Dari Gencatan Senjata Hingga Genosida, Berikut 9 Pernyataan Paus demi Membela Gaza
Sejak 9 Oktober 2023, Paus setiap malam menelepon Paroki Keluarga Kudus Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSSALEM — Paus Fransiskus telah mengembuskan nafas terakhir pada Senin (21/4/2025) pagi di usia 88 tahun. Sosok Paus Amerika Latin pertama bagi umat Katolik ini secara konsisten berbicara tentang perang di Gaza pada masa-masa terakhir hidupnya.
Paus menyatakan keprihatinannya terhadap warga sipil dan menyerukan perdamaian dan akses kemanusiaan. Sejak 9 Oktober 2023, Paus Fransiskus telah menelepon Paroki Keluarga Kudus Gaza setiap malam—percakapan singkat pada pukul 7 malam, ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana: "Apa kabar?" "Apa yang Anda makan?"

Panggilan telepon malam ini, seperti yang dilaporkan oleh Vatican News, menawarkan rasa empati dan kenyamanan bagi lebih dari 600 orang, baik Kristen maupun Muslim, yang berlindung di gereja dan sekolah paroki tersebut. Ia selalu mengakhiri dengan berkat, membuat tanda salib dan berkata, "Muchas gracias, grazie tante."
Namun, belas kasih Paus melampaui isyarat pribadi. Sejak awal perang genosida Israel di Gaza, ia terus meningkatkan kecaman publiknya.
Dilansir dari Palestine Chronicle, berikut enam pernyataan publik yang dinilai penting dari Paus Fransiskus tentang Gaza:
1. Perang adalah kekalahan
Pada tanggal 29 Oktober 2023, selama pidato Angelusnya, Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Ia mendesak agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza dan agar semua tawanan dibebaskan. Ia menekankan bahwa “Perang selalu merupakan kekalahan! Setiap perang adalah kekalahan!” ‘Jalan Berani Menuju Perdamaian’
Pada tanggal 3 Desember 2023, Paus Fransiskus menyampaikan kesedihan yang mendalam atas dimulainya kembali serangan Israel di Gaza setelah gencatan senjata sementara. Ia memperingatkan bahwa berakhirnya jeda kemanusiaan membawa “kematian, kehancuran, kesengsaraan” yang baru.
Berbicara setelah doa Angelus hari Minggu, Paus mencatat bahwa situasi di Gaza terus memburuk. “Ada begitu banyak penderitaan di Gaza, ada kekurangan kebutuhan dasar,” katanya.
Paus menyerukan gencatan senjata dan mendesak untuk “menemukan solusi selain senjata, mencoba mengambil jalan yang berani menuju perdamaian.”
2. Tolong hentikan!
Pada 3 Maret 2024, Paus Fransiskus menegaskan kembali seruannya untuk “gencatan senjata segera di Gaza.” “Setiap hari saya memikul dalam hati saya, dengan kesedihan, penderitaan rakyat di Palestina dan Israel akibat permusuhan yang terus berlangsung,” kata Paus.
Dia menambahkan: “Apakah Anda benar-benar berpikir Anda akan membangun dunia yang lebih baik dengan cara ini? Apakah Anda benar-benar berpikir Anda akan mencapai perdamaian? Cukup, kumohon! Mari kita semua berkata: Berhenti! Kumohon berhenti!”
3. Tidak ada perdamaian tanpa keadilan
Pada 3 April 2024, selama audiensi umum pada Rabu, Paus Fransiskus mengutuk pembunuhan pekerja bantuan di Gaza oleh Israel dan memperbarui seruannya untuk gencatan senjata segera.
Berbicara kepada 25.000 orang di Lapangan Santo Petrus, Paus menyampaikan kesedihan atas kematian tujuh relawan World Central Kitchen, yang tewas akibat serangan Israel saat mengirimkan makanan di tempat yang telah ditetapkan sebagai “zona yang telah didekonflikkan.”
“Saya menyampaikan penyesalan yang mendalam atas para relawan yang tewas saat mendistribusikan bantuan makanan di Gaza,” katanya. Paus Fransiskus memusatkan pesannya pada keutamaan keadilan, menyebutnya penting bagi perdamaian dan fondasi masyarakat yang diatur oleh hukum.
“Tanpa keadilan, tidak ada perdamaian,” katanya. “Sesungguhnya, jika keadilan tidak dihormati, konflik muncul. Tanpa keadilan, hukum yang berlaku bagi yang kuat atas yang lemah akan mengakar.”
4. Gencatan senjata di semua lini
Pada tanggal 15 Agustus 2024, pada Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, Paus Fransiskus mengecam krisis kemanusiaan yang parah di Gaza.
Ia menyerukan gencatan senjata di semua lini dan bantuan bagi penduduk Jalur Gaza yang kelelahan. Ia menegaskan kembali bahwa “perang adalah kekalahan.”
5. Investigasi terhadap genosida
Dalam sebuah buku yang dirilis menjelang Tahun Yubelium 2025, Paus Fransiskus menyerukan penyelidikan terhadap genosida yang sedang berlangsung di Gaza, mendesak dunia untuk tidak mengalihkan pandangan dari penderitaan rakyatnya.
“Saya terutama memikirkan mereka yang meninggalkan Gaza di tengah kelaparan yang melanda saudara-saudari Palestina mereka mengingat sulitnya mendapatkan makanan dan bantuan ke wilayah mereka,” tulis Paus.
Ia melangkah lebih jauh, dengan membunyikan peringatan tentang potensi memburuknya situasi di Gaza: “Menurut beberapa ahli,” Paus Fransiskus mencatat, “apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida. Hal itu harus diselidiki dengan saksama untuk menentukan apakah hal itu sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan badan-badan internasional.”
6. Adegan kelahiran
Pada tanggal 8 Desember, Paus Fransiskus meresmikan adegan kelahiran tahunan Vatikan, yang menampilkan bayi Yesus yang dibungkus keffiyeh Palestina, menurut Vatican News.
Penambahan simbolis ini menggarisbawahi hubungan Keluarga Kudus dengan Betlehem dan berfungsi sebagai penghormatan kepada Paus.
Pada tanggal 8 Desember, Paus Fransiskus meresmikan adegan kelahiran Yesus tahunan Vatikan, yang menampilkan bayi Yesus yang dibungkus keffiyeh Palestina. Penambahan simbolis ini menggarisbawahi hubungan Keluarga Kudus dengan Betlehem dan berfungsi sebagai penghormatan terhadap perjuangan Palestina.
Dibuat oleh seniman Palestina dari Betlehem, adegan tersebut menyertakan Bintang Betlehem yang ditulis dalam bahasa Latin dan Arab dengan kata-kata: "Kemuliaan bagi Tuhan di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi, niat baik bagi semua orang."
Figur-figur Keluarga Kudus diukir dari kayu zaitun, yang selanjutnya menghubungkan pajangan tersebut dengan tempat asalnya.
7. Kekejaman, bukan Perang
Pada tanggal 21 Desember 2024, Paus Fransiskus mengkritik pemboman anak-anak di Gaza, menggambarkannya sebagai tindakan "kekejaman." Pernyataan tersebut menyusul laporan dari badan penyelamat Pertahanan Sipil Gaza bahwa serangan udara Israel di wilayah utara pada hari Jumat menewaskan 10 anggota keluarga, termasuk tujuh anak-anak. "Kemarin mereka tidak mengizinkan Patriark (Yerusalem) masuk ke Gaza seperti yang dijanjikan. Kemarin, anak-anak dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang," katanya kepada anggota pemerintahan Takhta Suci, seraya menambahkan, "Saya ingin mengatakannya karena menyentuh hati saya."
8 Akhir dari pengeboman besar-besaran
Pada tanggal 23 Maret, dari jendela rumah sakit Gemelli di Roma, Paus Fransiskus tampil pertama kali di depan publik dalam lima minggu, menyapa lebih dari 3.000 simpatisan yang berkumpul dengan bunga dan tanda "selamat datang di rumah".
Meskipun masih dalam pemulihan, Paus menggunakan momen tersebut untuk menyerukan perdamaian, karena pesannya pada hari Minggu difokuskan pada perang genosida yang sedang berlangsung di Gaza. Merenungkan Injil hari itu, Paus menarik perhatian pada penderitaan di Palestina dan di zona konflik di seluruh dunia.
“Saya bersedih atas dimulainya kembali pengeboman besar-besaran Israel di Jalur Gaza, yang menyebabkan banyak kematian dan cedera,” tulisnya.
Paus Fransiskus memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang “sangat serius” di Gaza dan mendesak masyarakat internasional untuk bertindak cepat guna meringankan penderitaan.
9. Pesan Paskah
Hanya beberapa jam sebelum meninggal, pada hari Minggu Paskah, Paus Fransiskus menyampaikan pesan Urbi et Orbi—“kepada kota dan dunia”—dengan fokus pada Tanah Suci, yang ia gambarkan sebagai “terluka oleh konflik” dan dicengkeram oleh “ledakan kekerasan yang tak berkesudahan.”
Ia menyatakan solidaritas khusus dengan masyarakat Gaza dan komunitas Kristen di sana, di mana “konflik yang mengerikan terus menyebabkan kematian dan kehancuran serta menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis dan menyedihkan.”
“Saya memohon sekali lagi,” katanya, “untuk gencatan senjata segera di Jalur Gaza”.
Paus mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan dan “datang untuk membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai.”