Perlawanan Dharma-Kun di Tengah Jenuhnya Jakarta
Raihan suara Dharma-Kun dua kali lipat dari suara maksimal di survei sebelum pilkada.
Oleh Bambang Noroyono, Bayu Adji P, Fitriyan Zamzami
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada debat terakhir Pilkada DKI, 17 November lalu, calon gubernur nomor urut dua Dharma Pongrekun menjanjikan program ajaib untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Dia bilang, akan mengatasi macet dengan “teknologi tanpa lampu merah”.
Untuk seorang pensiunan polisi berpangkat komisaris jenderal, kebijakan menghilangkan aturan lalu lintas yang mestinya ditegakkan polantas sedunia itu “agak lain”. Tapi demikianlah Dharma Pongrekun yang agaknya berkawan akrab dengan kontroversi.
Awalnya, ia dicurigai maju sekadar supaya tak ada calon tunggal di Pilkada DKI 2024. Kala itu, naga-naganya hanya Ridwan Kamil sendiri yang siap maju mencalonkan diri didukung gerbong panjang partai politik. Kasus pencatutan KTP untuk pendaftaran Dharma kemudian menguatkan dugaan itu. Bagaimanapun, ia akhirnya berhasil mendaftar sebagai calon independen dengan menggandeng Kun Wardana, seorang fisikawan yang sempat jadi politikus.
Saat kemudian PDI Perjuangan mencalonkan Pramono Anung-Rano Karno sebagai tandingan sepadan untuk Ridwan Kamil yang menggandeng politikus PKS Suswono, pasangan independen itu disangka hanya akan menjadi latar yang tak penting. Ia sempat disebut berbagai lembaga survei hanya bakal memeroleh 3 persen suara, paling pol 5 persenan.
Datang waktu pencoblosan, ternyata banyak orang Jakarta punya ide lain di luar perkiraan lembaga survei. Dharma-Kun, merujuk berbagai hitung cepat, berhasil memeroleh sedikitnya 10 persen suara.
Pujian pun datang, bahkan dari lawan-lawannya. “Mengenai pasangan calon 02, Pak Dharma dan Kun, saya terus terang sangat kagum. Kalau kemudian memperoleh 10 persen, menurut saya itu hasil yang sangat luar biasa,” kata Pramono di kediamannya di Cilandak, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (28/11/2024).
Pramono mengaku takjub, paslon Dharma - Kun yang selama ini dilabeli sebagai paslon ‘hura-hura’, menunjukkan realitas sebaliknya sebagai pesaing yang gigih. Apalagi, kata Pram, hasil 10 persen dari jalur independen tersebut terjadi di Pilkada Jakarta dengan reputasi pemilih rasional tertinggi di seluruh wilayah Indonesia.
“Menurut saya, 10 persen yang dihasilkan dari calon independen di Jakarta yang kelompok pemilihnya yang rasional, menurut saya itu luar biasa,” begitu kata Pramono. Politikus gaek dari PDI Perjuangan itu mengingat saat awal-awal pencalonan Dharma-Kun untuk Pilkada Jakarta 2024, dicap sebagai kontestan dari gimmick politik belaka. Dikatakan Pram, sejak pencalonan Dharma-Kun, sampai survei terakhir sebelum hari-H pencoblosan 27 November 2024, tak satupun lembaga sigi yang meriset elektabilitas paslon nomor urut 02 itu di atas lima persen.
Akan tetapi, kata Pramono, kehendak dan realitas pilihan warga Jakarta bicara lain dari survei. Dari real count KPU Jakarta, pun dari rekapitulasi formulir C-1 yang turut dikumpulkan oleh tim pemenangan Pramono-Rano Karno; Dharma-Kun, memperoleh raihan suara seratus persen lebih tinggi dari seluruh hasil survei selama ini. Yaitu sebesar 10, 53 persen, atau sekitar 459,283 suara.
“Saya menyampaikan secara khusus pasangan 02 ini, yang disurvei hanya sekitar lima persen, kemudian hasilnya bisa 10 persen. Saya menyampaikan hasil tersebut luar biasa,” kata Pramono.
Kekaguman serupa, pun disampaikan rival lainnya. Cagub Ridwan Kamil. “Hormat saya untuk kontestasi dari Pak Dharma dan Pak Kun yang fighter (petarung) juga. Luar biasa,” kata Kang Emil, sapaan akrabnya di Jakarta, pada Rabu (27/11/2024). Emil memerkirakan, perolehan suara Dharma-Kun tersebut membuka peluang bagi para politikus nonpartai, untuk turut ambil bagian dalam kontestasi pemilihan kepala daerah. “Ini perlu menjadi catatan,” kata Emil mewanti-wanti.
Sejauh ini, hasil akhir dari Pilkada DKI belum ditetapkan KPU. Paslon Pramono-Rano, sudah mendeklarasikan kemenangan satu putaran dengan raihan 50,07 persen atau sebanyak 2.183.577. Sedangkan Paslon Ridwan Kamil-Suswono meyakini Pilkada Jakarta harus dituntaskan dengan dua putaran. Menurut versi mereka, perolehan suara Pramono-Rano masih di angka 49,28 persen dan belum mencapai 50 persen plus satu suara sebagai syarat kemenangan.
Ini berarti raihan suara Dharma-Kun, walaupun menahannya di posisi ketiga, tetap punya dampak signifikan bila nantinya Pilkada DKI harus digelar dua putaran. Dharma Pongrekun paham soal ini. Ia menganggap kekalahan telaknya pada hasil hitung cepat sementara sebagai "kemenangan".
"Karena selama ini kami ditekan di angka tiga persen sampai paling tinggi lima persen dan kenaikan yang cukup signifikan (menjadi 10 persen) dengan kemampuan yang sangat minim," kata Dharma kepada wartawan di posko pemenangan Bale Gotong Royong, Jakarta Selatan, Rabu.
Menurut Dharma, hasil tersebut luar biasa mengingat dirinya dan wakilnya, Kun Wardana tidak memiliki latar belakang politik ataupun basis partai. "Ini adalah berkat luar biasa, karena kami berdua bukanlah orang yang berlatar belakang politik dan tidak mempunyai basis partai. Ini adalah skenario Tuhan," ungkap Dharma.
Dharma optimis bahwa 10 persen raihannya dapat menjadi penentu kepemimpinan di Jakarta nantinya. "Otomatis dengan angka tersebut, Paslon Dharma-Kun menjadi penentu suaranya untuk memenangkan salah satu paslon, baik satu maupun tiga nantinya," kata Dharma.
Dharma Pongrekun juga mendorong warga untuk ikut kontestasi politik meskipun tanpa basis partai ataupun biaya memadai. "Ini membuka hasrat baru supaya rakyat jangan ragu-ragu (berkontestasi dalam politik), jangan takut untuk berjuang dan bersuara manakala ada hak-hak yang dikebiri. Mari sama-sama kita perjuangkan keadaan hari ini dan ke depan, kita berjuang terus sampai Tuhan memanggil kita," kata Dharma melanjutkan.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan, tingginya suara Dharma-Kun kemungkinan besar disebabkan banyak warga Jakarta yang belum menentukan pilihan (undecided voter) hingga menjelang pemungutan suara. Menurut dia, banyak undecided voter yang akhirnya memilih Dharma-Kun.
"Jadi itu yang bisa menjelaskan kenapa Dharma-Kun mendapatkan suara signifikan. Dapat dari undecided voter," kata dia kepada Republika, Kamis (28/11/2024).
Ia menambahkan, alasan lain tingginya suara Dharma-Kun adalah banyak pemilih Jakarta banyak juga yang tidak terlampau setuju atau tidak terlampau memilih calon yang diusung partai politik.
Menurut dia, hal itu menjadi satu-satunya faktor yang bisa menjelaskan alasan warga memilih Dharma-Kun. "Karena memang dia muncul dari calon perseorangan. Itu artinya calon perseorangan disukai karena tidak didikte atau diintervensi oleh kepentingan partai politik manapun," kata dia.
Jengahnya warga Jakarta dengan parpol dan kontestasi politik ini juga tergambar dari partisipasi di pilkada. Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat tingkat partisipasi warga pemilih dalam menggunakan hak pilihnya di Pilkada Jakarta hanya sebesar 57,69 persen. Selebihnya 42,31 persen memilih untuk tak datang ke tempat pemungutan suara (TPS) alias golput. Versi Indikator Politik, angka golput dalam Pilkada Jakarta kemarin sebanyak 32,24 persen.
Lembah (50 tahun), seorang warga Pancoran, Jakarta Selatan secara anekdotal membenarkan fenomena ini. "Di tempat gue banyak yang tiga-tiganya dicoblos," kata dia kepada Republika. Ia juga mengatakan, TPS di wilayahnya tergolong sepi dibandingkan pemilu kemarin. "Bini gua aja kaga datang, gak mau milih," ia menambahkan.
Merujuk data di TPS tempatnya memilih, ada 552 pemilih yang terdaftar. Dari jumlah itu, hanya 334 yang datang ke TPS sementara 218 tak datang. Yang mencoblos tiga calon alias tak sah suaranya sebanyak 22 orang.
Iksan, warga Klender, Jakarta Timur, juga mengiyakan kejenuhan yang dirasakan warga DKI. Menurutnya, kedua calon yang diusung parpol tak ada yang "nyangkut" di hati keluarganya. "Tapi karena MUI mewajibkan memilih ya kita harus ke TPS," ujarnya.
Di TPS, salah satu anggota keluarganya kebingungan harus memilih siapa di antara para calon sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada Dharma-Kun. "Dari pada ragu-ragu, akhirnya dia milih yang pasti kalah aja," ujar Iksan.
Buat partai politik, angka-angka ini ditambah perolehan Dharma-Kun membuat yang disampaikan Kang Emil kemudian banyak benarnya. Bahwa ini harus menjadi catatan. Serupa juga dikomentari Pramono terkait konteks pelaksanaan pemilu dan pilkada. “Ini adalah realitas bahwa masyarakat sebenarnya sudah ingin pemilu-pemilunya ini segera berakhir. Karena kemarin dalam waktu yang beruntun ada pemilihan legislatif, pemilihan presiden, dan pilkada yang bersamaan dalam waktu yang berdekatan. Dan itu sangat melelahkan bagi publik,” begitu kata Pramono.
Bagaimanapun kontroversialnya Dharma Pongrekun, dari rencana menghilangkan lampu lalu lintas sampai teori konspiratifnya soal Covid-19, tak sedikit warga Jakarta yang menjatuhkan pilihan atasnya ketimbang harus memilih calon yang diajukan partai politik.