Pasar Tunggu Menkeu AS Pilihan Trump, Rupiah Menguat Tipis
Rupiah menguat 0,11 persen menuju level Rp 15 857 per dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami penguatan tipis 17 poin atau 0,11 persen menuju level Rp 15 857 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (18/11/2024) sore. Pengamat menilai diantara faktor yang memengaruhinya adalah kondisi pasar yang menunggu sosok Menteri Keuangan AS yang dipilih Presiden AS Donald Trump.
"Pasar sangat ingin mendengar siapa yang akan dipilih Trump sebagai Menteri Keuangan, dengan Howard Lutnick, CEO Cantor Fitzgerald, dan investor Scott Bessent sebagai kandidat utama untuk jabatan tersebut. Analis umumnya berasumsi kebijakan tarif Trump, pengurangan imigrasi, dan pemotongan pajak yang didanai utang akan bersifat inflasioner, sehingga membatasi ruang lingkup pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, dikutip Selasa (19/11/2024).
Ibrahim menuturkan, kontrak berjangka menyiratkan peluang 60 persen bahwa Fed akan melonggarkan seperempat poin pada Desember dan hanya memperkirakan pemotongan 77 basis poin (bps) pada akhir 2025, dibandingkan dengan lebih dari 100 bps beberapa minggu yang lalu.
"Setidaknya tujuh pejabat Fed akan berbicara minggu ini dan para pedagang berasumsi mereka akan bersikap hati-hati terhadap pemotongan yang agresif," ujar dia.
Selain faktor tersebut, sentimen eksternal lainnya yakni datang dari kebijakan bank sentral Jepang/Bank of Japan (BoJ). Gubernur Bank Jepang Kazuo Ueda menegaskan kembali bahwa suku bunga akan terus naik secara bertahap jika ekonomi berkembang sesuai dengan prospek bank sentral.
Namun, ia tidak menyebutkan kenaikan tersebut akan dilakukan pada Desember atau tidak, dengan mengatakan BOJ perlu memperhatikan berbagai risiko, termasuk untuk ekonomi AS.
"Hal itu membuat pasar memperkirakan peluang kenaikan seperempat poin sebesar 54 persen pada pertemuan kebijakan berikutnya pada tanggal 19 Desember, sedikit berubah dari sebelum pidato tersebut. Ueda juga akan memberikan konferensi pers pada pukul 04.45 hingga 05.15 GMT," jelasnya.
Itu merupakan kesempatan pertamanya untuk berbicara langsung tentang kebijakan moneter sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada 5 November, yang membuat investor bertanya-tanya apakah ia akan lebih spesifik tentang prospek kenaikan suku bunga.
"Suku bunga turun pada akhir minggu lalu setelah Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato pada hari Jumat memperingatkan pasar tentang kemungkinan intervensi jika yen jatuh terlalu jauh dan terlalu cepat," tuturnya.
Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan ada beberapa sentimen internal yang memengaruhi pergerakan rupiah yang fluktuatif. Yakni soal pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan.
"Upaya pemerintah mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen dalam 5 tahun terakhir nyatanya masih menyisakan ironi. Indikator makro tersebut ternyata tidak berimplikasi positif ke semua lapisan masyarakat bila dibedah lebih dalam," tuturnya.
Ibrahim menuturkan, sebelumnya pada periode 2002-2019 ketika pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5-6 persen, dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan. Hal itu ditunjukkan dari penambahan jumlah middle class 42 juta orang, aspiring midle class 38 juta orang, dan penurunan kelompok miskin dan rentan miskin 34 orang juta dari 2002 ke 2019.
Kondisi sebaliknya justru terjadi dalam periode 2019-2024 ketika ekonomi tumbuh positif dan banyak yang bilang tumbuh 5 persen, dibarengi dengan penurunan besar-besaran kelas menengah yang diikuti peningkatan kelas miskin dan rentan miskin. Selama lima tahun terakhir ini terjadi penurunan midle class sebanyak 9,5 juta orang yang diikuti penambahan kelas miskin dan rentan miskin sebesar 12,7 juta orang.
"Kondisi ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak inklusif. Artinya, tidak semua orang merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi negara. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif adalah pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan penurunan kemiskinan dan bertambahnya jumlah pekerja formal," terangnya.
Berdasarkan analisis-analisisnya tersebut, Ibrahim memperkirakan pada perdagangan Selasa (19/11/2024) rupiah akan tetap bergerak fluktuatif, namun cenderung melanjutkan penguatan yakni bergerak di rentang Rp 15.800-Rp 15.910 per dolar AS.