Cara Alquran Hadapi Islamofobia
Bukan fenomena baru, islamofobia terjadi sejak awal dakwah Nabi SAW.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan islamofobia berlangsung seiring dengan mulanya dakwah Nabi Muhammad SAW di Kota Makkah. Berkali-kali, kaum kafir setempat menghalang-halangi, menghina, dan menyerang Rasulullah SAW dengan berbagai cara. Seketika, Allah Ta’ala membalas perlakuan yang mereka berikan. Sebagai contoh, Abu Lahab dan istrinya. Mereka tidak henti-hentinya menebar kebencian terhadap al-Musthafa.
Sebut saja sebuah peristiwa ketika Nabi SAW berdiri di atas Jabal Qubais untuk menyampaikan pesan wahyu. Tanpa pikir panjang, Abu Lahab berseru, “Tabban laka yaa Muhammad!” ‘Celakalah kamu, Muhammad!’
Allah SWT kemudian menurunkan surah al-Lahab. Isinya menegaskan:
تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ
Istri tokoh Quraisy itu, Ummu Jamil, juga ditegaskan turut celaka.
وَّامۡرَاَ تُهٗ ؕ حَمَّالَةَ الۡحَطَبِۚ
‘Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.’
Diceritakan, pasangan Abu Lahab itu sering kali membawa kayu bakar yang berduri-duri. Benda itu digendong di punggungya untuk kemudian disebar pada setiap jalan yang akan dilewati Nabi SAW. Dalam surah al-Lahab, Allah menjanjikan, kelak si istri Abu Lahab akan dimasukkan ke dalam neraka dengan keadaan leher terbelenggu.
Dari lisan Ummu Jamil juga pernah keluar cercaan. Ia menyebut Allah sebagai setan. Sembari kata-kata wanita itu menusuk perasaan Nabi SAW tatkala wahyu dari-Nya sempat terputus. “Ma araa syathaanaka illa qad tarakaka.” ‘Aku tahu, setanmu telah meninggalkanmu,’ ujarnya.
Allah kemudian menurunkan surah ad-Dhuha sebagai jawaban.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىؕ
‘Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.’
Di luar pasangan musyrikin itu, tokoh-tokoh lain semisal Walid bin Mughirah dan Umayah bin Khalaf, juga pernah mengejek Nabi SAW. Allah menurunkan surah al-Humazah:
وَيۡلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةِ
‘Celaka para pengejek itu.’
Kini, berabad-abad sesudah zaman Rasul SAW gerakan islamofobia masih saja gencar. Mereka yang mengusung fobia tersebut selalu mendiskreditkan beliau. Stigma-stigam disampaikannya, padahal belum tentu mereka pernah mempelajari sejarah hidup Nabi SAW.
Sebagai contoh, Rasulullah SAW dikatakan sebagai tukang sihir dan gila (majnuun). Dalam surah at-Tur ayat 29, Allah menolak dua tuduhan itu sekaligus.
فَذَكِّرۡ فَمَاۤ اَنۡتَ بِنِعۡمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَّلَا مَجۡنُوۡنٍؕ
“Maka peringatkanlah, karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula orang gila.”
Dapatlah diambil kesimpulan, siapapun yang menghina Islam atau Nabi Muhammad SAW pasti akan berhadapan langsung dengan Allah. Dalam surah al-An’am ayat 108, Dia berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدۡوًاۢ بِغَيۡرِ عِلۡمٍ ؕ
Artinya, "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan."
Ini juga menjadi dalil bahwa hamba-hamba Allah yang beriman tidak boleh sama sekali mengucapkan ujaran kebencian terhadap agama lain dengan cara apa pun.