Tiga Malam Bersama Calon Penghuni Surga

Lelaki nan sederhana ini disebut sebagai penghuni surga oleh Nabi SAW.

Pixabay
Ilustrasi Surga
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga,” ujar Nabi Muhammad SAW saat sedang duduk-duduk bersama sejumlah sahabat beliau. Serta-merta, mereka yang sedang berada di masjid itu terkejut. Bertanya-tanya, siapa gerangan sosok yang disebut sebagai penghuni surga itu.

Baca Juga


Tak lama, para sahabat pun melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah. Air wudhu menetes dari janggutnya. Tangannya menjinjing sepasang sandal jepit. Tak ada yang spesial secara fisik.

Para sahabat pun bertanya-tanya alasan apa yang membuat laki-laki tersebut menjadi penghuni surga. Salah seorang di antara mereka, Abdullah bin Amr bin Ash, amat penasaran. Bahkan, ia berinisiatif untuk mencari tahu sendiri.

Hari ketiga setelah Rasulullah SAW mengucapkan hal yang sama, Abdullah bermaksud mengikuti si calon penghuni surga. Ia pun membuntutinya hingga tiba di rumah laki-laki itu.

Sang sahabat Nabi berpikir, bagaimana caranya agar dapat mengetahui amalan-amalan yang mengantarkan pria itu meraih keistimewaan sebagai penghuni surga.

Ia pun kemudian menyapa pria tersebut dan bermaksud meminta izin untuk menginap di rumahnya. Abdullah bermaksud tinggal di sana agar dapat mengetahui amalan si penghuni surga. Dia beralasan, dirinya sedang bertengkar dengan sang ayah.

Si penghuni surga tersebut dengan senang hati menyambut Abdullah. “Tentu, silakan,” ujarnya gembira. Maka, tinggallah Ibnu Amr di rumah calon penghuni surga itu selama tiga hari.

Selama tinggal di sana, Abdullah mengamati setiap ibadah dan amalan yang dilakukan si calon penghuni surga. Hari pertama, Abdullah tak menemukan adanya amalan spesial dari laki-laki itu. Hari kedua, ibadahnya masih sama, tak ada yang istimewa. Hingga hari terakhir, Abdullah tak juga menemukan ibadah yang luar biasa dari si laki-laki tersebut.

Abdullah hanya melihat ibadah si laki-laki dengan menjalankan ibadah wajib saja. Tanpa shalat tahajud. Meski Abdullah selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan bertakbir acap kali terjaga dari tidur. Pria itu baru bangun saat waktu shalat subuh tiba.

Pria penghuni surga itu pun tak menjalankan puasa sunah. Namun, Abdullah juga tak pernah mendengar pria itu berbicara, kecuali ucapan yang baik. Tiga hari terlewat tanpa menemukan jawaban apa pun. Bahkan, hampir saja Abdullah meremehkan amalan si penghuni surga jika tak mendapat jawaban sebelum pamit.

Ketika mengajukan izin pulang usai menginap tiga malam lamanya, Abdullah akhirnya mengakui. Bahwa maksudnya bermalam di sini ialah mencari keutamaan amalan si laki-laki itu.

Amalan yang membuatnya beruntung karena disebut Nabi SAW sebagai salah satu calon penghuni surga Allah.

Kepada pria itu, Abdullah akhirnya berkata untuk mengungkapkan "modus" dirinya menumpang bermalam.

“Wahai hamba Allah," katanya, "sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni surga sebagaimana yang disabdakan Rasulullah."

"Aku bermaksud, dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan," sambungnya lagi.

Mendengar itu, sang tuan rumah tampak sedikit terkejut, tetapi hanya diam. Maka, Abdullah melanjutkan perkataannya.

"Jadi, apakah sebenarnya yang kau amalkan hingga mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah SAW, yakni sebagai calon penghuni surga?” tanyanya.

Laki-laki itu pun tersenyum. Setelah lama berpikir, akhirnya ia menjawab tenang, “Aku tidak memiliki amalan kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini.” Tetap saja, jawabannya itu tak memuaskan hati Abdullah ibn Amr.

Merasa sia-sia, Abdullah pun pamit dan lalu melangkah keluar dari rumah itu. Namun, belum jauh langkah kakinya, tuan rumah tadi memanggilnya.

Ia berkata kepada Abdullah, “Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.”

Mendengarnya perkataan tersebut, takjublah Abdullah bin Amr bin Ash. Ia yakin, sifat tak pernah iri, dengki, dan hasad membuat pria itu masuk surga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler