Bentrok Dua Hari Loyalis Assad Versus Pasukan Suriah, Lebih dari Seribu Orang Tewas
Sebagian besar korban dieksekusi dari jarak dekat.
REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT — Bentrokan selama dua hari antara pasukan keamanan Suriah dengan loyalis presiden terguling Bashar Assad meninggalkan korban jiwa cukup besar. Kelompok pemantau perang pada Sabtu (8/3/2025), melaporkan angka tersebut membuat perang saudara di Suriah, paling mematikan sejak dimulai pada 14 tahun silam.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, sebanyak 745 warga sipil tewas. Sebagian besar diantaranya dieksekusi dalam penembakan dari jarak dekat. Sementara itu, sebanyak 125 anggota pasukan keamanan pemerintah dan ada 148 militan dengan kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Assad tewas.
Kelompok pemantau tersebut menjelaskan, listrik dan air minum terputus di daerah-daerah besar di sekitar kota Latakia. Bentrokan, yang meletus pada Kamis, menandai eskalasi besar yang menjadi lawan dari pemerintah baru di Damaskus setelah tiga bulan mengambil alih kekuasaan usai menjatuhkan Bashar Assad. Pemerintah Suriah menyatakan, pasukan keamanan menanggapi serangan dari sisa-sisa pasukan Assad dan menyalahkan tindakan individu atas kekerasan yang merajalela.
Pembunuhan balasan antara Sunni dan Alawi
Pembunuhan balas dendam dimulai pada Jumat oleh orang-orang bersenjata Muslim Sunni yang setia kepada pemerintah. Mereka mengincar anggota sekte minoritas Alawi Assad yang sebelumnya sempat membuat operasi penyergapan terhadap pasukan keamanan sehingga menjadi pukulan telak bagi Hayat Tahrir al-Sham, faksi yang memimpin penggulingan pemerintahan sebelumnya. Alawi merupakan bagian besar dari basis pendukung Assad selama beberapa dekade.
Penduduk desa dan kota sekte Alawi berbicara kepada The Associated Press tentang pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang menembaki orang-orang Alawi. Sebagian besar adalah laki-laki. Mereka melakukan operasi di jalan-jalan atau di gerbang rumah mereka. Banyak rumah orang Alawi dijarah kemudian dibakar di berbagai daerah, dua penduduk wilayah pesisir Suriah mengatakan kepada AP dari tempat persembunyian mereka.
Mereka meminta agar namanya tidak dipublikasikan karena takut dibunuh oleh orang-orang bersenjata, seraya menambahkan bahwa ribuan orang telah melarikan diri ke pegunungan terdekat untuk mencari keselamatan. Warga berbicara tentang kekejaman di satu kota
Warga Baniyas, salah satu kota yang paling parah dilanda kekerasan, mengatakan mayat-mayat berserakan di jalan. Mereka dibiarkan tak terkubur di rumah-rumah dan di atap gedung. Tak seorang pun mampu mengambilnya. Seorang warga mengatakan, orang-orang bersenjata itu menghalangi warga selama berjam-jam untuk memindahkan mayat lima tetangga mereka yang terbunuh pada Jumat dari jarak dekat.
Ali Sheha, warga Baniyas berusia 57 tahun yang melarikan diri bersama keluarga dan tetangganya beberapa jam setelah kekerasan meletus pada Jumat, mengatakan bahwa sedikitnya 20 tetangga dan koleganya di satu lingkungan Baniyas tempat tinggal orang Alawi, terbunuh. Beberapa dari mereka dieksekusi di toko-toko atau rumah-rumah mereka.
Sheha menyebut serangan itu sebagai "pembunuhan balas dendam" terhadap minoritas Alawi atas kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Assad. Warga lainnya mengatakan orang-orang bersenjata tersebut merupakan pejuang asing, dan militan dari desa-desa dan kota-kota tetangga.
"Itu sangat sangat buruk. Mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan,”kata Sheha yang dalam pelarian berbicara melalui telepon dari jarak hampir 20 kilometer (12 mil) dari kota.
Ia mengatakan orang-orang bersenjata itu berkumpul kurang dari 100 meter dari gedung apartemennya. Mereka menembaki rumah-rumah dan penduduk secara acak. Salah satu insiden yang ia ketahui, orang bersenjata tersebut meminta penduduk untuk menunjukkan identitas mereka untuk memeriksa agama dan sekte mereka sebelum membunuh. Ia mengatakan orang-orang bersenjata itu juga membakar beberapa rumah dan mencuri mobil dan merampok rumah-rumah.
Jumlah korban tewas meningkat
Kepala Observatorium Rami Abdurrahman mengatakan bahwa pembunuhan balas dendam berhenti Sabtu dini hari.“Ini adalah salah satu pembantaian terbesar selama konflik Suriah,” kata Abdurrahman tentang pembunuhan warga sipil Alawite.
Angka sebelumnya yang diberikan oleh kelompok itu adalah lebih dari 600 orang tewas. Tidak ada angka resmi yang dirilis.
Sebuah pemakaman diadakan Sabtu sore untuk empat anggota pasukan keamanan Suriah di desa barat laut Al-Janoudiya setelah mereka tewas dalam bentrokan di sepanjang pantai Suriah. Puluhan orang menghadiri pemakaman tersebut. Laporan resmi menyebutkan pasukan Suriah kembali menguasai pesisir.
Kantor berita pemerintah Suriah mengutip seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah kembali menguasai sebagian besar wilayah dari para loyalis Assad. Ia menambahkan bahwa pihak berwenang telah menutup semua jalan menuju wilayah pesisir untuk mencegah pelanggaran dan memulihkan stabilitas secara bertahap.
Pada Sabtu pagi, jenazah 31 orang yang tewas dalam serangan balas dendam sehari sebelumnya di desa pusat Tuwaym dimakamkan di sebuah kuburan massal, kata warga. Mereka yang tewas termasuk sembilan anak-anak dan empat wanita, kata warga, yang mengirimkan foto-foto jenazah yang dibungkus kain putih saat mereka dibaringkan di kuburan massal kepada AP.
Anggota parlemen Lebanon Haidar Nasser, yang memegang salah satu dari dua kursi yang dialokasikan untuk sekte Alawite di parlemen, mengatakan bahwa orang-orang melarikan diri dari Suriah demi keselamatan di Lebanon. Ia mengaku tidak memiliki angka pasti mengenai berapa jumlah korban mereka.
Nasser mengatakan bahwa banyak orang berlindung di pangkalan udara Rusia di Hmeimim, Suriah, seraya menambahkan bahwa masyarakat internasional harus melindungi orang Alawite yang merupakan warga negara Suriah yang loyal kepada negara mereka. Dia mengatakan, sejak jatuhnya Assad, banyak orang Alawi yang dipecat dari sekolah.