Ini Pesan Haedar Nashir untuk Para Mufasir at-Tanwir

Para penyusun kitab Tafsir at-Tanwir diharap mampu jadi ulul albab.

dok ist
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan Pidato Milad ke-112 Muhammadiyah, Senin (18/11/2024). Tema Milad dan Tanwir Muhammadiyah tahun ini ialah Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua.
Rep: mgrol154 Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir berharap, para mufasir khususnya di lingkungan Persyarikatan mampu menjadi sosok ulul albab. Dengan begitu, karya mereka yakni kitab Tafsir at-Tanwir 30 Juz nantinya dapat mencerahkan kehidupan keagamaan Muslimin masa kini.

Baca Juga


Ia mengingatkan, Indonesia merupakan negeri yang dikaruniai kemajemukan. Di samping itu, bangsa ini sedang menghadapi dinamika perubahan yang pesat dalam berbagai bidang. Karena itu, umat Islam di Tanah Air memerlukan panduan dari petunjuk Alquran. Dalam hal inilah, mufasir Muhammadiyah dapat menunjukkan peran penting.

“Jujur, kita masih tertinggal dalam sejumlah aspek. Meskipun kita telah bekerja keras, baik Muhammadiyah maupun komponen bangsa yang lainnya, termasuk pemerintah, untuk memajukan Indonesia. Namun, kita masih banyak problem, masih banyak masalah, dan sekaligus tantangan yang harus dihadapi,” ujar Haedar Nashir dalam sambutannya di acara pembukaan Konferensi Mufasir Muhammadiyah II di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA), Jakarta, Jumat (13/12/2024).

Melalui Tafsir at-Tanwir, Haedar menegaskan, Muhammadiyah harus mampu memberikan panduan yang jelas bagi umat Islam dan bangsa Indonesia umumnya untuk memajukan negara, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

“Indonesia yang sejalan dengan Pancasila, yang berketuhanan yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan, yang adil dan beradab,” tambahnya.

Dalam merumuskan tafsir, Haedar mengingatkan para ulama dan mufasir Muhammadiyah agar tetap jernih. Mereka diharapkan menjadi ulul albab, yakni sosok-sosok yang memiliki pemahaman mendalam, mampu menyerap berbagai pandangan, serta mengambil pemikiran yang terbaik.

Haedar merujuk pada ayat surah az-Zumar ayat ke-18, yang menyebutkan sifat ulul albab sebagai "mereka yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik."

“Jangan sampai kita merumuskan tafsir, merumuskan keputusan fatwa, dan lain sebagainya, terpengaruh oleh situasi yang membuat apa-apa yang telah kita hasilkan tidak memberikan pencerahan,” ucap guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Ia mengajak para mufasir untuk memberikan alternatif pemikiran yang dapat menjadi suluh dan pencerahan bagi umat, serta menghindari pemikiran yang sempit atau terperangkap oleh situasi yang tidak konstruktif.

Pesan Haedar ini menegaskan bahwa peran tafsir dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan sangatlah penting, dan dengan sikap ulul albab, para mufasir Muhammadiyah diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan peradaban yang lebih baik untuk Indonesia dan dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler