Imam Ahmad bin Hanbal tak Mau Diimami Orang yang Suka Menerima Hadiah dari Pejabat
Imam Ahmad bin Hanbal sangat terkenal dengan kehati-hatiannya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kewaraan (kehati-hatian dalam menjaga diri dari perbuatan dosa dan perkara syubhat) Imam Ahmad bin Hanbal tidak perlu diragukan lagi. Sifatnya itu melegenda hingga saat ini di dunia Islam.
Ada salah satu contoh tentang kewaraan Imam Ahmad bin Hanbal. Dikisahkan, Imam Ahmad bin Hanbal tidak mau sholat diimami oleh pamannya, Ishaq bin Hanbal dan tidak mau diimami kedua putranya yaitu Abdullah dan Shalih.
Selain itu, Imam Ahmad bin Hanbal juga tidak berbicara dengan mereka. Ini lantaran mereka menerima hadiah-hadiah dari pejabat atau penguasa.
Suatu ketika, Imam Ahmad bin Hanbal tidak punya makanan apa-apa selama tiga hari lamanya. Hingga, dia menemui salah seorang muridnya untuk berutang tepung kepadanya.
Keluarga salah satu muridnya ini tahu betul kondisi Imam Ahmad yang sangat memerlukan makanan. Mereka segera membuat adonan dan roti secepatnya.
Imam Ahmad bin Hanbal kemudian berkata, "Mengapa buru-buru? Bagaimana kalian bisa membuat roti secepat ini?"
"Kami melihat tungku di rumah Shalih (anak Imam Ahmad) menyala, lalu kami pun membuat roti ini dengan cepat untukmu," jawab muridnya.
"Bawalah roti ini! kata Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal tidak mau memakannya. Ia juga memerintahkan untuk menutup pintu yang mengarah ke rumah anaknya, Shalih bin Ahmad.
Untuk diketahui, ulama penting yang rendah hati itu bernama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Abu `Abdullah al-Shaybani. Ia terlahir di Merv, Asia Tengah (sekarang Turkmenistan), pada 20 Rabiul Awal tahun 164 H.
Ada pula yang menyebut sang Imam lahir di Baghdad, Irak. Saat berada dalam kandungan sang bunda, Imam Ahmad bin Hanbal diajak ibunya hijrah ke metropolis intelektual dunia ketika itu, yakni Baghdad.
Sejak masih bayi, Imam Ahmad bin Hanbal sudah menjadi anak yatim. Ia dibesarkan oleh sang ibu seorang diri. Ia merupakan keturunan dari suku Shayban. Sejak belia, Imam Ahmad bin Hanbal berbeda dengan anak seusianya. Ia dikenal sebagai anak yang alim, bersih, dan senang menyendiri. Kecintaan dan rasa takut untuk berbuat dosa kepada Allah SWT telah terpatri dalam hati nurani Ahmad bin Hanbal sejak dini.
Fikih adalah ilmu agama pertama yang dipelajarinya secara khusus. Ia berguru pada Abu Yusuf--murid terkemuka sekaligus sahabat Abu Hanifah. Setelah mempelajari fikih, Ahmad bin Hanbal lalu menimba ilmu hadis. Ia melanglang buana dari satu negeri Islam ke negeri lainnya demi mendapatkan ilmu yang dicarinya. Petualangan menimba ilmu itu dilakukannya saat dia berusia 16 tahun.
Sebagai seorang murid yang cerdas dan baik, Ahmad bin Hanbal disayangi oleh semua gurunya. Ia pun selalu menaruh hormat kepada semua gurunya tanpa membeda-bedakan. Gurunya terbilang sangat banyak. Ibnu Al-Jawzi menuturkan, Imam Ahmad bin Hanbal memiliki 414 guru hadis.
Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja'far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi'i, Waki' bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma'qil.
Salah seorang guru yang paling dicintainya adalah Imam Syafi'i. Ia begitu bangga kepada kemampuan sang guru yang luar biasa dalam ilmu fikih.