Kanselir Jerman Kritik Rencana Donald Trump Usir Warga Gaza: Skandal Mengerikan
Pemindahan penduduk dinilai tidak bisa diterima dan bertentangan hukum internasional.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Kanselir Jerman Olaf Scholz mengungkapkan, rencana Presiden Donald Trump agar Amerika Serikat (AS) mengambil alih kepemilikan Jalur Gaza, merelokasi penduduk Gaza, dan membangunnya kembali, merupakan sebuah “skandal” dalam sebuah debat pra-pemilu pada Ahad (9/2/2025). Penantang utama Scholz dalam debat juga menyuarakan kegelisahannya namun menyatakan bahwa ada banyak retorika yang datang dari Washington.
Olaf Scholz yang berhaluan kiri-tengah dan penantangnya yang berasal dari kanan-tengah Friedrich Merz, merupakan calon terdepan dalam Pemilu 23 Februari. Hal tersebut membahas isu-isu domestik utama seperti ekonomi Jerman yang sedang kesulitan dan migrasi, dan membahas kebijakan luar negeri, tiga pekan setelah masa jabatan Trump yang baru.
Ketika ditanya apa pendapatnya mengenai proposal Trump untuk membangun kembali Gaza menjadi Riviera di Timur Tengah? Olaf Scholz menjawab, “Sebuah skandal. Selain itu, sebuah ungkapan yang sangat mengerikan, mengingat tingkat kehancuran yang sekarang terlihat di sana."
“Pemindahan penduduk tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional,” kata Olaf Scholz dalam debat di televisi publik ARD dan ZDF. Ia menunjuk pada posisi Mesir dan Yordania, dikutip dari laman Washington Times, Ahad (10/2).“Saya sependapat dengan penilaian ini,” kata Friedrich Merz.
“Namun ini adalah salah satu dari serangkaian proposal yang datang dari pemerintahan Amerika yang tentu saja membingungkan, namun kita harus menunggu dan melihat apa yang benar-benar dimaksudkan secara serius dan bagaimana implementasinya, mungkin ada banyak retorika dalam hal ini,” kata Friedrich Merz.
Kedua kandidat berbeda pendapat dalam menilai perintah Trump yang mengarahkan pemerintah federal untuk hanya mengakui dua jenis kelamin - pria dan wanita. Friedrich Merz mengatakan, "Hal itu merupakan keputusan yang dapat saya pahami.”
“Menurut saya itu tidak pantas, setiap orang harus bahagia dengan cara yang mereka inginkan,” kata Olaf Scholz.
Friedrich Merz mengatakan, presiden AS yang baru tidak dapat diprediksi. Dia mengatakan bahwa ada kekhawatiran yang signifikan di sisi Atlantik tentang apa yang akan terjadi."Jadi semakin penting bagi kita di sisi Atlantik ini untuk bersatu,” ujar Friedrich Merz.
Friedrich Merz mengatakan bahwa, jika terpilih, dia akan berusaha keras untuk memastikan persatuan Eropa tersebut.
Olaf Scholz mengatakan bahwa strateginya dalam menghadapi Trump adalah kata-kata yang jelas dan percakapan yang bersahabat. Dia menunjuk pada pernyataan publiknya setelah Trump mengatakan bahwa dia tidak akan mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk menguasai Terusan Panama dan Greenland bahwa semua negara harus menghormati perbatasan yang ada.
Dia juga menunjukkan pentingnya persatuan Eropa dan mengatakan bahwa dia dan negara-negara lain sedang mengerjakan proposal untuk meningkatkan kehadiran NATO di Greenland.
Ditanya tentang tanggapan terhadap kemungkinan tarif AS terhadap Uni Eropa, Olaf Scholz mengatakan, "Kami siap. Kami dapat bertindak dalam satu jam sebagai Uni Eropa.”