Gus Miftah Diingatkan Soal Adab dan Etika

Kejadian ini menunjukkan pentingnya menjaga adab dalam berbicara.

Dok Istimewa
Gus Miftah saat menyampaikan ceramah di Magelang.
Rep: MgRol153 Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polemik seputar ceramah seorang dai Miftah Maulana Habiburokhman yang dianggap menghina seorang penjual es keliling dinilai terjadi karena kurangnya menjaga adab. 

Baca Juga


Dr. Hasan Basri Tanjung, M.A. dosen Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun, Bogor menyatakan bahwa ia telah menonton cuplikan video yang viral tersebut. "Emang lagi viral baik secara video tersebar maupun ditulis oleh banyak orang, saya juga sudah menonton cuplikan nya meskipun tidak menonton video secara penuh" ujarnya.

Menurut dia, kejadian ini menunjukkan pentingnya menjaga adab dalam berbicara, terutama di depan publik. "Ini kan soal adab ya, ini lah kalau sudah terbiasa berbicara di depan panggung, apalagi panggungnya orang-orang terhormat yang sangat disanjung, kadang memang lidah tidak terkendali. Tapi intinya ini adab-adab dalam bicara dan tidak sepatutnya itu terjadi" jelas Hasan.  

Hasan menambahkan bahwa meskipun kata-kata yang digunakan mungkin lazim di kalangan tertentu, maknanya tetap memiliki dampak yang dapat memuliakan tetapi sekaligus menghinakan. Hal ini terutama menjadi lebih bermasalah ketika diucapkan di depan banyak orang dan dijadikan bahan tertawaan.

"Sesungguhnya bukan mentertawakan orang miskin yang sedang jualan itu, tetapi menertawakan dirinya sendiri dan orang-orang yang di sekitarnya menjadikan itu lelucon" tegas dia.  

Hasan mengingatkan para penceramah, termasuk Gus Miftah yang menjadi pusat perhatian dalam kasus ini, untuk menjaga etika komunikasi. "Kita harus tetap menjaga etika komunikasi dalam Islam. Itu namanya adab komunikasi" ujarnya.  

 

KH Jeje Zaenudin, Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) menegaskan bahwa seorang penceramah tidak patut berkata kasar, buruk, mengumpat, ataupun memfitnah, terutama ketika menyampaikan nilai-nilai agama. 

"Tentu saja seorang penceramah dalam kapasitasnya sebagai apapun tidak patut berkata kasar, buruk, mengumpat, dan memfitnah. Apalagi jika yang sedang diceramahkan adalah nilai-nilai dan ajaran agama," ungkap Jeje.  

Dia pun mengutip ajaran Alqur'an sebagai pedoman dalam berbicara. "Al-Qur'an dengan tegas memerintahkan, 'dan hendaklah kalian berkata pada manusia dengan baik," ujar dia. 

Kedua tokoh Islam ini sepakat bahwa adab dalam berbicara, terutama bagi penceramah yang menjadi panutan umat, adalah hal yang harus dijaga dengan baik demi menjaga nilai-nilai dan etika dalam komunikasi Islam.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler