Jerman Setuju Ekspor Senjata Tambahan ke Israel, Kucurkan Rp 500 Miliar
Jerman telah lama menjadi sekutu utama Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman menyetujui ekspor senjata tambahan ke Israel senilai lebih dari 30 juta euro (setara 31,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 505,88 miliar) dalam beberapa pekan terakhir, menurut laporan media Der Spiegel pada Selasa (24/12/2024).
Secara keseluruhan, Jerman telah memberikan lampu hijau untuk ekspor senjata ke Israel dengan nilai total lebih dari 160 juta euro (sekitar Rp 2,7 triliun) sepanjang tahun ini. Hal itu terjadi meskipun mendapat peningkatan kritik internasional dari kelompok hak asasi manusia yang menyebut tindakan Israel di Jalur Gaza sebagai genosida.
Menurut Der Spiegel, data terbaru tentang ekspor senjata itu dirilis Kementerian Ekonomi setelah adanya pertanyaan dari pihak legislatif.
Meskipun pemerintah Jerman telah memenuhi banyak permintaan senjata dari Israel, tidak ada barang yang diklasifikasikan sebagai senjata perang, seperti amunisi artileri atau tank yang dikirimkan.
Berdasarkan laporan Der Spiegel, pemerintah Tel Aviv secara khusus meminta senjata perang setelah serangan Hamas pada Oktober 2023. Namun, hingga kini Berlin belum memberikan persetujuan.
Pengiriman Jerman mencakup transmisi untuk tank Merkava Israel yang dibuat di Jerman setelah Berlin menyetujui pengiriman tersebut pada musim panas.
Pengiriman senjata yang berpotensi digunakan di Gaza dihentikan pada Maret setelah Nikaragua mengajukan kasus terhadap Jerman di Mahkamah Internasional (ICJ). Nikaragua menuduh Jerman terlibat dalam genosida di Gaza.
Jerman telah lama menjadi sekutu utama Israel. Kanselir Olaf Scholz sering menekankan tanggung jawab khusus Jerman untuk keamanan Israel karena masa lalu negara tersebut di era Nazi.
Namun, para kritikus berpendapat dukungan tanpa syarat Jerman terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merusak kredibilitas internasionalnya dan semakin mengisolasi Berlin di panggung global.
Sejak Israel memulai genosida terhadap Hamas di Gaza pada Oktober tahun lalu, lebih dari 45.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak gugur. Lebih dari 105.000 lainnya terluka.
Israel saat ini menghadapi kasus genosida di ICJ atas tindakannya di Gaza. Jutaan warga Palestina tetap mengungsi dan menghadapi kekurangan parah makanan, pasokan medis, dan kebutuhan dasar lainnya.