Jumat 03 Apr 2020 21:13 WIB

Tertawa di Tengah Bekapan Pandemi Covid-19

Orang butuh tertawa untuk meredakan hormon stres selagi terbekap pandemi Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Tertawa dapat meningkatkan meredakan hormon stres, termasuk saat dibekap pandemi Covid-19.
Foto: Prevention
Tertawa dapat meningkatkan meredakan hormon stres, termasuk saat dibekap pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pandemi Covid-19 membekap, banyak hal yang membuat orang menjadi tertekan, stres, dan marah. Per Jumat (3/4), makin banyak warga dunia yang terinfeksi virus corona tipe baru.

Jumlahnya telah mencapai lebih dari satu juta kasus di 204 negara. Di tengah suramnya situasi, apakah kita masih wajar untuk tertawa?

Baca Juga

Psikolog yang juga seorang pelawak mengatakan, lebih baik tertawa. Tertawa dapat menjadi obat terbaik, asalkan masih dalam batas rasa yang baik. Dan, dalam krisis, itu bisa menjadi mekanisme penanggulangan psikologis yang kuat.

“Tertawa lebih dari sekadar obat-obatan. Tapi bisa membuat kita bertahan hidup,” kata seorang komedian Los Angeles, Erica Rhodes.

"Bahkan selama masa Holocaust, orang-orang sering membuat lelucon. Tertawa adalah simbol harapan, dan itu menjadi salah satu kebutuhan hidup terbesar kita, di atas sana dengan kertas toilet. Ini adalah kebutuhan fisik yang dimiliki orang. Anda tidak bisa meremehkan bagaimana cara menyembuhkan orang dan memberi mereka harapan," kata Rhodes dalam sebuah wawancara telepon dengan The Associated Press.

Bagi kebanyakan orang, virus corona memiliki gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk yang hilang dalam dua hingga tiga pekan. Bagi sebagian orang, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan riwayat penyakit, dapat membuat gejala semakin parah, termasuk pneumonia hingga kematian.

Itu adalah kata-kata menakutkan dan memang prospek menyeramkan. Tetapi sejarah telah menunjukkan bahwa saat-saat terberat sering kali dapat cair ketika dihadapi dengan humor dan tawa sebagai pilihan sadar. Ini menjadi cara untuk mengatasi kondisi ketika hal-hal lain tidak berfungsi seperti yang diharapkan.

"Ada begitu banyak ketakutan dan kengerian di luar sana. Semua orang di dunia cuci tangan, tapi itu tidak akan menjernihkan pikiran Anda," kata konsultan manajemen stres, Loretta LaRoche, yang tinggal di pinggiran kota Boston dan menggunakan humor untuk membantu orang meredakan kecemasan yang ditimbulkan pandemi.

“Beberapa orang akan mengatakan ini bukan waktunya untuk tertawa. Intinya adalah selalu ada waktu untuk tertawa. Kita memiliki 60 ribu pikiran dalam sehari dan banyak dari pikiran itu sangat mengganggu. Tertawa membantu otak relaks,” kata LaRoche.

Ini menjelaskan mengapa feed media sosial banyak dibumbui dengan meme bertema virus corona, kartun, dan anekdot pribadi yang lucu. Di media sosial, Neil Diamond mem-posting video dirinya menyanyikan "Sweet Caroline" dengan lirik yang diubah dengan mengatakan: "Tangan ... cuci tangan ... jangan sentuh aku ... aku tidak akan menyentuhmu".

Seorang psikolog Kanada, Wayne Maxwell, mengatakan bahwa selama berabad-abad  tawa di masa-masa sulit adalah katarsis. Ia telah melakukan penelitian ekstensif pada "gallows humor". Istilah ini berasal dari Inggris abad pertengahan, di mana eksekusi gantung berlangsung di taman dekat pub, dan pengunjung menceritakan lelucon pada biaya pemakaman para korban.

"Bahkan dalam beberapa tulisan Mesir kuno, ada deskripsi personel militer yang kembali dari garis depan dan menggunakan humor untuk mengatasinya," kata Maxwell yang juga berasal dari Halifax, Nova Scotia.

Tetapi, ia memperingatkan, ada semacam rangkaian komedi: Humor dapat membantu meringankan berbagai hal, tetapi terlalu banyak tawa dan kebodohan justru menandakan seseorang berusaha melarikan diri dari kenyataan.

Ada juga pertanyaan tentang selera. Tidak ada yang mau mengolok-olok kesengsaraan sebuah penyakit atau kematian.

Karantina dan social distancing adalah humor yang bisa aman, begitu juga humor yang merendahkan diri sendiri juga hampir selalu aman (meskipun LaRoche memperingatkan bahwa humor, seperti kecantikan, selalu bergantung pada mata yang melihatnya).

"Itu semua tergantung pada bagaimana otak Anda berfungsi. Beri dirimu izin untuk menemukan humor. Ini hampir seperti latihan spiritual, menemukan cara untuk menertawakan diri sendiri," kata LaRoche.

Menurut pakar kesehatan mental, humor adalah pereda ketegangan. Bukan cuma untuk menggelitik, memancing tawa tetapi, juga meredakan hormon stres.

Bukti ilmiah menunjukkan stres level tinggi dapat melemahkan sistem imun. Namun, ada satu yang harus diingat, di masa krisis, lelucon harus berakar pada kesamaan, bukan perbedaan.

Kalau tidak humor tak akan terasa tepat oleh pendengar. Yang ada, mereka yang mencoba bercanda justru akan mendapatkan kecaman.

"Komedi dapat berfungsi sebagai pelindung mental untuk memastikan orang menempuh perjalanan yang aman melalui masa tragis," kata psikolog Sean Truman dari St Paul, Minnesota.

Truman mengatakan, bercanda merupakan cara yang sangat ampuh untuk mengelola yang tidak dapat terkelola. Tujuannya semata untuk menertawainya dan mendapatkan kendali dengan menertawakannya.

"Itu langkah psikologis yang sangat kuat yang bisa kita lakukan," kata Truman.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement