Jawa Tengah Dilanda Banjir-Longsor, Operasi Modifikasi Cuaca Diintensifkan
Modifikasi cuaca diharapkan bisa dilakukan secara berkala selama musim hujan.
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan, saat ini operasi modifikasi cuaca (OMC) sedang berlangsung di provinsi tersebut. Hal itu merespons masih terjadinya cuaca ekstrem yang turut mengakibatkan banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di sana.
"(OMC) sudah mulai dari kemarin. Rencana tiga hari kurang lebih akan dilaksanakan OMC," kata Bergas ketika dihubungi, Kamis (30/1/2025).
Dia menambahkan, OMC diharapkan bisa dilakukan secara berkala selama musim hujan berlangsung. "Tentunya ini berdasarkan permintaan dan ketersediaan waktunya. Karena permintaan OMC ini hampir semua wilayah menggunakan, tidak hanya Jawa Tengah. Alhamdulillah Jawa Tengah termasuk yang dipilih dilakukan OMC," ucapnya.
Bergas menjelaskan, untuk pelaksanaan OMC, gubernur suatu provinsi harus mengajukan permintaan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pelaksanaan OMC nantinya dilakukan BNPB bekerja sama dengan BMKG.
Menurut Bergas, pelaksanaan OMC cukup efektif meminimalisasi cuaca ekstrem. Namun dia menekankan bahwa OMC hanya bisa dilakukan jika awan bergerak dari arah laut. "Kalau dia masih kelihatan berada masuk di Laut Jawa, akan dilakukan OMC. Tapi kalau yg masuknya seperti tanggal 20, 23 (Januari), seandainya di-OMC pun percuma. Karena gumpalan awannya masuknya dari Samudra Hindia. Dia masuk di tengah-tengah, di daratan, dari Jawa Barat, masuknya di daratan, dia tidak masuk melalui laut," ucapnya.
"Informasi yang selama ini kami dialog dengan operator OMC, memang yang bisa dilakukan adalah di laut, bukan di darat. Karena kalau di darat, harus ada pertimbangan hujan ini akan turun di mana. Misalnya hujannya dijatuhkan di hulu, hilirnya kan tetap kena. Justru malah berisiko," tambah Bergas.
Berdasarkan data BPBD Jateng, pada Rabu (29/1/2025), telah terjadi cuaca ekstrem disertai banjir dan tanah longsor di sejumlah kabupaten di provinsi tersebut. Mereka tersebar di Pekalongan, Demak, Grobogan, Jepara, Banjarnegara, Semarang, Kendal, dan Kudus. Satu orang di Kendal dilaporkan meninggal akibat cuaca ekstrem pada Rabu lalu.
Sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah memperingatkan Pemprov Jateng bahwa bencana banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, masih berpotensi terulang di daerah lain di provinsi tersebut. Hal itu karena terdapat sejumlah daerah di Jateng yang masih akan menghadapi puncak musim penghujan.
Dwikorita mengungkapkan, sejak November tahun lalu, BMKG sudah menjalin koordinasi dengan sejumlah gubernur yang provinsinya berpotensi menghadapi bencana, termasuk di antaranya Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana. Hal itu karena pada November 2024 terdapat beberapa daerah di Jateng yang sudah menghadapi puncak musim penghujan.
"Sampai hari ini Januari masih ada sebagian wilayah yang masuk ke musim hujan. Bahkan diprediksi sampai Februari sebagian besar wilayah di Jawa Tengah mengalami puncak musim hujan," ujar Dwikorita seusai menghadiri rapat koordinasi antisipasi bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jateng yang turut dihadiri Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, di Kantor Gubernur Jateng, Senin (27/1/2025).
Dia menambahkan bahwa puncak musim penghujan berbeda-beda pada setiap daerah di Jateng, merentang dari November hingga Februari. "Artinya apa? Kami mengkhawatirkan bencana seperti di Pekalongan itu masih bisa terjadi karena belum semua mengalami puncak musim hujan," kata Dwikorita.
Oleh sebab itu, Dwikorita menyebut BMKG terus aktif menjalin koordinasi, tidak hanya dengan gubernur, tapi juga bupati, wali kota, hingga kepala desa di Jateng yang daerahnya diprediksi masih bakal terdampak hujan ekstrem atau intensitas tinggi. Salah satu hal yang dilakukan BMKG adalah menginformasikan secara berkala kepada mereka via grup aplikasi perpesanan instan tentang perkembangan cuaca.
Dengan informasi perkembangan cuaca yang terus diperbarui, Dwikorita berharap jajaran pemerintah dari level gubernur hingga ke kepala desa bisa mengambil langkah-langkah mitigasi bencana. Termasuk mengevakuasi warga yang tinggal di daerah atau titik rawan banjir atau longsor.
"Kami BNPB, BMKG, pemerintah daerah, itu terus berupaya dan pernah kami lakukan juga modifikasi cuaca, baru selesai. Dan ini kemungkinan akan dimulai lagi karena menghadapi potensi peningkatan curah hujan mulai besok diprediksi sampai 31 Februari, itu akan ada peningkatan lagi," kata Dwikorita.
Operasi SAR di Kecamatam Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), resmi berakhir pada Senin (27/1/2025). Bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut menyebabkan 25 orang tewas dan satu lainnya masih dinyatakan hilang.