Masa Dulu dan Sekarang Ada Saja yang Ragukan Kehidupan Akhirat, Lalu Apa Bedanya?

Keraguan terhadap akhirat sudah ada sejak umat-umat terdahulu

Pixabay
Ilustrasi Surga yang menjadi bagian dari kehidupan akhirat
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meragukan akhirat adalah fenomena yang terjadi baik di masa lalu maupun di zaman modern. Karena itu, Allah SWT menurunkan nabi dan rasul-Nya ke dunia ini untuk mensyiarkan adanya kehidupan yang kedua kalinya tersebut. Dan di zaman sekarang ini, ulama lah yang menjadi pewaris nabi. 

Baca Juga


Dalam sejarah hidup manusia, Allah SWT telah mengutus para nabi ke muka bumi ini dan mengajarkan ajarannya. Para nabi Allah SWT itu jumlahnya sangat banyak dan nabi terakhir yang diutus oleh-Nya adalah Nabi Muhammad SAW dengan membawa ajaran Alquran.

Dalam buku berjudul “Hidup Sesudah Mati” terbitan Zahira, Bey Arifin menjelaskan, tujuan diutusnya nabi dan rasul dan diturunkannya kitab suci Alquran setidaknya ada dua.

Pertama, yaitu untuk menerangkan kepada manusia tentang Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah yang Maha Esa. Kedua, untuk menerangkan kepada manusia bahwa setelah meninggal dunia, manusia akan dihidupkan kembali menempuh kehidupan yang kedua kalinya.

Menurut dia, kehidupan yang kedua tersebut adalah kehidupan yang kekal dan abadi, di mana setiap manusia akan menerima pembalasan dari perbuatan yang pernah dilakukan selama hidup di dunia.

Perbuatan yang baik akan mendapatkan balasan yang baik, sedangkan perbuatan jelek akan dibalas dengan kejelekan beruapa azab atau siksa yang pedih.

Namun, orang-orang masih ada yang meragukan akhirat. Menurut Bey Arifin, kalangan yang berselisih tentang kehidupan akhirat ini tidak hanya penduduk Makkah pada zaman Rasulullah SAW, tapi juga manusia modern yang hidup di abad ini.

Lalu apa perbedaan orang-orang dulu dan orang modern dalam meragukan akhirat? 

BACA JUGA: Keajaiban Tulang Ekor Manusia yang Disebutkan Rasulullah SAW dalam Haditsnya

 

Perbedaannya, menurut Bey, jika orang dulu meragukannya karena kebodohan dan kepicikan pengetahuannya, maka dalam abad modern sekarang ini orang meragukannya karena kepintaran dan ketinggian ilmu pengetahuannya. Allah SWT telah berfirman dalam Alquran: 

بَلِ ادّٰرَكَ عِلْمُهُمْ فِى الْاٰخِرَةِۗ بَلْ هُمْ فِيْ شَكٍّ مِّنْهَاۗ بَلْ هُمْ مِّنْهَا عَمُوْنَ . وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا ءَاِذَا كُنَّا تُرٰبًا وَّاٰبَاۤؤُنَآ اَىِٕنَّا لَمُخْرَجُوْنَ. لَقَدْ وُعِدْنَا هٰذَا نَحْنُ وَاٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُۙ اِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ

Artinya: “Bahkan pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana). Bahkan mereka ragu-ragu tentangnya (akhirat itu). Bahkan mereka buta tentang itu. Dan orang-orang yang kafir berkata, “Setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) nenek moyang kita, apakah benar kita akan dikeluarkan (dari kubur)? Sejak dahulu kami telah diberi ancaman dengan ini (hari kebangkitan); kami dan nenek moyang kami. Sebenarnya ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu." (QS. An-Naml: 66-68).

Kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib al-Ashfahani mengatakan, Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula.” 

Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya. 

Pertama, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya). Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.  

وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS al-Ankabut [29]: 64). 

Kedua, dar al-qarar (tempat yang kekal). 

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS Ghafir [40]: 39). 

Ketigadar al-jaza’ (tempat pembalasan). 

يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ “Di hari itu, Allah SWT akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (QS an-Nur [24]: 25).

Keempatdar al-muttaqin (tempat yang terbaik bagi orang yang bertakwa). 

وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا خَيْرًا ۗ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۚ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ

“”Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: ‘Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘(Allah telah menurunkan) kebaikan.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS an-Nahl [16]: 30). 

Dengan demikian, setelah manusia mengetahui akan hakikat kehidupan yang sebenarnya, mereka akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kehidupan akhirat yang kekal daripada kehidupan dunia yang fana ini. 

BACA JUGA: Kehancuran Proyek Zionisme Israel Mulai Terlihat Jelas?

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ “Sebab, Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang.” (QS ad-Dhuha [93]: 4). 

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ ككُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Oleh karena itu, Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. Mereka mengatakan: ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci, dan mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Baqarah [2]: 25).    

Amalan sederhana pebuka pintu surga. - (republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler