Peneliti Ungkap Faktor Pembentuk Tren Pekerjaan Masa Depan, Milenial dan Gen Z Harus Siap

Mereka didorong beradaptasi dengan persyaratan pekerjaan yang semakin berkembang.

Republika/Thoudy Badai
Pencari kerja memindai kode batang untuk mengajukan lamaran kerja saat menghadiri gelaran Jakarta Job Fair di Mall Grand ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2024).
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti dari Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Norman Luther Aruan mengungkapkan faktor-faktor yang diprediksi menjadi pembentuk tren pekerjaan di masa depan. Pertama, ia menyoroti perkembangan teknologi yang mendorong kemajuan proses otomatisasi dan kehadiran kecerdasan buatan yang mulai mengambil alih tugas rutin yang bersifat manual maupun kognitif dalam dunia kerja.

Baca Juga


"Jadi gelombang otomatisasi ini tidak hanya menggantikan pekerjaan tetapi juga mengubah sifat pekerjaan itu sendiri," kata Norman dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta pada Jumat (6/12/2024).

Oleh karena itu, pengembangan keterampilan sumber daya manusia perlu dilakukan. Selain itu, mereka juga didorong beradaptasi dengan persyaratan pekerjaan yang semakin berkembang dengan hadirnya teknologi yang telah membantu dalam berbagai bidang.

Kedua, Norman mengatakan, saat ini dunia tengah menghadapi kebangkitan Gig Economy atau sistem tenaga kerja yang terdiri dari posisi kerja sementara atau kontrak jangka pendek. "Jadi akibat perkembangan teknologi sehingga memungkinkan muncul apa yang disebut sebagai Gig Economy," tegasnya.

 

Menurutnya, kebangkitan Gig Economy menimbulkan pro dan kontra di mana di satu sisi sistem tersebut menawarkan otonom dan fleksibilitas dalam dunia kerja. Sementara itu di sisi lain Gig Economy menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dan perlindungan kerja.

Ketiga yakni terjadi transisi demografi pekerja dengan kemunculan generasi Z dan milenial di mana mereka dinilai lebih memprioritaskan pekerjaan yang bermakna, memiliki peluang untuk bertumbuh, serta lingkungan kerja yang kolaboratif.

"Sehingga perusahaan atau organisasi yang memahami dan beradaptasi dengan pergeseran demografis ini akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mempertahankan bakat kemudian mengembangkan atau mendorong inovasi dan tetap kompetitif di dunia kerja yang terus berkembang," ujar Norman.

Guna menghadapi ketiga faktor ini, dia mendorong calon pekerja menyeimbangkan kemampuan interpersonal (soft skill) dan keterampilan teknis (hard skill) yang diperlukan untuk dalam pekerjaan di masa depan.

"Kemampuan teknis di masa depan sama pentingnya dengan kemampuan soft skill yang merupakan sesuatu yang diperlukan dalam masa depan pekerjaan," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler