Selasa 14 Apr 2020 13:58 WIB

Sudah Makan Tapi Tetap Lapar, Mungkin Ini Penyebabnya

Rasa lapar tak berkesudahan dapat dipicu beragam faktor.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Rasa lapar tak berkesudahan dapat dipicu beragam faktor. (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Rasa lapar tak berkesudahan dapat dipicu beragam faktor. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa lapar yang terus-menerus datang meski sudah makan bisa jadi disebabkan beberapa alasan. Menurut instruktur klinis dari Sekolah Medis Harvard Medical School, Monique Tello, rasa lapar tak berkesudahan dapat dipicu beragam faktor.

"Salah satunya adalah hormon. Hormon manusia, khususnya ghrelin atau hormon usus, dapat memiliki efek stimulasi pada sensasi rasa lapar dan nafsu makan," kata dokter yang menulis buku berjudul Healthy Habits for Your Heart itu.

Baca Juga

Tello menyebutkan alasan lain yang dia kategorikan dalam alasan medis, alasan psikologis, serta gaya hidup. Dalam dunia medis, kondisi yang menyebabkan kelaparan konstan atau berlebihan disebut dengan istilah polifagia.

Kondisi polifagia bisa dialami pasien yang mengidap diabetes tipe satu. Penyebabnya bisa juga menyangkut adanya kerusakan pada hipotalamus, yakni bagian otak yang membantu mengatur rasa lapar dan kenyang. Trauma kepala atau tumor dapat membuat hipotalamus terganggu.

Hipertiroidisme menjadi alasan medis lain. Ketika tiroid terlalu aktif, tubuh dan metabolisme akan meningkat drastis. Selain terus-meneris lapar, pasien juga sangat mungkin merasa gelisah, gemetar, dan jantung berdetak kencang.

Faktor lain adalah karena konsumsi obat-obatan seperti antiinflamasi atau terapi hormon untuk perempuan menopause. Siapapun yang merasa lapar sepanjang waktu, tetapi berat badannya tidak naik atau turun, disarankan berkonsultasi dengan dokter.

Penelitian menunjukkan, kurang tidur juga berkaitan dengan kadar hormon pengatur rasa lapar yang lebih tinggi. Tello mengingatkan, rasa lapar setiap tiga hingga lima jam masih masuk akal. Sebab, hal itu berkaitan dengan cara kerja sistem pencernaan manusia.

Apabila alasan medis bukan penyebabnya, bisa jadi rasa lapar merupakan pengaruh dari kondisi psikologis. Stres amat berpotensi meningkatkan kadar ghrelin. Kebosanan, kegelisahan, dan depresi juga dapat membuat orang makan saat sedang tidak lapar.

Menurut Tello, gagasan budaya harus makan tiga kali sehari plus makanan ringan juga sangat memengaruhi tingkat rasa lapar. Begitu pula "pornografi makanan" di televisi dan media sosial yang bisa menyebabkan seseorang lebih banyak makan.

Faktor lain yang bisa menjadi penyebab rasa lapar terus-menerus adalah gaya hidup. Bisa jadi rasa lapar selalu datang karena seseorang makan dalam porsi terlalu sedikit, berolahraga terlalu banyak, atau gabungan keduanya.

Tello merekomendasikan untuk menjaga kualitas makanan. Pilih makanan kaya serat, protein, dan lemak sehat agar kenyang lebih lama. Hindari pula karbohidrat olahan dan gula. Solusi lain yang dia tawarkan adalah berpuasa jangka pendek secara reguler.

"Menahan diri untuk tidak makan sementara waktu dapat membantu perut menyusut, dan membantu seseorang makan lebih sedikit dan lebih jarang mengalami rasa lapar," kata Tello, dikutip dari laman Today.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement