Ironi Holocaust, Jagal Genosida Gaza Tuding Korbannya Jahat tapi Klaim Dirinya Malaikat?

Holocaust diperingati setiap tanggal 27 Januari secara internasional

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Pengunjung melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari.
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap tanggal 27 Januari diperingati sebagai Hari Holocaust Internasional. Tetapi ayang, ada upaya dari sejumlah pihak yang berusaha memonopoli hari itu untuk kepentingan mereka saja, sehingga hari itu tak bisa berlaku untuk selain mereka.

Mereka menolak asosiasi segala kekerasan yang dilakukan mereka atau bagian dari mereka terhadap kelompok lain, dengan holocaust. Sebaliknya, mereka mengasosiasikan aksi-aksi kekerasan yang menimpa mereka dan bagian dari mereka oleh pihak lain, sebagai holocaust.

Akibatnya, mereka menentang upaya menyamakan apa yang terjadi di Gaza saat ini dengan holocaust, tapi saat bersamaan menyamakan apa yang menimpa mereka, termasuk serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023, sebagai holocaust.

Mereka bukan orang-orang sembarangan, karena terdiri dari orang-orang seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Biden mengasosiasikan apa yang menimpa Israel pada 7 Oktober 2023 ketika diserang Hamas, sebagai tindakan anti- Yahudi, tak ubahnya dengan semangat yang mendorong Nazi membunuhi Yahudi Eropa pada Perang Dunia Kedua, dan praktik-praktik anti-Yahudi sejak ribuan tahun silam.

"Peristiwa (serangan Hamas 7 Oktober 2023) ini telah membuka kenangan menyakitkan dan bekas luka yang ditinggalkan antisemitisme dan genosida warga Yahudi selama ribuan tahun," kata Biden pada 18 Oktober 2023.

Selain itu, elite internasional itu, khususnya para pemimpin Israel, menjadikan holocaust sebagai senjata untuk menyerang pihak lain dan sebaliknya untuk melindungi laku buruk mereka terhadap yang lain.

Pada 1982, ketika membuat justifikasi perang di Lebanon, PM Israeli saat itu, Menachem Begin, menyamakan pemimpin Palestina Yasser Arafat dengan Adolf Hitler.

Tiga puluh tahun kemudian, pada Oktober 2015, Benjamin Netanyahu yang perdana menteri Israel saat ini, menuding Imam Besar Palestina Amin al-Husseini dirasuki Hitler. Netanyahu pula yang menyebut Hamas sebagai "Nazi baru".

Tentara Israel melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari. - (EPA-EFE/ABIR SULTAN)

Ironisnya, mereka menolak menyamakan situasi Gaza saat ini di mana puluhan ribu warga sipil tewas yang kebanyakan anak-anak dan wanita, sebagai holocaust dan genosida.

Padahal, menurut organisasi kemanusiaan Save the Children, jumlah anak yang tewas di Gaza jauh lebih banyak ketimbang total konflik di seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir.

"Pelaku genosida selalu memandang korbannya orang jahat tapi melihat dirinya sendiri sebagai orang yang benar, persis seperti cara Nazi dalam memandang Yahudi," tulis Raz Segal, profesor holocaust pada Stockton University di Amerika Serikat, dalam laman The Guardian.

Segal mengkritik standar ganda Israel dan elite Barat yang menjadi advokat-advokat mereka, dalam memandang holocaust.

Banyak cendekiawan Barat dan Yahudi yang berpikiran seperti Segal, salah satunya jurnalis terkenal Amerika Serikat, Masha Gessen.

Gessen, yang merupakan seorang Yahudi, menyamakan Jalur Gaza dengan getho Yahudi yang dibangun Nazi Jerman untuk mengisolasi warga Yahudi di wilayah-wilayah Eropa yang diduduki Nazi.

Dalam esai yang dimuat New Yorker dan membuat marah Israel serta banyak tokoh Yahudi di seluruh dunia, Gessen berpandangan bahwa memperlakukan holocaust sebagai sebuah peristiwa tunggal atau eksklusif, tak hanya salah namun tapi juga membuat umat manusia mustahil bisa menarik pelajaran dari holocaust. Padahal, bagian ini penting dalam mencegah genosida tidak terulang.

Suara-suara kritis yang ingin adil melihat semua masalah seperti disampaikan Gessen dan Segal itu, termasuk upaya melihat secara objektif penderitaan Palestina, dibungkam atau diasingkan oleh Israel dan Barat.

Gessen yang sudah diundang ke Jerman untuk menerima Anugerah Hannah Arendt pun diboikot oleh pemerintah kota Bremen yang menyelenggarakan anugerah itu.

"Banyak rabbi dan intelektual Yahudi yang enggan membicarakan perdamaian karena khawatir dikucilkan dari keluarga, sinagog atau kehilangan dukungan dana dari organisasi-organisasi nirlaba," tulis Elliot Kukla, seorang rabbi atau pendeta Yahudi di Oakland, Amerika Serikat, pada 17 November 2023 dalam Los Angeles Times.

Bahkan di Amerika Serikat dan banyak negara Barat, organisasi-organisasi lobi Yahudi yang amat berkuasa itu, aktif memberi predikat anti-Yahudi kepada siapa pun yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Israel.

Upaya menyamakan suara kritis terhadap rezim Israel, dengan kebencian terhadap Yahudi inilah yang membuat terma holocaust pun terlihat dimanipulasi untuk tujuan-tujuan koruptif yang tak adil untuk bagian dunia yang lain.

Situasi ini pula yang mendorong kaum intelektual makin kencang bersuara, termasuk 56 pakar holocaust dan genosida yang membuat surat terbuka kepada Israel pada 9 Desember 2023.

"Kami para cendekiawan holocaust, genosida dan kekerasan massa, merasa terdorong untuk mengingatkan adanya bahaya genosida dalam serangan Israel di Gaza," kata ke-56 pakar itu dalam surat terbuka tersebut.

Penilaian mereka diperkuat salah satunya oleh Human Rights Watch yang menyatakan Israel telah menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, yang bukan hanya merupakan kejahatan perang, tetapi juga kejahatan perang seperti dilakukan Nazi.

BACA JUGA: Serangan Yaman yang Merepotkan Israel dan Jatuhnya Pamor Militer Amerika di Kawasan

Suara-suara kritis yang berusaha adil itu memang diasingkan oleh Israel dan Barat, tapi mereka telah membukakan mata dan memberikan pencerahan kepada dunia.

Resonansi pesan mereka pun sampai ke mana-mana, termasuk mungkin Mahkamah Internasional yang beberapa jam lalu mengabulkan tuntutan Afrika Selatan agar Israel menghindarkan genosida di Gaza.

Putusan Mahkamah Internasional itu bukan hanya kemenangan bagi Afrika Selatan, Palestina dan mereka yang mendukung perjuangan Palestina, tapi juga kemenangan untuk mereka yang konsisten mendudukkan persoalan holocaust pada tempatnya yang benar, adil dan berlaku universal.

Sementara itu, situs web Italia Teramo News menilai bahwa genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina tidak berbeda dengan Holocaust yang dilakukan oleh Nazi terhadap orang-orang Yahudi, yang membedakannya hanyalah dunia bungkam terhadap pembantaian yang dilakukan oleh Israel karena takut dituduh sebagai anti-semit.

Dikutip Aljazeera, Kamis (30/1/2025), situs web tersebut mengatakan bahwa peringatan Hari Peringatan Holocaust pada 27 Januari bertepatan dengan gencatan senjata yang rapuh antara Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan Israel.

Genjtan senjata yang tidak lebih dari jeda sementara dalam genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina sejak Oktober 2023, mengingat kebisuan dunia seperti di masa lalu.

Hari Peringatan Holocaust mengingatkan dunia akan pemusnahan jutaan orang Yahudi yang menjadi korban kebrutalan Nazi dan keterlibatan fasisme, dalam salah satu tragedi terbesar pada abad terakhir dan salah satu halaman paling gelap dalam sejarah Eropa.

Namun hari ini, dunia menyaksikan sebuah genosida yang tersembunyi dan terselubung, dan jika ada yang mencoba mempertanyakan apa yang telah dilakukan oleh Israel, sebuah negara militer yang agresif dan imperialis, di Palestina, Tepi Barat, dan Lebanon, mereka akan ditindas habis-habisan oleh negara-negara yang terlibat dalam pembantaian ini, dan dicap sebagai anti-Semit.

Reduksionisme murahan

Situs tersebut menyebut, sejarah telah direduksi menjadi propaganda murahan untuk melayani kepentingan imperialis dan kapitalis.

Salah satu pemandangan peringatan Holocaustdi Jenewa pada 2024 lalu. (EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI)

Sebagai contoh, di Italia, yang berada di garis depan dalam menekan suara-suara yang berbeda pendapat, pihak berwenang tidak hanya memperkenalkan undang-undang tahun 1660 tentang kebebasan sipil, yang bertujuan untuk membungkam suara-suara, tetapi juga melakukan upaya untuk memasukkan "kejahatan anti-Semitisme" ke dalam undang-undang tersebut, dalam sebuah langkah yang telah memicu kontroversi yang meluas.

Menurut situs web tersebut, Holocaust telah menjadi alat yang digunakan oleh Israel untuk memeras dan memanipulasi perasaan bersalah orang-orang Eropa untuk membenarkan apa yang dilakukan terhadap orang-orang yang terkoyak di penjara terbuka, di mana orang-orang mati kelaparan, penderitaan, atau di bawah bom.

Pembenaran apa yang lebih baik daripada Holocaust untuk terus memalsukan sejarah dan menggunakannya untuk melayani kepentingan pribadi?

Memperingati orang-orang Yahudi tak berdosa yang dibunuh secara brutal tidak boleh membuat dunia lupa bahwa orang-orang Palestina juga mengalami genosida yang dilarang untuk dibicarakan, dan harus disoroti bahkan jika tuduhan anti-Semitisme siap menimpa mereka yang bersuara, karena sejarah akan memberikan keadilan bagi mereka yang berbicara kebenaran. 

Tokoh-tokoh kontroversial

Situs web tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam pemuliaan tokoh-tokoh sejarah yang kontroversial seperti Umberto Adamoli, yang merupakan seorang pejabat di Italia pada masa pemerintahan Fasis, dan mendapat penghargaan dari lembaga Israel Yad Vashem atas perannya dalam menyelamatkan sejumlah orang Yahudi pada masa Perang Dunia II.

Situs web tersebut menyatakan bahwa hal ini tidak meniadakan fakta bahwa ia adalah bagian dari rezim fasis sejak 1939 dan bukan hanya pegawai rezim tersebut, karena ia mendukung undang-undang rasis yang ditetapkan pada 1938 dan berkontribusi dalam mendaftarkan nama-nama orang Yahudi dan mengirim mereka ke pusat penahanan.

Situs web tersebut menyimpulkan bahwa fasisme tidak dapat dibenarkan dengan cara apa pun, demikian pula praktik-praktik agresif negara Zionis Israel tidak dapat dibenarkan dan menyangkal tanggung jawabnya atas genosida di Gaza, dengan menambahkan, "Kami anti-Zionis, bukan anti-Semit. Yang menjadi perhatian kami adalah berdiri bersama mereka yang tidak diunggulkan, yang tertindas dan tak berdaya di setiap waktu dan tempat."

Tanggal 27 Januari 2025 menandai 80 tahun sejak para korban Yahudi rezim Nazi di Auschwitz-Birkenau, kamp konsentrasi terbesar Holocaust, dibebaskan.

Meskipun Holocaust adalah salah satu genosida terburuk dalam sejarah kontemporer, dalam hal jumlah, banyak orang Kanada yang bahkan tidak memiliki pengetahuan dasar tentang peristiwa mengerikan ini.

Holocaust (juga disebut Shoah dalam bahasa Ibrani) adalah penganiayaan dan pembunuhan sistematis terhadap orang Yahudi yang diorganisir oleh Nazi Jerman dan sekutunya dari tahun 1933 hingga 1945.

400 Hari Genosida di Gaza - (Republika)

 

Secara keseluruhan, sekitar 6 juta orang Yahudi terbunuh - dua pertiga dari populasi Yahudi Eropa pada saat itu.

Nazi juga menganiaya orang-orang Roma dan Sinti, lawan politik, penyandang disabilitas, pria homoseksual, orang Slavia, orang kulit hitam dan orang rasial, serta Saksi-Saksi Yehuwa.

Antara tahun 1933 dan 1945, Nazi Jerman mendirikan lebih dari 20.000 kamp dan sub-kamp. Di kamp-kamp tersebut, kematian, penyakit, kelaparan, kelebihan populasi, penyiksaan, dan kondisi yang tidak sehat terjadi.

Auschwitz-Birkenau dibangun di Polandia yang diduduki Jerman untuk melaksanakan kebijakan resmi Nazi untuk memusnahkan semua orang Yahudi.

Lebih dari 1,1 juta orang tewas di Auschwitz, termasuk hampir satu juta orang Yahudi. Kamp ini digunakan untuk kerja paksa dan pembunuhan massal.  Penting untuk dicatat bahwa ada beberapa kamp konsentrasi/pemusnahan lainnya termasuk Belzce, Chelmno, Majdanek, Sobibor, dan Treblinka. 

Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

Setiap tahun pada tanggal 27 Januari, UNESCO memberikan penghormatan kepada para korban Holocaust dan menegaskan kembali komitmennya yang tak tergoyahkan untuk melawan antisemitisme, rasisme, dan bentuk-bentuk intoleransi lainnya yang dapat mengarah pada kekerasan yang menargetkan kelompok.

Tanggal tersebut menandai peringatan pembebasan Kamp Konsentrasi dan Pemusnahan Nazi Jerman di Auschwitz Birkenau oleh pasukan Soviet pada tanggal 27 Januari 1945. Pada November 2005, secara resmi diproklamasikan sebagai Hari Peringatan Internasional untuk Mengenang Korban Holocaust oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

"Setiap tahun, tanggal simbolis ini mendorong komunitas internasional untuk mengenang 6 juta orang Yahudi yang dibunuh bersama dengan banyak korban kebrutalan Nazi. Pada saat semakin sedikit saksi langsung dari Holocaust, yang menandai senja dari apa yang sejarawan Annette Wieviorka sebut sebagai "era kesaksian", kita harus berkomitmen untuk mengabadikan kenangannya."

Sumber: Aljazeera

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler