Penyair Sampaikan Pesan Antikorupsi di Perpustakaan MPR
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ratusan penyair dari berbagai daerah di Indonesia berkunjung ke MPR di Plaza Nusantara IV, Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (9/5). Para penyair itu melakukan demonstrasi dengan kata-kata untuk mengkritisi kinerja para wakil rakyat.
Melalui keterangan resminya yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/9), MPR menyatakan para penyair itu menyuarakan pikiran dan perasaan mereka yang sangat prihatin dengan kinerja wakil rakyat yang masih belum maksimal. Para penyair menyebut gerakannya sebagai Memo Penyair, yakni komunitas penulis puisi yang peduli terhadap persoalan-persoalan krusial di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.
Kepedulian itu diwujudkan secara konkret dalam penerbitan buku puisi bersama serta mewacanakannya lebih lanjut lewat peluncuran Memo Penyair di berbagai kota. Melalui jalan kebudayaan (puisi) komunitas ini mencoba berperan aktif untuk mengambil bagian dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik serta berkeadilan.
Acara ini dimotori tokoh penyair senior, Aloysius Slamet Widodo. Dia menyebut kecintaan pada tanah air membuat dirinya termotivasi melakukan hal ini. "Kecintaan pada keutuhan NKRI harus diikuti dengan perasaan ikut memiliki oleh seluruh rakyat sehingga dengan sukarela mengawasi kinerja wakilnya agar sesuai dengan harapan bangsa," kata dia.
Ratusan penyair ini datang bersama elemen KPK yang diwakili secara resmi oleh pegawai fungsional KPK, Nanang Farid Syam. Mereka diterima oleh Anggota MPR dari Kelompok DPD, Asri Anas. Anas menyatakan kasus-kasus korupsi tidak boleh dipandang parsial.
Menurut dia, kasus-kasus seperti itu berkaitan dengan seluruh anggaran yang bersumber dari APBN. Karena itu, setiap gerakan rakyat yang mengawasi prilaku pengguna anggaran patut terus diberi ruang. "Kedatangan penyair bersama KPK ke Perpustakaan MPR sangat tepat karena dasar awal pendirian KPK adalah berdasarkan Ketetapan MPR No. VIII Tahun 2001," ujar Anas.
Dalam pertemuan itu, Anas juga memuji Sekretaris Jendral MPR yang telah menyediakan Perpustakaan MPR sebagai pusat literasi legislatif. Selain itu, Perpustakaan MPR juga menjadi ruang publik yang menerima dan menampung segala aspirasi dan partisipasi khalayak dengan cara baru. "Klise tetapi cerdas dan intelektual," ucap dia.
Dalam setiap aktivitasnya, Memo Penyair menerapkan azas kemandirian yang ditopang oleh karakter gotong royong para anggotanya serta mengedepankan laku transparansi pada setiap proses pengelolaan kegiatannya. Sejak Oktober 2014 komunitas ini telah menerbitkan Antologi Puisi “Memo untuk Presiden” (melibatkan 196 penyair, Penerbit Forum Sastra Surakarta, Mei 2013), Antologi Puisi “Memo untuk Wakil Rakyat” (melibatkan 134 penyair, Penerbit Forum Sastra Surakarta, Nopember 2015), Antologi Puisi “Memo Antiterorisme” (melibatkan 250 penyair, Penerbit Forum Sastra Surakarta, April 2016), dan Antologi Puisi “Memo Antikekerasan Terhadap Anak” (melibatkan 194 penyair, Penerbit Forum Sastra Surakarta, September 2016).
Sejak November 2014 komunitas ini juga melakukan launching buku di berbagai wilayah di Indonesia dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain.