REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kepala Lab Digital Library & Distance Learning Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Harry B. Santoso mengatakan kampus maupun sekolah di Indonesia harus menerapkan kelas daring untuk mengantisipasi penularan virus corona. Harry mencontohkan kampus yang sudah menerapkan kelas daring adalah Utah State University, Kampus MIT dan Harvard University.
Harry menyebut Kampus Universitas Indonesia (UI) khususnya di Lab Digital Library & Distance Learning (DL2) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia telah mengambil fokus pada kajian Online Learning sejak tahun 2004.
"Situasi yang berkembang saat ini bukanlah hal yang mudah bagi masyarakat, termasuk bagi akademisi serta para pelajar dan mahasiswa. Pada sisi yang lain kita dapat menjadikan momen ini untuk merefleksikan kembali sejauh mana teknologi kita gunakan untuk mendukung proses belajar dan mengajar," kata Harry, melaui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/3).
Harry menambahkan Indonesia sebenarnya telah memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam pendidikan jarak jauh, termasuk implementasi pembelajaran daring dalam berbagai bentuknya di kampus-kampus yang tersebar di berbagai provinsi. Menurut Harry unit-unit dalam institusi pendidikan, khususnya di bidang pengembangan akademik dan inovasi pembelajaran perlu segera berkoordinasi untuk memberikan acuan bagi para dosen dan pengajar dalam melangkah.
Hanya saja fleksibilitas dan ruang inovasi seyogyanya tetap dibuka lebar sesuai dengan keahlian mereka sebagai subject matter experts. Pendampingan oleh desainer instruksional tentu akan lebih membantu.
Harry menyarankan supaya institusi yang belum berpengalaman menerapkan kelas daring agar berdiskusi dengan kolega yang lebih dahulu menyelenggarakan kelas daring. Terutama dengan bidang serumpun.
Harry menambahkan, sistem pembelajaran daring atau online learning environment (OLE) sudah didesain sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat difasilitasi menggunakan teknologi digital. OLE menurut Harry juga harus dikembangkan dengan memerhatikan pengalaman pengguna, sehingga pengajar dan peserta didik dapat fokus pada kegiatan belajar dan mengajar dibandingkan pada pemanfaatan teknologinya.
"Apalagi bila harus bersusah payah mengoperasionalkannya. Melalui OLE inilah pengajar dapat meletakkan materi dalam berbagai variasinya baik yang berbentuk teks maupun multimedia interaktif, menggunakan fitur tugas dan kuis sebagai bentuk evaluasi pembelajaran, serta forum diskusi untuk memfasilitasi komunikasi atau interaksi," ucap Harry.
Ruh pembelajaran daring ini kata Harry terletak pada interaksi yang terbangun baik antara pengajar dan peserta didik serta antarpeserta didik. Di sinilah menurut Harry akan tercipta relevansi pentingnya memahami kesiapan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran daring serta bagaimana mendesain diskusi yang berkualitas selama proses pembelajaran secara daring.