Sabtu 07 Mar 2020 05:29 WIB

Tanjung Priok Pernah Diisolasi karena Malaria

Warga dilarang keluar rumah setelah hari gelap.

Red: Karta Raharja Ucu
Berita di koran Belanda tentang wabah malaria di Tanjung Priok.
Foto: Tangkapan layar
Berita di koran Belanda tentang wabah malaria di Tanjung Priok.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar

Endemi korona muncul juga di Indonesia. Jokowi telah mengumumkannya, setelah pekan-pekan sebelumnya melakukan karantina terhadap warga yang dijemput dari Wuhan. Antisipasi penanganan dilakukan, seperti halnya dulu di tahun 1920-an-1930-an melakukan antisipasi penanganan wabah malaria di Jakarta.

Di masa itu, kelambu dibagikan, warga dilarang keluar rumah setelah hari gelap. Warga disarankan berlindung di dalam kelambu, namun tak banyak yang menjalankan saran ini. Orang-orang Eropa disiplin menggunakan kelambu. Namun oleh warga pribumi, kelambu itu malah dibuat jadi baju, atau jika pun dipakai dibiarkan dalam posisi kelambu tetap terbuka. Setidaknya itu yang dilaporkan De Indische Courant edisi 21 Juli 1938.

Pada semester pertama 1938 itu, tercatat ada 462 kasus kematian akibat malaria. Di Januari ada 51 kasus, di Februari ada 37 kasus, Maret 68 kasus, April 58 kasus, Mei 120 kasus dan Juni 128 kasus. Tanjung Priok disebut sebagai daerah yang paling banyak diserang malaria, sehingga ada larangan bepergian ke Priok pada malam hari.