Jejak Lukman Mendidik Anak

Ada enam pesan yang bisa disimpulkan dari nasihat Lukman dalam mendidik anak.

Republika
ILUSTRASI Lukman al-Hakim
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surah Luqman merekam jejak tokoh Lukman al-Hakim dalam mendidik anak. Setidaknya, ada enam pesan yang bisa disimpulkan dari nasihat-nasihatnya, yaitu tentang menauhidkan Allah, berbakti kepada kedua orang tua, pentingnya ibadah dan sigap dalam merespons ketaatan, memahami tabiat dunia yang penuh dengan musibah, menjahui sikap sombong, dan menentukan tujuan hidup.

Baca Juga


Khusus pesan tentang ibadah, Lukman pertama-tama menanamkan akidah mengenai keluasan ilmu Allah, “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu di langit atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya untuk diberi balasan. Sesungguhnya, Allah Mahalembut.” (QS Luqman: 16).

Ini dilakukan Lukman supaya anaknya dalam beribadah tidak sekadar menggugurkan kewajiban secara lahir, tetapi lebih dari itu, ia benar-benar melakukannya dengan penuh penjiwaan. Menyadari bahwa Allah melihat sekecil apa pun ibadah yang dilakukan, ia harus ikhlas dalam menjalankannya. “Mukhlishiina lahud diin.” (QS Luqman: 32).

Setelah itu, Lukman berpesan tentang shalat dan amar makruf nahi mungkar: “Yaa bunayya aqimish shalaata wa’ mur bil ma’ruufi wanha ‘anil munkari.” Mengapa? Sebab dari shalat yang benar akan lahir kesadaran muraqabatullah (merasa dikontrol oleh Allah), lalu dengannya ia langsung bergerak mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Lukman juga menyadari tentang tabiat dunia yang penuh dengan ujian dan musibah. Karenanya, ia mengingatkan anaknya tentang hal tersebut: “Washbir ‘alaa maa ashaabaka.” (Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu).

Pesan washbir menunjukkan bahwa dalam menjalani kehidupan dunia, bekalnya harus sabar. Terutama, setelah memasuki jalan dakwah amar makruf nahi mungkar, di sana ujian akan makin terasa. Maka, tidak ada pilihan kecuali tetap tegar, tanpa sedikit pun ragu: ”Inna dzaalika min ‘azmil umuur.” (Sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang harus ditempuh oleh orang-orang yang mempunyai kemauan tinggi).

Nabi Muhammad SAW, Nuh, Musa, Ibrahim, dan Isa adalah para nabi yang termasuk mempunyai kemauan tinggi ulul azmi minar rusul. Karena itu, mereka tidak pernah menyerah dalam menjalani ujian apa pun.

Pembinaan akhlak agar seorang anak bersikap tawadhu dan tidak berlagak sombong adalah bagian dari pendidikan yang Lukman tekankan: “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi wa laa tamsyi fil ardhi marahaa.”

Kata ash sha’ru digunakan untuk menggambarkan seekor unta yang sedang mengangkat lehernya ke atas. “Laa tusha'ir” artinya hindarilah semua sikap sombong dengan cara mengangkat dan memalingkan muka dari orang yang ada di hadapannya.

Pesan berikutnya: “Waqshud fii masyyika.” (Sederhanakanlah dalam berjalan). Kata al qashdu artinya tujuan. Waqshud maknanya yang lain lagi adalah jalanilah hidup dengan target yang jelas dan perencanaan yang matang, jangan asal-asalan.

3 Situs Jejak Nabi Ibrahim AS - (republika)

sumber : Motivasi Alquran oleh Ustaz Dr Amir Faishol Fath
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler