslim Madinah. Abbas bin Abdul Muthalib termasuk ke dalam para tawanan perang yang digiring menghadap Rasulullah.

Baca Juga


Saat tiba gilirannya, Abbas menyatakan, di hadapan Nabi bahwa dirinya terseret dalam perang ini lantaran posisinya di kalangan elite musyrik Quraisy, bukan lantaran bahwa dirinya mengkhianati rasa sayangnya terhadap keponakannya itu. Namun, Rasulullah tak membeda-bedakan pamannya tersebut di antara sesama tawanan perang.

Abbas tetap diborgol dan mengalami kurungan. Sebagaimana para tawanan lain, Abbas pun diharuskan menebus dirinya. Nabi ingin menunjukkan kepada para pengikutnya, bahwa Islam tak membeda-bedakan antara kerabat pemimpin dan orang biasa.

Termasuk ketika Nabi Muhammad menyadari rintihan Abbas pada suatu malam di penjaranya. Ternyata, pergelangan tangan pamannya itu diikat terlalu kuat oleh buhul. Rasulullah sampai-sampai tak bisa tidur pada malam itu memikirkan nasib pamannya.

"Wahai Nabi Allah, sudah larut malam, engkau belum tidur?" kata salah seorang sahabat.

"Aku mendengar rintihan Abbas," jawab Rasulullah.

Maka, sahabat itu pergi hendak melonggarkan ikatan pada pergelangan tangan Abbas, tetapi Rasulullah segera memerintahkan agar hal yang sama juga dilakukan kepada seluruh tawanan.

Saat kembali dihadapkan kepada Nabi, Abbas mengaku dirinya sudah memeluk Islam. "Ya Rasulullah, saya ini seorang Muslim, tetapi saya dipaksa ikut berperang (Perang Badar) oleh mereka kaum musyrik," kata Abbas.

"Allah saja Yang Maha Mengetahui keislaman engkau. Bila pengakuanmu benar, Allah akan mengganjarmu. Namun, aku kini melihat dari segi zahirmu. Maka, bayarlah tebusanmu," jawab Rasulullah .

Abbas menjawab, ia tak memiliki uang. Tetapi, Rasulullah menyebutkan hal itu tidak benar.

Abbas telah menitipkan sejumlah uang kepada istrinya bila kelak ia tertawan. Atas keterangan ini, sang paman Nabi terheran-heran, "Dari mana keponakannya itu mengetahuinya?"

Rasulullah menjawab, Allah SWT yang memberi tahu tentang rahasia itu.

Abbas bin Abdul Muthalib kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Nabi, "Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan engkau sungguh-sungguh utusan-Nya, bahwa engkau sungguh orang yang jujur."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler