Andika-Hendi Kalah di Jateng, Pengamat Pertanyakan ke Mana Megawati dan Ganjar?

Kemenangan paslon Luthfi-Yasin dinilai tak terlepas dari pengaruh Jokow.

Kamran Dikarma/Republika
Calon gubernur Jawa Tengah nomor urut 01, Andika Perkasa, tiba di kediaman Hendrar Prihadi (Hendi) di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang, Rabu (27/11/2024). Andika akan menggunakan hak pilihnya TPS 003 Lempongsari yang berlokasi tak jauh dari kediaman Hendi.
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pengamat politik Agung Baskoro menilai kekalahan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari PDIP, Andika-Hendi, dalam hitung cepat pilkada Jawa Tengah (Jateng) menyiratkan turunnya dominasi PDIP. 

Baca Juga


Ia pun tak menampik ada pengaruh Presiden ke-7 Joko Widodo yang turun langsung mendukung Luthfi-Yasin di detik detik akhir pilkada 2024.

Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS) itu, kemenangan Paslon 02 Ahmad Luthfi-Taj Yasin di quick count tak terlepas dari kuatnya pengaruh Jokowi di Jawa Tengah. Meskipun, faktor Jokowi bukan satu satunya penyebab kemenangan Paslon tersebut.

"Kalau saya melihat sukar untuk tidak mengakui bahwa Jokowi masih punya pengaruh besar di Jateng," kataya saat dihubungi Republika, Jumat (29/11/2024).

Sebenarnya, kata ia, sosok Andika-Hendi adalah calon yang kompetitif untuk menyaingi Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. Namun, kontestasi politik berubah saat Jokowi 'turun gunung'. 

"Tapi karena di detik detik terakhir pak Jokowi turun gunung otomatis ada arahan yang positif kenaikan yang signifikan," katanya.

Menurutnya, aksi Jokowi mendukung salah satu Paslon tersebut menjadi pemantik mesin-mesin partai untuk bergerak. Khususnya untuk pasangan Ahmad Lutfi-Taj Yasin yang didukung oleh koalisi KIM Plus.

 

Di sisi lain, kekalahan kedua setelah pilpres tersebut menurutnya semakin menyiratkan bahwa dominasi PDIP di Jawa Tengah semakin menurun. Meskipun, ia tak menilai bahwa otomatis Jawa Tengah menjadi 'kandang Jokowi' seperti banyak komentar netizen di media sosial.

"Iya saya kira memang dua kali kalah, pilpres dan pilkada ini. Saya kira bukan kandang siapa tapi di pilkada lebih faktor figur jadi siapapun paslon yang didukung partai harus mampu mentransformasikan ke figur yang mereka usung karena yang dipilih kan figurnya bukan partainya," katanya.

"Kalau lihat prosentase sementara turun namun kini yang memegang kendali kubu KIM Plus atau Gerindra gitu," katanya menambahkan.

Pihaknya juga menilai kekalahan Andika Hendi juga tak terlepas dari kurangnya tokoh berpengaruh yang turun gunung untuk memenangkan pasangan tersebut. Berbeda dengan kubu Ahmad Luthfi dan Taj Yasin.

Kondisi itu beda dengan Jakarta. Di sana, mantan gubernur seperti Anies Baswedan dan Ahok turun gunung untuk mendukung Pramono-Rano melawan dominasi KIM Plus. 

"Saya tidak melihat misalkan di Jateng ibu Mega pak Ganjar turun gunung sebagaimana pak Jokowi turun gunung ke mushola ke masjid naik mobil pick up gitu," katanya.

"Di Jakarta ada pak Anies pak Ahok di Jateng siapa yang blusukan luar biasa seperti itu? saya gak lihat pak Ganjar padahal dia gubernur petahana misalkan ataupun Megawati atau sosok yang berpengaruh di Jateng itu berbeda jauh di KIM Plus," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler