Senin 13 Apr 2020 13:56 WIB

Ilmuwan Temukan Lubang Ozon Kutub Utara Terbuka

Tiap tahun, lubang ozon terbuka di kutub selatan tapi jarang sekali terjadi di utara.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kutub Utara
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Baru-baru ini para ilmuwan telah mendeteksi kemungkinan adanya lubang terbesar di lapisan ozon Kutub Utara. Menurut mereka, lubang ozon itu dapat mencakup tiga kali ukuran Greenland.

Bahkan, mengekspos garis lintang utara, tingkat radiasi ultra violet akan bertumbuh lebih besar dan memiliki cakupan yang jauh pula. Namun demikian, peneliti Badan Antariksa Eropa (ESA) menyatakan, lubang besar di lapisan ozon itu akan menutup sendiri dalam beberapa pekan ke depan.

Baca Juga

Menurut pemaparan, lubang yang terbentuk di lapisan ozon, merupakan gas di atmosfer Bumi yang menyerap banyak sinar ultra violet berbahaya dari sinar Matahari.

Lubang ozon terbuka di Kutub Utara adalah hal yang jarang terjadi. Ini berbeda dengan lubang ozon di Kutub Selatan atau Antartika yang memang terbuka setiap tahunnya. Dilansir dari Space, Senin (13/4), setiap tahunnya di Antartika hal tersebut memang terjadi. Sebab, ada perubahan musiman pada tutupan awan.

Namun, khusus untuk lubang ozon di kutub utara bisa dikatakan jarang sekali. "Dari sudut pandang saya, ini adalah pertama kalinya Anda dapat berbicara tentang lubang ozon nyata di Kutub Utara," ujar ilmuwan atmosfer di Pusat Dirgantara Jerman, Martin Dameris, kepada Nature.

Lebih lanjut, lubang ozon Antartika yang terbuka setiap tahun, terjadi karena kombinasi suhu dingin dan polusi buatan manusia. Utamanya, ketika suhu turun pada awal musim dingin di Antartika, kemudian awan ketinggian tinggi terbentuk di Kutub Selatan. Polutan kimia industri, termasuk klorin dan bromin, memicu reaksi dalam awan yang menggerogoti gas ozon di sekitarnya.

Seraya dengan kejadian itu, Arktik, disebut juga memiliki suhu yang lebih bervariasi. Namun menurut para peneliti, sangat jarang terlihat kondisi penipisan ozon. Khusus tahun ini, kata peneliti, angin kencang menjebak udara dingin di "pusaran kutub" di atas Kutub Utara. Hal itu menyebabkan suhu yang lebih dingin dan awan yang lebih tinggi daripada biasanya. Oleh karena itu, penipisan ozon Kutub Utara dimulai membesar.

Untungnya, dengan matahari perlahan semakin tinggi di Kutub Utara, suhu atmosfer mulai meningkat, yang berarti kondisi itu menyebabkan lubang ozon akan segera berubah.

Ke depan, lubang ozon Antartika yang lebih besar akan tetap menjadi kondisi musiman. Utamanya jika ditilik pada yang telah terjadi selama empat dekade terakhir.

Mengutip sebuah penilaian 2018 oleh Organisasi Meteorologi Dunia, ada temuan bahwa lubang ozon selatan telah menyusut sekitar satu persen hingga tiga persen per dekade sejak 2000. Terlebih, lubang 2019 berukuran lebih kecil daripada yang pernah ada sejak 1982.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement