Hizbullah Siap Bela Assad, Tuding Oposisi Suriah Ditunggangi Israel dan Amerika
Oposisi Suriah telah menguasai Kota Hama dan Aleppo.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem telah berjanji kelompok Lebanon akan mendukung pemerintah Suriah. Hal itu disampaikan di tengah langkah pemberontak yang mencoba menabur kekacauan di negara tersebut.
“Mereka tidak akan dapat mencapai tujuan mereka meskipun apa yang telah mereka lakukan dalam beberapa hari terakhir, dan kami sebagai Hizbullah akan berada di sisi Suriah dalam menggagalkan tujuan agresi ini semaksimal mungkin,” kata Qassem pada Kamis, seraya menambahkan bahwa 'agresi' disponsori oleh Amerika Serikat dan Israel.
Komentarnya muncul beberapa jam setelah pasukan oposisi Suriah merebut kota strategis Homs di Suriah tengah. Ini menjadi kemenangan terbaru mereka dalam serangan kilat yang dilancarkan delapan hari lalu.
Qassem tidak memberikan rincian tentang bagaimana Hizbullah akan mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun ia mengatakan kelompok yang bersekutu dengan Iran akan melakukan apa yang mereka bisa.
Hizbullah saat ini sedang mengamati perjanjian gencatan senjata yang rapuh dan ditengahi AS dengan Israel, setelah satu tahun perang yang telah membawa banyak kehancuran khususnya di wilayah selatan Lebanon.
Banyak pemimpin kelompok tersebut terbunuh dalam serangan Israel, sementara puluhan ribu warga sipil Lebanon diusir dari rumah mereka.
Warga menanggung beban
Warga sipil juga menanggung beban terberat dari perang Suriah yang telah berlangsung selama 13 tahun. Sebagian besar perang akhirnya terhenti sejak tahun 2020 hingga pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi al-Qaeda, melancarkan serangan baru dari benteng mereka di barat laut Suriah pekan lalu.
Selama akhir pekan para pemberontak merebut Aleppo, kota terbesar kedua di negara itu, sebelum bergerak ke selatan dan memasuki Hama pada Kamis.
Lebih dari 280 ribu orang terpaksa mengungsi akibat pertempuran baru-baru ini. Demikian disampaikan oleh Program Pangan Dunia PBB dalam sebuah postingan di X.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan diakhirinya pertempuran dan mengatakan meningkatnya konflik di Suriah adalah akibat dari 'kegagalan kolektif yang kronis' dalam diplomasi.
Guterres menyerukan akses kemanusiaan segera kepada semua warga sipil yang membutuhkan di Suriah. Ia menyerukan semua pihak kembali ke proses politik yang difasilitasi PBB untuk mengakhiri pertumpahan darah.
“Puluhan ribu warga sipil berada dalam bahaya di wilayah yang sudah terbakar,” kata Guterres kepada wartawan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis meminta al-Assad untuk segera menemukan 'solusi politik' terhadap perang tersebut.
“Rezim Suriah harus segera berkomitmen dengan rakyatnya demi mendukung solusi politik global,” kata Erdogan dalam percakapan telepon dengan Guterres, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kepresidenan.
Erdogan, yang negaranya telah menjadi rumah bagi sekitar tiga juta pengungsi Suriah sejak perang dimulai pada tahun 2011, telah mengadakan beberapa diskusi dengan para pemimpin lain mengenai krisis ini dalam beberapa hari terakhir.
“Turkiye telah berupaya untuk mengurangi ketegangan, melindungi warga sipil dan membuka proses politik dan akan terus melakukannya,” kata Erdogan seperti dikutip dalam pernyataan tersebut.