Makan Gizi Gratis, Orang Tua Senang, Uang Jajan Jadi Berkurang

Program makan gizi gratis dinilai mengurangi beban keuangan masyarakat.

Republika/Prayogi
Para siswa menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 05 Sukatani, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Pada hari pertama program makan bergizi gratis (MBG) tersebut para siswa terlihat antusias menikmati menu makanan. Total sebanyak 406 para siswa kelas 1 hingga kelas 6 menikmati paket menu makanan uang teridiri dari Nasi, Daging Ayam, Tempe, Sayur Buncis dan Buah Jeruk. Salah satu siswa kelas 5 Fatah Ar Rozak mengaku senang mendapatkan makan bergizi gratis dari program pemerintah tersebut. Menurutnya rasa makanannya enak dan untuk porsi makanannya cukup mengenyangkan.
Rep: Bayu Adji P  Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mulai melaksanakan program makan bergizi gratis (MBG) sejak Senin (6/1/2025). Setidaknya, terdapat 190 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) atau dapur MBG yang telah beroperasi menyediakan makanan gratis untuk para siswa di 26 provinsi.

Baca Juga


Republika mencoba memantau pelaksanaan program MBG di SDN Susukan 01 dan 02, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, pada Selasa (7/1/2025). Di sekolah itu, terdapat sekitar 755 paket MBG berisi nasi, tempe, telur orek, sayur wortel, dan jeruk, yang disediakan SPPG Ciracas untuk para siswa di sekolah itu.

Berdasarkan pantauan Republika, para siswa nampak antusias menyantap makanan yang dihidangkan. Mereka senang mendapatkan makan yang disediakan secara gratis, yang merupakan salah satu program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto itu.

"Senang. Makanannya enak," kata salah seorang siswa.

Antusiasme tidak hanya dirasakan oleh para siswa. Para orang tua juga merasa senang karena anak-anaknya bisa mendapatkan makan gratis di sekolah.

Salah satu orang tua siswa, Dina (34 tahun), menyambut baik program MBG. Menurut dia, program itu bisa mengurangi bebannya sebagai orang tua. "Senang. Buat ngurangin uang jajan sekolah," kata dia sambil menunggu anaknya pulang di depan gerbang sekolah.

Ada dua anak Dina yang saat ini sekolah di kompleks SDN itu. Anaknya yang pertama kini duduk di Kelas V, sementara yang paling kecil duduk di Kelas I.

Dalam sehari, ia harus mengeluarkan uang setidaknya Rp 25 ribu untuk memberi ongkos anak-anaknya, Rp 15 ribu untuk anaknya yang Kelas V dan Rp 10 ribu untuk anaknya yang Kelas I. Sementara, suaminya saat ini sedang tidak bekerja.

Karena itu, Dina sangat senang dengan adanya program makan gratis dari pemerintah. Pasalnya, program itu bisa mengurangi pengelurannya."Jadi bisa buat ditabung, soalnya suami saya enggak kerja. Saya kerja SPG," kata dia.

Ihwal menu makan, Dina mengatakan, anaknya sama sekali tidak masalah. Sebab, anak-anaknya doyan makan. "Kalau kemarin dapet daging, sayur asem. Anak saya mah senang-senang aja. Pada doyan makan," ujar Dina.

Ia berharap, program MBG itu dapat terus berlanjut. Mengingat, program itu dinilai sangat membantu untuk mengurangi beban masyarakat kecil.

Salah satu orang tua siswa lainnya, Imay (42), juga menyambut baik dilaksanakannya program MBG. Menurut dia, dengan adanya makan gratis di sekolah, anak-anaknya yang kini masih Kelas I dan Kelas VI di kompleks SDN itu jadi tidak lagi perlu jajan.

"Biasa jajan mulu, dikasih makan gratis, jadi berkurang. Dari kemarin anak senang," kata orang tua dua anak itu.

Bukan hanya anak-anaknya yang senang, Imay pun juga senang bisa dapat bantuan makan gratis. Apalagi, pemasukannya hanya mengandalkan dari suaminya yang berdagang.

Ia berharap, program itu dapat terus berlanjut. Namun, ia juga berharap menu makan yang disajikan bisa bervariasi agar anak-anak tidak bosan.

Hal senada juga diungkap Wulan (47), orang tua dari siswa Kelas I di kompleks SDN itu. Menurut dia, program MBG itu bisa membuat anaknya mendapatkan tambahan makanan. "Namun kalau bisa menu diperhatikan. Kemarin katanya banyak yang enggak habis," kata dia.

Diketahui, pelaksanaan MBG di SDN Susukan 01 dan 03 itu disaksikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifatul Fauzi dan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jakarta Marullah Matali.

Marullah mengatakan, program yang dijalankan oleh pemerintah pusat itu akan sangat membantu warga Jakarta dalam pemenuhan gizi. Pasalnya, melalui program MBG, para siswa dapat mendapatkan makanan yang bergizi secara gratis.

"Itu artinya bahwa warga dan masyarakat, khususnya anak didik kita, makin bertambah gizi mereka, atau yang biasanya kurang bergizi, mereka mendapatkan asupan gizi yang baik untuk mencerna ilmu, wawasan, dan pengetahuan di sekolah mereka masing-masing," kata dia.

Ia menilai, pemenuhan gizi anak merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Apalagi, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan diri untuk menyongsong generasi Indonesia emas pada 2045.

Ia juga mengapresiasi pemberian menu yang didasarkan pada makanan lokal. Sebab, dengan penyediaan menu lokal, para siswa dapat menikmati makanannya dengan lahap.

"Tadi kita lihat, siswa-siswi semangat menyantap itu. Bukan makanan yang aneh bagi mereka, tapi makanan kesukaan mereka. Tempe goreng, orek telor, kemudian ada sayur tanpa kuah," kata dia.

Marullah menambahkan, penggunaan beras yang untuk nasil dalam program MBG juga bukan yang berkualitas rendah. Menurut dia, beras yang digunakan adalah beras dengan kualitas baik.

"Saya lihat sendiri nasinya dengan beras kualitas baik. Karena saya lihat juga nasinya sangat pulen," kata dia.

Diketahui, saat ini sudah ada empat SPPG di wilayah Jakarta yang telah beroperasi. Empat SPPG itu telah melayani program MBG untuk sekitar 12.054 siswa di Jakarta.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler