Keluarga Tawanan Serukan Penggulingan Netanyahu

Keluarga tawanan meminta adanya pemerintahan baru yang menggantikan Netanyahu.

AP Photo/Ohad Zwigenberg
Orang-orang mengambil bagian dalam protes menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 22 Maret 2025.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Para keluarga tawanan Israel yang ditahan di jalur Gaza menyerukan penggulingan pemerintahan Benjamin Netanyahu. Mereka mengungkapkan, perang yang berlarut-larut di Gaza membahayakan nyawa para tawanan mengingat Brigade Qassam merilis video yang memperlihatkan evakuasi dan penyelamatan tawanan Israel yang terluka di bawah reruntuhan.

Keluarga tawanan menegaskan bahwa satu-satunya jalan menuju pembebasan mereka terletak pada penggulingan pemerintahan Benjamin Netanyahu. Mereka mengungkapkan, pembentukan pemerintahan baru harus segera dilakukan dan pencopotan kepemimpinan Netanyahu adalah tujuan penting dari fase ini seraya mendesak, "Semua orang untuk memobilisasi dan berunjuk rasa di jalan untuk menggulingkan rezim saat ini."

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Sabtu (3/5/2025), keluarga tawanan menegaskan, "Jika kita ingin membangun kembali Israel dan menutup babak 7 Oktober, kita harus menggulingkan pemerintahan Netanyahu."

Selain itu, mereka menuntut diakhirinya permusuhan dengan segera. Mereka menuduh Netanyahu masih mengorbankan putra-putranya untuk menyelamatkan pemerintahannya sendiri dan memperpanjang perang untuk melayani tujuan politiknya.

Keluarga tawanan juga mengecam pemanggilan pasukan cadangan Israel tambahan. Menurut mereka,  penambahan pasukan hanya akan menyebabkan lebih banyak putra kami terbunuh. Mereka juga menuduh Netanyahu mengirim lebih banyak tentara ke Gaza untuk membunuh para tawanan alih-alih menyelamatkan mereka.

Keluarga tawanan juga mendesak Kepala Staf Israel Eyal Zamir untuk menahan diri dari operasi militer apa pun di Gaza. Mereka mengingatkan, hal tersebut akan menyebabkan kematian para tawanan. Mereka juga memohon kepada Presiden AS Donald Trump dengan pesan: "Jangan tinggalkan para tawanan, dan waspadalah terhadap rencana-rencana Netanyahu."

 

Menyelamatkan tawanan dari reruntuhan

Sementara itu, media militer Brigade Al-Qassam merilis sebuah video yang memperlihatkan para pejuang perlawanan mengeluarkan seorang tawanan Israel dari bawah reruntuhan. Al-Qassam memperlihatkan bahwa tawanan tersebut mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel di Gaza.

Dalam video tersebut, tawanan yang diberi nomor 2, 4, secara langsung berbicara kepada pasukan Israel. Dia mengungkapkan bahwa tempat perlindungan bawah tanah mereka dibom meskipun ada perjanjian gencatan senjata yang aktif. "Mereka menyerang kami saat kami terkubur di bawah reruntuhan," ungkap dia.

Tawanan tersebut menyalahkan luka-lukanya pada apa yang disebutnya sebagai "taktik tekanan militer Israel yang sembrono."

Ia mengkritik tajam pembenaran Netanyahu untuk melanjutkan perang sebagai operasi penyelamatan bagi para tawanan. Dia menyebutnya sebagai kebohongan yang nyata.

 

 

Tawanan itu menggambarkan situasinya sebagai "sangat sulit," tanpa akses ke pasokan medis. Ia meminta semua pemukim untuk turun ke jalan dan menuntut penyelamatan para tawanan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler