Jangan Sombong Langgar Sunnah Nabi SAW, Pria Ini tak Bisa Makan dengan Tangannya

Rasulullah SAW memberikan contoh adab makan yang baik

Dok. Freepik
Ilutrasi makan. Rasulullah SAW memberikan contoh adab makan yang baik
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap sunnah keseharian yang diajarkan Nabi Muhammad SAW mempunyai manfaat. Termasuk anjuran makan dan minum dengan tangan kanan.

Baca Juga


Bahkan suatu saat, Rasulullah SAW pernah marah saat seorang pria dengan sombong melanggar sunnah makan dengan tangan kanannya tersebut. Akibat perbuatannya itu, atas izin Allah SWT, dia tidak menggerakkan tangannya sama sekali.

عن سلمة بن أن الأكوع قال قعد بُسر الأشجعي بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم، وجلس يأكل بشماله، فلما ذكّره رسول الله صلى الله عليه وسلم بالأكل باليمين، استكبر عن قبول الحق، فقال: لا أستطيع، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: ((لا استطعت، ما منعه إلا الكبر))، فما رفعها

Dari Salamah bin Akwa radhiyallahu ‘anhu beliau bercerita bahwa Busr al-Asyja’I berada di sisi Nabi SAW yang makan dengan menggunakan tangan kiri di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Melihat hal tersebut Nabibersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu.”

“Aku tidak bisa makan dengan tangan kanan,” sahut orang tersebut. Nabi lantas bersabda, “Engkau memang tidak biasa menggunakan tangan kananmu.” Tidak ada yang menghalangi orang tersebut untuk menuruti perintah Nabi kecuali kesombongan. Oleh karena itu orang tersebut tidak bisa lagi mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.” (HR Muslim no 2021)

Dalam riwayat Ahmad no 16064 dinyatakan, “Maka tangan kanan orang tersebut tidak lagi bisa sampai ke mulutnya sejak saat itu.”

Imam Nawawi mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan untuk mendoakan kejelekan terhadap orang yang tidak melaksanakan aturan syariat tanpa aturan yang bisa dibenarkan.

Hadits di atas juga menunjukkan bahwasanya amar ma’ruf nahi munkar itu dilakukan dalam segala keadaan. Sampai-sampai meskipun sedang makan. Di samping itu hadits di atas juga menunjukkan adanya anjuran mengajari adab makan terhadap orang yang tidak melaksanakannya (Syarah shahih Muslim, 14/161)

BACA JUGA: Terungkap Agenda Penghancuran Sistematis Gaza Hingga tak Dapat Dihuni dan Peran Inggris

Meskipun demikian jika memang terdapat alasan yang bisa dibenarkan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati makanan dengan tangan kanannya karena suatu penyakit, maka diperbolehkan makan dengan menggunakan tangan kiri. Dalilnya firman Allah, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah: 286)

Infografis Alasan Nabi Muhammad tidak Pernah Makan Makanan Panas - (Republika.co.id)

Paling tidak, ada tiga poin penting berkenaan dengan akhlak mengonsumsi makanan dan minuman. Pertama, berdoa dengan menyebut nama Allah ketika hendak memulai makan dan minum.

Ini mengandung pengertian bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia sesungguhnya adalah karunia Allah yang harus disyukuri. Ketika nama Allah disebut oleh orang yang hendak makan dan minum, berarti ia mengharap berkah dari makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.

Kedua, menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Dalam Islam, kanan adalah simbol kebajikan yang mengandung nilai terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW senantiasa membiasakan yang kanan (al-tayamun) dalam setiap aktivitas kesehariannya, baik yang berhubungan dengan ibadah maupun akhlak.

Secara kontekstual, pembiasaan tangan kanan dalam makan dan minum ini, dapat dimaknai pula sebagai perintah untuk selalu mendapatkan makanan dan minuman dengan cara yang baik dan terpuji.

Makanan dan minuman harus mengandung kehalalan sempurna. Rasulullah SAW bersabda, ''Daging apa saja dalam tubuh manusia yang tumbuh dari makanan yang tidak halal, maka neraka lebih pantas baginya.''

Ketiga, mengutamakan makanan atau minuman yang paling dekat. Adalah sangat indah dan santun ketika seorang Muslim lebih mengutamakan makanan yang paling mudah diraihnya daripada yang jauh dan sulit diraihnya walaupun lebih lezat dan menarik.

BACA JUGA: Mengapa Tentara Suriah Enggan Bertempur Mati-matian Bela Assad?

Akhlak ini sesungguhnya mengandung esensi bahwa setiap Muslim dilarang bersikap tamak dan serakah sehingga selalu mengharap sesuatu yang tidak dimilikinya.

Setiap Muslim diperintahkan untuk selalu menghiasi dirinya dengan sifat qanaah, yaitu menerima dan merasa cukup sekaligus mensyukuri apa yang dimilikinya sebagai nikmat dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, ''Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya harta dan benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.'' (HR Abu Ya'la).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler