Sandarkan Kesulitan Apapun kepada Allah SWT

Kisah menarik ada sebuah pondok pesantren mengalami kehabisan beras untuk dimasak, sementara ratusan santrinya mau makan siang.

network /sumatralink.id
.
Rep: sumatralink.id Red: Partner
Ilustrasi: santri pondok pesantre. (Foto: Dok.EPA/Fully Handoyo)

SumatraLink.id – Semua makhluk di muka bumi ini pasti mendapatkan masalah, cobaan, ujian, dan atau musibah. Terkadang kesulitan yang dihadapi seseorang di dunia ini, seakan tidak ada lagi jalan keluar yang harus ditempuh agar dapat memecahkan masalahnya. Dari sini banyak yang “lari” dari ketentuan Allah Subhanahuwata’ala (SWT).


Sifat keputusasaan dan atau menyerah (angkat tangan) dari problem yang terjadi di dunia ini mencari ‘jalan pintas’ di luar agama. Hal ini menambah kesulitan (masalah) yang mendalam bagi seseorang tersebut. Padahal, Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan makhluk ciptaan-Nya dan memberinya rahmat dan karunianya kepada siapa pun.

Sebesar apapun masalah yang dihadapi seseorang di dunia ini, tentu ada solusinya, meskipun awalnya pahit namun ujungnya akan berbuah manis. Hal tersebut bergantung dari kadar kesabaran seseorang menghadapi masalah tersebut di dunia ini dan tentunya tak berlepas diri atau menyandarkan masalah itu kepada Sang Pencipta Allah SWT.

Ada cerita menarik, sebuah pondok pesantren di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur memiliki ratusan santri dengan luar pondoknya 20 hektare. Ustadz Ainurrofiq, pengelola pondok menuturkan kebutuhan pangan santri tercukupi setiap hari meski banyak santri yang menunggak SPP.

“Lalu dari mana biaya bulan itu ditutupi?” tanya Ustadz Bobby dalam bukunya Rezeki Rumah Miring (2012) kepada pengelola pesantren.

Kan, ada Allah!!!” jawab pengelola singkat.

Ustadz Bobby faham atas jawaban itu. Namun, ia ingin mengetahui bila ada cerita yang menginspirasi dari pondok pesantren tersebut ketika menghadapi masalah pelik dalam pengelolaan aktivitas pondok.

Baca juga: Tangisan Orang Beriman Saat Ramadhan Pergi

Pengelola membuka cerita. Suatu hari, seorang kepala gudang menghadap Abdulah Said, pemimpin pondok pertama yang dipanggil Pak Kiyai, dan mengabarkan bahwa di di gudang sudah tidak ada sebutir beras lagi untuk dimasak. Laporan itu pada pukul 8.00 pagi. Artinya, tinggal 4 jam lagi waktu makan siang ratusan santri.

Tapi, Pak Kiyai menjawab tenang dan tidak panik dengan kabar bahwan pondoknya sudah tidak punya beras lagi untuk dimasak, sedangkan ratusan santri mau makan siang.

“Begini saja, mari kita pergi ke masjid untuk shalat Dhuha!” ajak Pak Kiyai. Kepala gudang dan pengelola lainnya di pondok tahu persis sifat Pak Kiyai bila menghadapi masalah dengan menyerahkan urusan kepada Allah SWT.


Tadinya, hanya Pak Kiyai dan kepala gudang menuju masjid. Tiba-tiba menyusul para ustadz (pengajar) pondok juga ke masjid. Tak berapa lama, para santri juga menyusul langkah Pak Kiyai dan ustadz ke masjid. Jadi, ramailah jamaah shalat Dhuha di masjid pondok.

Masing-masing shalat Dhuha, ada yang 2 rakaat, ada juga 4, 6, 8 dan 12 rakaat. Seusai shalat, dengan wajah berharap, mereka menengadahkan tangan masing-masing berdoa kepada Robbnya. Mereka lama berdoa dan tidak beranjak dari masjid.

Allah SWT telah mengijabah keinginan mereka sebelum doa-doa mereka selesai dan bangkit dari sajadahnya. Bagaimana ceritanya? Terdapat di seberang gapura pondok terdapat sebuah truk bermuatan beras. Beras ini langsung Allah SWT datangkan ke pondok yang kehabisan beras.

Baca juga: Bagaimana Puasa Nabi Nuh, Ibrahim, dan Daud?

Lantas, bagaimana bisa truk beras berada di seberang pondok? Sopir truk beras bercerita, petugas Bulog Kalimantan Timur melakukan sidak di pasar, dan menemukan beras rakyat miskin (raskin) dijual bebas di pasaran. Beras raskin disita Bulog.

Ketika hamba-Nya memohon, Allah SWT langsung ijabah seketika. Gudang Bulog yang penuh sesak beras, membuat beras raskin sitaan di dalam truk tidak bisa disimpan di gudang. Ada pejabat Bulog berpendapat, daripada beras raskin satu truk ini rusak atau busuk, lebih baik disumbangkan saja. Pondok Pesantren pimpinan Pak Kiyai Abdullah Said menjadi tujuan beras sumbangan tersebut.

Begitulah skenario Allah SWT terkadang mendahului apa yang dimohonkan hamba-hamba-Nya, ketika hamba-Nya menyandarkan diri dan menyerahkan sepenuhnya; sesulit dan sebesar apapun masalah yang dihadapi di dunia. Jangan pernah ada kata berhenti dengan rahmat Allah SWT. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)

sumber : https://sumatralink.id/posts/516201/sandarkan-kesulitan-apapun-kepada-allah-swt
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler