1 dari 3 Muslim Pertimbangkan Keluar dari Inggris Dampak Islamofobia Akut

Umat Islam Inggris menghadapi Islamofobia pascakerusuhan musim panas

Danny Lawson/PA via AP
Petugas memadamkan api saat terjadi kerusuhan demonstrasi anti-imigrasi di area Holiday Inn Express di Rotherham, Inggris, Ahad (4/8/2024).
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –Survei terbaru menunjukkan mayoritas Muslim merasa Islamofobia dan kebencian terhadap mereka telah menyebar luas sejak kerusuhan musim panas. Namun, sekitar setengahnya juga merasa mampu lebih terbuka tentang identitas mereka.

Baca Juga


Lembaga amal yang memantau insiden semacam itu, Tell Mama mengungkapkan survei terakhirnya menunjukkan bahwa satu dari dua orang yang ditanya mengatakan mereka menjadi lebih terbuka, terutama melalui percakapan dengan teman dan kolega, tentang identitas Muslim mereka setelah kekerasan yang meletus menyusul serangan di wilayah Southport, Inggris.


Organisasi tersebut menganalisis pendapat 750 umat Islam di seluruh Inggris, tepatnya delapan pekan setelah kerusuhan meletus di beberapa wilayah Inggris dan Irlandia Utara menyusul penusukan yang mengakibatkan tewasnya tiga gadis muda di Southport.

Tell Mama mengatakan, hampir tiga perempat (71 persen) merasa kebencian anti-Muslim dan Islamofobia telah menyebar luas sejak kerusuhan tersebut. Hampir dua pertiga (62 persen) mengatakan potensi risiko bahaya bagi komunitas Muslim telah meningkat secara signifikan atau agak meningkat.

Sementara, satu dari tiga Muslim yang disurvei mengatakan mereka telah mempertimbangkan untuk meninggalkan Inggris akibat kekerasan tersebut, yang mengakibatkan masjid dan hotel yang menampung pencari suaka menjadi sasaran. Sedangkan 55 persen mengatakan mereka merasa aman atau sangat aman di Inggris.

“Banyak Muslim Inggris yang sangat takut saat ini. Mereka butuh Pemerintah kita untuk menunjukkan bahwa mereka mendengarkan ketakutan mereka, dan berupaya menjaga mereka tetap aman," ujar Direktur Tell Mama, Iman Atta dikutip Independent, Rabu (20/11/2024).

Dia mengatakan, jajak pendapat ini adalah bukti dampak mengerikan dari kebencian anti-Muslim dan Islamofobia.

“Lebih banyak upaya harus dilakukan untuk meyakinkan orang-orang ini. Dan kita perlu lebih fokus dalam mendukung kohesi sosial di wilayah yang paling terdampak. Temuan ini seharusnya menjadi peringatan bagi Pemerintah," ucap dia.

BACA JUGA: Israel, Negara Yahudi Terakhir dan 7 Indikator Kehancurannya di Depan Mata

Sementara itu, juru bicara pemerintah setempat mengatakan, hasil survei ini sangat memprihatinkan. Serangan dan kebencian terhadap komunitas Muslim tidak dapat diterima dan pihaknya telah menegaskan akan berusaha memberantas Islamofobia dan rasisme di mana pun hal itu terjadi.

“Semua masyarakat harus merasa aman, terutama di tempat ibadah. Itulah sebabnya kami memperkenalkan skema Keamanan Protektif untuk Masjid dan akan terus bekerja sama dengan masyarakat dan seluruh pemerintah untuk memberikan pendekatan baru dalam mengatasi kebencian rasial dan agama," katanya.

 

Infografis Islamofobia Makin Memburuk di Eropa - (TRT World/Daily Sabah)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler