Pengusaha yang Viral Paksa Siswa Menggonggong Ditangkap Polisi, Rekening Diblokir PPATK

Sespri Kapolri, Kombes Ahrie Sonta lewat X mengumumkan penangkapan itu.

Tangkapan Layar
Viral di X, seorang pengusaha memaksa siswa bersujud dan mengonggong seperti anjing karena mengejek anaknya.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Media sosial X pekan ini dihebohkan dengan video seorang pria yang dinarasikan sebagai pengusaha, sedang memaksa seorang siswa bersujud dan mengonggong seperti anjing. Pengusaha itu memaksa siswa tersebut menggonggong sebagai bentuk pembalasan setelah anaknya diejek di sekolah.

Pada Kamis (14/11/2024) malam, Sekretaris Pribadi Kapolri, Kombes Ahrie Sonta mengonfirmasi bahwa pengusaha bersama putranya telah ditangkap. Ahrie Sonta pun memastikan bahwa kepolisian akan memproses kasus itu ke tingkat penyidikan meski sebelumnya dilaporkan telah terjadi perdamaian.

"Sudah ditangkap dan akan berlanjut ke penyidikan ya," kata Ahrie Sonta lewat akun X, @ahriesonta, Kamis malam.

Dalam konten yang diunggah oleh Ahrie Sonta tampak dua kolase foto. Yang pertama adalah seorang dengan tangan diborgol saat digiring petugas dan foto satu lagi adalah sang pengusaha yang diketahui bernama Ivan Sugianto.

Dalam video yang beredar viral sebelumnya, pengusaha yang mengenakan kemeja putih itu memarahi murid-murid yang mengejek anaknya. Dia pun berteriak sembari memaksa mereka mengonggong.

Pengusaha yang mengenakan kemeja putih itu memarahi murid-murid yang mengejek anaknya. Dia pun berteriak sembari memaksa mereka mengonggong.

Seperti dinukil dari akun X @PaltiWest2024, peristiwa itu bermula saat anak pengusaha tersebut diejek teman-temannya di sekolah. Orang tuanya pun marah dan bereaksi dengan merendahkan murid-murid sebagai bentuk pembalasan.

"Sujud. Menggonggong!" perintah pengusaha berbaju putih sembari menunjuk murid berpakaian SMA tersebut.

Tak hanya mengonggong, murid-murid yang mengejek anaknya juga dipaksa bersujud di depannya dan di depan umum sebagai bentuk permintaan maaf. Pemaksaan itu pun memicu keingintahuan warga sekitar. Warga dan pihak keamanan terlihat mencoba melerai dan menenangkan sang pengusaha.

Bahkan, beberapa warga terlihat mengkritik tindakan pengusaha tersebut. Akun X @PaltiWest2024 menyoroti bagaimana pengusaha itu malah tak peduli dan membiarkan situasi semakin memanas dengan memaksa anak-anak lain untuk bersujud dan mengonggong seperti anjing.

Warga juga mempertanyakan sikap pengusaha yang dinilai tidak bijaksana dan dewasa. Orang tua murid yang dipaksa menggonggong dan sujud terlihat beradu mulut.

"Lu gak tau siapa gua?!" ucap pengusaha tersebut kepada seorang bapak yang diduga sebagai orang tua murid yang dipaksa bersujud dan mengonggong.

"Memang anak saya salah, tapi tolong," ucap bapak berbaju biru belang putih.

"Kenapa kau bilang kita cari sensasi? Yang cari sensasi itu anakmu, anji**."

Dalam video tersebut hampir terlibat adu hantam sebelum dilerai warga dan seorang pria yang mengaku sebagai petugas keamanan.

 

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra A Putranto menyarankan para orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri. Pembelajaran tersebut penting agar anak bisa membangun ketangguhan dan melatih bertanggung jawab.

Kasandra menyampaikan bahwa belajar menghadapi perlakuan dari orang lain merupakan bagian dari tahapan pembangunan ketangguhan dalam proses tumbuh kembang anak. Menurut dia, anak-anak bisa belajar membedakan hal baik dan buruk, membela diri, serta menangkal pengaruh buruk saat menghadapi perlakuan buruk dari orang lain.

"Kemampuan ini harus dimiliki sejak kecil, secara bertahap, untuk anak dapat membedakan mana yang baik dan buruk dan menangkal pengaruh buruk tersebut," katanya, Selasa (12/11/2024).

Kasandra mengemukakan bahwa orang tua yang membiarkan anak menyelesaikan konfliknya sendiri bukannya tidak peduli. Orang tua yang demikian justru mengajarkan anak untuk mengetahui kapan mereka harus bertindak dan membela diri.

Dalam hal ini, menurut Kasandra, orang tua bisa lebih dulu melihat seberapa besar masalah atau konflik yang sedang dihadapi oleh anak. Kalau menurut penilaian masalah dan konfliknya masih bisa dihadapi sendiri oleh anak, maka orang tua bisa sekadar mengamati tanpa terlibat langsung dalam penyelesaian masalah.

Menurut Kasandra, orang tua bisa membantu atau mengambil alih penanganan kalau masalah atau konfliknya dapat membahayakan anak. "Ketika sudah mengandung risiko bagi anak, masa depan anak, dan mengancam keselamatan, serta ketika anak belum mampu menyelesaikan sendiri," katanya.

Rekening milik Ivan Sugianto pun diblokir oleh Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pemblokiran ini dilakukan PPATK karena mengendus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam rekening itu. 
 
"Rekening Ivan dan pihak-pihak terkait sudah terdeteksi sebelumnya terkait dengan aktifitas ilegal. TPPU," kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana saat dikonfirmasi pada Kamis (14/11/2024).
 
Ivan menjelaskan terdapat sejumlah orang yang sampai sekarang tengah menjalani proses hukum. Berdasarkan hasil pendalaman aparat penegak hukum ditemukan kucuran uang hasil kejahatan ke rekening Ivan Sugianto.
 
"Belasan itu (rekening) milik dia dan pihak terkait," ujar Ivan. 
 
Ivan menyebut pemblokiran itu dilakukan hingga proses hukum rampung terhadap para pihak yang berkelindan dengan Ivan Sugianto
 
"Ada pihak yang sedang dalam proses. Sampai selesai proses hukum," ujar Ivan. 
 
Walau demikian, Ivan masih merahasiakan nominal uang yang ada di belasan itu tersebut. Ivan berkelit bahwa proses analisis tengah berjalan.
 
"Berkembang terus. Kan masih proses analisis," ucap Ivan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler