MPR Prihatin Kalimantan Barat Masih Impor Listrik dari Malaysia
REPUBLIKA.CO.ID, BENGKAYANG -- Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menggelar kunjungan kerja (kunker) ke Kalimantan Barat. Kamis (4/8) Oesman tiba di Kabupaten Bengkayang, sebagai wilayah pertama yang dikunjunginya.
Setibanya di Kantor Bupati Bengkayang pukul 09.40, Oesman disambut Wakil Bupati Bengkayang Agustinus Naon. Perjalanan dilanjutkan ke Kantor PLN Bengkayang untung meninjau kelistrikan Kalimantan Barat.
Oesman mengaku prihatin Kalimantan Barat belum bisa mandiri dalam segi penyediaan listrik. Pasalnya, Kalimantan Barat masih mengimpor listrik dari Malaysia. "Saya prihatin. Sewa listrik dari luar negeri. Tidak mampu membangun listrik sendiri," kata Oesman di PLN Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (4/8).
Pria yang akrab disapa Oso ini mengaku dengan mengimpor listrik secara moral berdampak negatif. Mengingat Indonesia ternyata belum bisa membangun listrik sendiri. Meski demikian, impor listrik sangat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat Kalimantan Barat. Secara ekonomi juga listrik yang dijual cukup murah. Dibeli dengan harga Rp 1.000/Kwh dan dijual ke masyarakat seharga Rp 1.750/Kwh.
"Secara moral kita malu tapi secara ekonomis rakyat perbatasan ini tidak boleh disalahkan. Justru mereka bangga. Tidak peduli dari mana yang penting nyala," ujarnya.
Wakil Bupati Bengkayang Agustinus Naon mengatakan impor listrik sudah sejak lima tahun lalu. Hampir sebagian besar wilayah Kalimantan Barat mengimpor listrik dari Malaysia. Di antaranya Sambas, Mempawah, dan Bengkayang.
Agustinus mengaku terpaksa mengimpor listrik sementara waktu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya sebelumnya pembangunan belum dilakukan pemerintah. "Memang belum ada pembangunan sebelumnya. Sedangkan kebutuhan juga cukup banyak," ujarnya di lokasi yang lama.
Meski demikian, pemerintah sudah mulai membangun PLTU untuk di Pasir Panjang. Diharapkan setelah selesai dibangun, Kalimantan Barat bisa menghentikan impor dan menyalurkan listrik sendiri dengan harga yang lebih murah.