Buat Semua Anak Magang, Kemenaker: Best Learning untuk Siapkan Magang Nasional
Kemenaker berupaya memudahkan program magang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak magang kini akan difasilitasi dengan sarana yang lebih efisien dan efektif untuk mempermudah pelaksanaannya. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli memperkenalkan program bertajuk "Best Learning" yang merupakan bentuk pembaruan dari sistem pemagangan nasional.
Yassierli dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, menilai pembaruan tersebut diperlukan menyusul program magang selama ini kurang efektif karena dianggap membebani perusahaan.
"Sekarang, kita persiapkan magang nasional. Kita berharap mereka akan memberikan sesuatu kepada perusahaan," katanya.
Lebih lanjut, Menaker mengatakan Kemnaker kini tengah menyusun modul pelatihan khusus teknologi 4.0 dan digital dengan durasi pelatihan selama tiga bulan, dengan peserta yang direkrut adalah mereka yang telah memiliki dasar di bidang elektronika industri.
Adapun program ini akan diawasi langsung oleh Kemnaker dan menargetkan pelatihan bagi 50 ribu peserta sepanjang tahun 2025.
Lebih lanjut, para peserta nantinya akan dibekali keterampilan dasar seperti coding dan otomatisasi, peralatan elektronika, serta penerapan teknologi pada smart office, smart warehouse, smart logistics, smart building, smart farming, dan lainnya.
"Peserta akan dilatih untuk mampu melakukan problem solving dalam konteks proyek sederhana berbasis teknologi 4.0. Setelah lulus, mereka akan datang ke perusahaan untuk menawarkan solusi," ujar Menaker.
Di sisi lain, Menaker pun menekankan bahwa peningkatan produktivitas harus dilakukan secara menyeluruh melalui intervensi pada empat aspek utama, yaitu process, product, policy, dan people (4P).
Menurutnya, penguatan pada aspek people atau sumber daya manusia akan berdampak langsung pada perbaikan proses kerja, produk yang dihasilkan, serta kebijakan perusahaan.
"Indonesia memiliki banyak industri menengah dan kecil. Bayangkan jika dalam 20 tahun ke depan, mereka semua bertransformasi. Para pejuang kompetensi, kami harapkan menjadi champion perubahan, yaitu mengubah mindset, budaya kerja, cara kerja, hingga pola kerja di dunia industri," ujar Yassierli.
Selain itu, Menaker menambahkan transformasi ini bukan sekadar program, melainkan sebuah gerakan nasional yang akan didukung penuh oleh Kemnaker.
Ia pun membuka akses bagi para pekerja termasuk Perkumpulan Pejuang Indonesia Kompeten (PPIK) untuk memanfaatkan balai pelatihan kerja yang berada di bawah naungan Kemnaker sebagai sarana pengembangan SDM.
Magang di Jepang
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memberangkatkan 156 peserta magang lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan mahasiswa ke Jepang.
"Mereka nantinya diberangkatkan ke Jepang pada akhir bulan April dan Mei mendatang," kata Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah Provinsi Sulut Denny Mangala di Manado, Kamis.
Peserta magang ke Jepang tersebut terdiri atas mahasiswa Politeknik Negeri Manado 30 orang, mahasiswa dan alumnus Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado (22), mahasiswa Universitas Negeri Manado (12), serta lulusan SMK (92).
Dia mengatakan program magang ke Jepang sebagai jembatan masa depan yang membuka wawasan, mengasah kompetensi, membentuk karakter, dan memperluas cakrawala global anak-anak muda.
"Pemprov Sulut sangat mendukung program-program pengembangan sumber daya manusia yang terintegrasi, adaptif, dan berorientasi masa depan," ujarnya.
Mangala mengatakan SMK sebagai institusi pendidikan vokasi memegang peranan strategis dalam menyiapkan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap bersaing di kancah internasional.
Para peserta magang akan ditempatkan di sejumlah wilayah administrasi, seperti Osaka, Okinawa, Nagasaki, Hokaido, dan Tokyo. Mereka magang di sejumlah sektor, seperti perkantoran, industri makanan, konstruksi, manufaktur, otomotif, kesehatan, dan keperawatan.
Alumnus SMK akan melaksanakan magang selama tiga tahun, sedangkan mahasiswa berasal dari tiga perguruan tinggi selama satu tahun dengan mendapatkan uang saku.
Pelepasan 156 peserta magang itu dilakukan di Ruang Mapalus Kantor Gubernur Sulut, antara lain dihadiri pejabat Pemprov Sulut, Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta perwakilan PT Indonesian Nippon Anugerah (INA).
Jamin perlindungan peserta magang
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menjamin perlindungan hukum sekaligus kerja bagi para lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang menjadi peserta magang di luar negeri.
Ia mengatakan para peserta magang di luar negeri justru mendapatkan manfaat berupa perlindungan hukum secara penuh karena terikat kontrak resmi sehingga lembaga pelatihan kerja (LPK) yang mengirim berkewajiban untuk mengawasi.
“Ya, kalau magang ini lebih baik sebenarnya, karena masih ada kontrak. Jadi yang mengirim di sini masih berkewajiban juga untuk mengawasi Jadi itu salah satu advantage, kelebihan dari magang. Isu terkait tentang perlindungan mereka sudah ada jaminan,” katanya setelah kegiatan Pelepasan 1.500 Lulusan SMK Calon Pekerja Migran Indonesia di SMK Mitra Industri MM 2100 Cikarang, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, di Bekasi, Kamis.
Di samping itu, pihaknya saat ini sedang menyiapkan program untuk dapat menyerap para alumnus peserta magang yang telah menyelesaikan kontrak dan kembali ke tanah air.
“Ya, itu yang sekarang kita sedang siapkan Jadi bagaimana ketika mereka sudah sampai di sini, kemudian tidak terlantar karena sudah memiliki satu bekal,” katanya.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengatakan sinergisitas lintas kementerian dan swasta diperlukan untuk meningkatkan kapasitas kemampuan dan karakter para lulusan sekolah vokasi, khususnya SMK, sebagai calon pekerja.
“Kami dari Kemendikdasmen sangat menyadari bahwa di samping memperkuat skill atau hard skill, penting juga untuk memperkuat karakter peserta didik di lingkungan SMK,” kata dia.
Di samping itu, melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, ia mengatakan, para lulusan sekolah vokasi, seperti SMK, memiliki jembatan penghubung dengan pasar kerja domestik maupun internasional sehingga dapat menjadi agen perubahan bagi keluarga masing-masing, sekaligus mengambil peran dalam pembangunan nasional.
Oleh karena itu, ia juga mendorong berbagai kawasan industri di Indonesia agar dapat ikut mengambil bagian dalam meningkatkan kapasitas dan serapan lulusan vokasi dengan membuka layanan pendidikan SMK yang sejalan dengan permintaan industri di wilayah masing-masing.