Habaib dan Kemerdekaan RI Menurut Waketum MPR
Generasi sekarang harus sadar dan mengetahui makna perjuangan kemerdekaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum MPR Hidayat Nur Wahid menyarankan, agar generasi sekarang sadar dan mengetahui makna perjuangan kemerdekaan. Terlebih, umat Islam dan keturunan Nabi Muhammad, yang memiliki andil besar dalam peringatan kemerdekaan.
"H. Mutahar merupakan habaib, beliau merupakan orang yang berperan dalam terciptanya lagu Hari Merdeka dan Hymne Syukur, bahkan Paskibraka sendiri,’’ ujarnya yang juga anggota DPR Dapil Jakarta itu.
Dia menambahkan, ketika menciptakan lagu Hari Merdeka dan dipopulerkan pada Januari 1945, H. Mutahar tahu bahwa dalam waktu dekat Indonesia akan merdeka. Sehingga, lagu itu disiapkan untuk menyambutnya. "Lagu itu juga diterima dengan baik. Dan oleh umat dimaknai dengan rasa syukur mendalam,’’ tambah dia.
Tak hanya itu, pada satu tahun indonesia merdeka, tepatnya Agustus 1946, Mutahar ia sebut juga berperan besar dalam menginisiasi upacara bendera. Pasalnya, upacara bendera dan tim Paskibraka dari kumpulan pemuda-pemudi terbaik Indonesia, merupakan inisiasi dari H. Mutahar.
"Saya merasakan hal yang sangat berbeda. Katakanlah ketika dikorelasikan dengan Indonesia tanpa menyadari bahwa indonesia ini ternyata disiapkan oleh ulama dan habaib. Terlebih ketika kita merayakan hari kemerdekaan, tapi tidak paham maknanya, apalagi hubungannya dengan para habaib.’’ungkap dia.
Mengutip Buku Indonesia Pusaka oleh DR. Sopan Andrianto, H. Mutahar merupakan nama kependekan dari Husein Mutahar. Pria kelahiran Semarang 5 Agustus 1916 dan wafat di Jakarta pada 9 Juni 2004 itu merupakan komposer yang juga merupakan keturunan Nabi Muhammad.
Selain aktif dalam kepanduan yang kini dikenal sebagai Pramuka, dirinya juga menguasai enam bahasa. Sehingga mengantarkannya ke puncak karir sebagai Duta Besar Vatikan.
Berbagai peran dalam keterbatasan Indonesia saat itu juga ia lakoni. Salah satunya inisiasi upacara bendera pertama kali saat 17 Agustus 1946. Saat itu dirinya mengusulkan agar pemuda-pemudi berkumpul dan memaknai upacara kemerdekaan dengan elegan.
Namun sayang, kedatangan Belanda, dan pemindahan ibu kota sementara ke Yogyakarta demi keamanan mengurungkan langkah itu. Meski akhirnya upacara tetap dilakukan, keterbatasan itu juga hanya dilakukan segelintir pemuda, yang asalnya dari Yogyakarta.
Masih di buku yang sama, lagu Hari Merdeka ciptaan H.Mutahar mengisyaratkan tentang kemerdekaan indonesia yang dicapai pada 17 Agustus harus dipertahankan. Utamanya oleh seluruh rakyat Indonesia sampai kapanpun.
Sementara melalui lagu Syukur, sang pencipta menegaskan bahwa saat itu Indonesia memang sebentar lagi akan merdeka. Sehingga, kemerdekaan ia sebut sebagai karunia yang patut disyukuri.