Penelitian Konfirmasi Perubahan Iklim Picu Kebakaran Hutan Los Angeles

Kondisi kering serta angin kencang Santa Ana sangat berperan dalam penyebaran api.

AP Photo/Etienne Laurent
Sebuah helikopter menjatuhkan air di Palisades Fire di Mandeville Canyon, Sabtu, 11 Januari 2025, di Los Angeles.
Rep: Lintar Satria Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan penelitian perubahan iklim, World Weather Attribution (WWA) mengatakan perubahan iklim meningkatkan kemungkinan cuaca kering dan panas yang memperbesar dampak kebakaran hutan Los Angeles sebanyak 35 persen. Penelitian WWA mengonfirmasi perubahan iklim sebagai salah satu faktor utama kebakaran hutan yang dimulai awal Januari itu.

Baca Juga


Penulis makalah penelitian ini mencatat musim kebakaran hutan di Los Angeles semakin panjang, sementara curah hujan yang biasa memadamkannya semakin rendah. Ilmuwan menegaskan kebakaran hutan dipicu berbagai faktor, tapi mereka yakin pemanasan global membuat kebakaran di Los Angeles semakin intensif.

"Perubahan iklim meningkatkan risiko yang menghancurkan pada kebakaran hutan Los Angeles. Kondisi kering semakin sering terjadi selama musim dingin, meningkatkan peluang kebakaran, saat angin kuat Santa Ana yang mengubah api kecil menjadi kebakaran besar," kata penulis utama laporan penelitian itu Clair Barnes seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/1/2025).

Angin Santa Ana yang kuat berhembus dari timur ke utara dari pusat California ke pesisir. Sekitar 30 orang tewas dan lebih dari 10 ribu rumah hancur dalam kebakaran yang menyebar cepat pada awal Januari lalu.

Penelitian WWA menunjukkan kondisi rentan api dapat memicu kebakaran berbahaya. WWA merupakan kelompok ilmuwan yang menganalisis peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara selama revolusi industri mengirimkan miliaran ton gas rumah kaca ke atmosfer. Seperti selimut, gas-gas ini meningkatkan suhu bumi 1,2 derajat Celsius.

 

Dengan metode pemodelan dan statistik serta pengamatan langsung, WWA dapat menunjukkan seberapa besar perubahan iklim mempengaruhi peristiwa cuaca ekstrem. Mereka menemukan kondisi kering dan panas yang memicu kebakaran Los Angeles terjadi satu kali setiap 17 tahun. Meningkat sekitar 35 persen dibanding bumi tidak mengalami pemanasan global.

"Kami sebenarnya melihat pemodelan ini menunjukkan hasil yang sama dengan pengamatan langsung, jadi ada indeks kombinasi, kami cukup percaya diri dengan hasilnya, kami sebenarnya memiliki sinyal yang dapat kami katakan kami pasti dapat mengaitkannya secara kuantitatif," kata kepala WWA Friederike Otto.

Para peneliti juga meneliti berbagai variabel penting lain yang dianggap dapat memicu kebakaran seperti panjangnya musim kebakaran. Dengan melakukan pengamatan langsung, para peneliti menemukan musim kebakaran bertambah 23 hari sejak bumi mulai mengalami pemanasan global, sekitar tahun 1850-an atau masa revolusi industri.

Tim peneliti mengatakan hal ini artinya menunjukkan kondisi kering dan panas serta angin kencang Santa Ana sangat berperan dalam penyebaran api. Faktor lainnya adalah kekeringan.

Peneliti mengatakan kekeringan di Los Angeles dari bulan Oktober sampai Desember sekara 2,4 kali lebih mungkin terjadi dibanding sebelum manusia menggunakan bahan bakar fosil. Peneliti menegaskan perubahan iklim meningkatkan kemungkinan terjadi kondisi panas dan kering yang dapat memicu kebakaran.

Namun, para penulis penelitian berhati-hati dalam menghubungkan antara kenaikan suhu dengan panjang musim kebakaran atau turunnya curah hujan. Mereka menulis pemodelan yang mereka lakukan tidak menunjukkan adanya hubungan signifikan. Namun, para peneliti menegaskan kenaikan suhu meningkatkan kemungkinan kebakaran hutan. Selama manusia masih menggunakan bahan bakar fosil maka kemungkinan ini akan terus meningkat.

"Secara keseluruhan makalah ini menemukan perubahan iklim membuat kebakaran hutan Los Angeles lebih mungkin terjadi meski adanya ketidakpastian statistik, hasil penelitian yang dilakukan dengan hati-hati ini harus ditanggapi dengan serius," kata profesor Gabi Hegerl dari University of Edinburgh yang tidak ikut dalam penelitian WWA.

Penelitian terbaru ini berdasarkan penelitian yang dipublikasikan saat kebakaran masih berkobar. Penelitian menghubungkan kebakaran dengan apa yang disebut climate whiplash, istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan cuaca ekstrem dan cepat dalam waktu singkat.

Gagasan utamanya adalah tahun-tahun yang sangat basah atau dengan curah hujan yang tinggi akan langsung disusul dengan tahun yang sangat kering yang meningkatkan kemungkinan kebakaran hutan. Kebakaran hutan di Los Angeles terjadi ketika dua musim dingin yang sangat basah diikuti musim semi yang sangat kering tahun ini. Musim dingin menumbuhkan rumput-rumput dan ilalang yang mudah terbakar, sehingga api menyebar lebih cepat dengan hembusan kencang angin Santa Ana. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler